Hadits Online

Selasa, 31 Juli 2012

Tawasulnya Sang Pengusaha


Di bawah ini ada kisah menarik tentang seorang pengusaha yang terlilit hutang puluhan milyar, yang saya ambil dari situs eramuslim.com. Saya terpaksa meringkas artikel ini dengan memotong sebagian awal tulisan yang mengetengahkan dua buah hadits. Yakni, tentang kisah tiga orang yang terjebak dalam gua lalu mereka berdoa bertawasul dengan amal kebaikan mereka masing-masing, dan hadits yang menceritakan Rasulullah memohon pertolongan Alloh pada saat-saat kritis berkecamuknya perang Badar. Singkat cerita, Alloh lalu menurunkan pertolongan-Nya dengan cara yang sulit dicerna akal. Inilah cerita selanjutnya...

***

Beberapa waktu lalu saya bertemu rekan lama, dia seorang pengusaha, kulihat sekarang kondisinya lumayan lah, mungkin bisnis yang dikelolanya cukup berhasil.
 "Alhamdulillah", gumamku.
 Saya ingat beberapa tahun silam dia pernah mengalami suatu ujian yang berat atas perusahaan yang dikelolanya, saat itu sering beliau mencurahkan isi hatinya kepadaku dan menceritakan beratnya ujian yang dialaminya, setelah setumpuk ikhtiar dilakukan, bisnisnya tak kunjung mendapatkan tanda-tanda akan selamat dari kebangkrutan, dan bukan saja bangkrut, bahkan akan terjerat hutang usaha yang sangat besar, dia katakan sekitar puluhan milyar siap untuk menjerat lehernya.
 Bukan saja sisi nominal yang membuatnya sesak, tak kalah beratnya yang menjadi beban adalah tanggungan puluhan karyawan yang berada di perusahaannya, intinya menurut beliau pada saat itu adalah masa yang sangat mengguncang jiwanya, makan tak enak, tidur tak lelap, dan segala yang tak enak lainnya menghampiri beliau.
 Yang kutahu, di sisi yang lain usaha beliau bukan saja terkait pada sektor bisnis, tetapi beliau juga aktif dalam melakukan pembinaan usaha berupa pesantren di suatu desa terpencil, pesantren tersebut tumbuh secara sehat, santrinya sekitar lima ratusan, tetapi jenis usahanya adalah nirlaba, atau tidak dikenakan biaya apa pun terhadap santri yang sekolah di pesantren tersebut.
 "Usaha pesantren ini untuk cash flow langit", begitu ujarnya setiap kali saya tanyakan kenapa dia serius sekali mengelola usaha nirlaba ini.
 Saya menjadi penasaran dan tercetus keingintahuan bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah usahanya pada tahun-tahun silam. Karena saya melihat kondisi saat ini jauh berubah, lebih sukses bila dibandingkan pada saat itu.
 Beberapa kali kupancing serentetan pertanyaan dari ketidaksabaranku, barulah ia bersedia untuk menceritakan kisahnya ...
 Ya kawan karibku, tiada satu kekuatan yang dapat membantuku saat itu kecuali kekuatan Allah, tiada yang maha pengasih kecuali Allah pula, Dialah yang memberikan jawaban dan jalan keluar kepadaku. Kami ini makhluk yang sangat lemah dan hina, dan Dia lah Maha Kuat dan Maha Kaya. Tiadalah kejadian itu terjadi kecuali menambah kualitas keimanan kami, kami merasakan kasih sayang dan cinta-Nya.
 Engkaupun tahu masalah yang kami hadapi saat itu, penuh dengan kesukaran, hati terasa sempit, kami ditinggalkan pula oleh kawan-kawan, tiada pihak yang ingin meringankan masalah kami saat itu, semua pihak menekan, menekan dan menekan setiap waktu.
 Pada saat usaha kami jatuh, tiada akal lagi untuk mencari apa peluang pengganti usaha kami ini agar bisa melunasi hutang usaha yang berjumlah milyaran itu, sama sekali tidak ada ide, tertutup. Walaupun demikian kami tetap melakukan berbagai ikhtiar mencari solusinya, hingga sampai pada suatu waktu kami pasrah terhadap apapun keputusan-Nya.
 Sering kali kami lantunkan doa untuk diberikan jalan keluar atau yang terbaik bagi kami, bahkan ribuan kali kami berdoa, bukan saja di saat sholat, bahkan dalam perjalanan pun tak lupa kami berdoa kepadanya, intinya lidah dan bibir kami basah dengan doa dan pujian.
 Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekian bulan berlalu dalam kondisi tak menentu. Lalu sampailah pada satu saat aku berdoa di malam hari di tengah semua orang tertidur lelap, bersimpuh dan berdoa kepada-Nya, aku hanya ingat beberapa hadist dan kisah Kekasihku dalam melantunkan doa-doanya. Kemudian dia bercerita mengenai dua kisah di atas.
 Aku coba ikuti cara Kekasihku, Muhammad, dalam berdoa pada saat-saat yang genting, dan kusesuaikan redaksi doanya dengan kondisiku.
 "Ya Allah, Engkau Maha Tahu kondisi kami ini, kami sedang dibebani masalah, dan Engkau tahu pula bahwa dari hasil usaha yang kami upayakan kami kelola pula sebuah usaha pesantren, Engkau tahu kami tidak memungut biaya apapun pada mereka."
 Jika memang amal ibadah tersebut kami lakukan hanya untuk meraih keridhoan-Mu, mohon Ya Allah berilah jalan keluar untuk kami.
 Ya Allah, kami khawatir jika engkau tidak membantu hamba-Mu ini, kami khawatir keberlangsungan pesantren kami terhenti, akan ke mana perginya santri-santri tersebut.
 Ya Allah, aku sayang mereka, kami iba dengan wajah mereka, curahkan kasih sayang-Mu pada mereka, dengan menolong usaha kami Ya Allah.
 Engkaulah yang Maha Mengetahui hati hati kami, ikhlaskanlah hati kami, dan lapangkan hati kami apapun yang engkau putuskan, dan kami yakin apapun keputusan-Mu adalah yang terbaik bagi kami.
 Tak kusangka doanya tersebut membuat jiwaku bergetar dan tak kuasa emosiku terlibat, nyaris kupeluk sahabatku itu, luar biasa makna dari doa tersebut.
 Kemudian dia lanjutkan kembali, "Setelah kulantunkan doa tersebut, tak kusangka dalam waktu yang sangat singkat kasih sayang-Nya telah membuka sebuah jalan keluar yang tidak terduga, ibarat pintu gua yang tidak mungkin terbuka dalam kisah yang kuceritakan itu dengan izin-Nya menjadi terbuka".
 Sambil menahan emosi, ia melanjutkan, "Tiba-tiba seorang relasi kami menawarkan suatu bisnis yang terbilang besar yang tidak pernah tersentuh oleh perusahaanku, bahkan bisnis tersebut di luar kapasitas secara materi maupun keahlian yang kami punya. Kala itu kami pikir bahwa peluang bisnis tersebut pastilah sudah diatur pemenangnya, paling-paling kalau ikut partisipasi juga, ya paling tidak hanyalah mengarak pemenangnya saja.
 Saat itu, benar-benar aku tidak tertarik untuk memprosesnya. Kudiamkan saja. Tapi peluang itu datang lagi, datang lagi dan hadir kembali. Karena sering kali peluang yang sama itu selalu hadir, kucoba beranikan diri untuk memprosesnya.
 Apa yang terjadi selanjutnya sungguh ku tak pernah menduganya. Kami mendapati ribuan kemudahan, kami memperoleh proyek tersebut dengan mudah, karena hanya perusahaan kami yang mengajukan proposal tender tersebut dan tidak ada pesaing sama sekali!
 Ke mana para competitor yang besar? Ke mana mereka semuanya? Muncul keanehanku saat itu.
 Bila Dia memutuskan sesuatu, tidak ada pihak pun yang akan mampu menghambat-Nya! Ini semuanya kemudahan dari-Nya, Dia permudah seluruh proses tersebut. Dan dalam jangka waktu yang singkat kami mendapati keuntungan tiga kali dari jumlah hutang kami! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Begitulah dia menceritakannya dengan penuh keharuan.
 Selanjutnya kutahu, temanku itu menjadi orang yang selalu bersyukur dan dia yakin sekali bahwa pesantren tersebut telah menjadi amal andalan yang telah menjadi perantara doanya.
 Kabar terakhir yang kuterima, pesantren tersebut menjadi semakin besar dan megah walaupun para santrinya tidak pernah terbebani oleh biaya apapun.
 Nah, bagi para enterpreneur, tidak selamanya masa-masa menyenangkan hadir dari kehidupan seorang pengusaha, adakalanya masalah yang banyak terjadi justru sebuah ujian yang tidaklah ringan. Keberhasilan itu hadir setelah melewati masa masa sulit. Bukankah layangan akan terbang tinggi bilamana ada angin yang menerpanya?
 Atau mungkin, bagi seorang pengusaha, janganlah berpikir hanya mengembangkan usaha untuk meraih keuntungan materi saja, tetapi cobalah mulai dipikirkan sebuah usaha alternatif yang bermanfaat buat orang banyak, yang akan dijadikan cash flow langitnya. Bisa saja usaha-usaha tersebut akan dan telah menjadi amalan andalan, yang bilamana kita terhimpit suatu masalah ataupun ujian yang berat, bisa dijadikan perantara atau tawasul untuk permohonan doa kita kepada Allah.
 Terakhir, selamat berdoa. Allah Maha Mendengar rintihan hamba-hamba-Nya.
 Zidni T. Dinan
 zidni_dinan@yahoo.com

Ebook Wawasan Asykari


Pembahasan tentang yang satu ini memang cukup menarik untuk sebagian orang. Terutama kaum pria, karena identik dengan sifat keperwiraan yang nota bene lekat dengan setiap lelaki sejati. Apalagi bagi setiap muslim, khususnya menjelang berakhirnya dunia dan tibanya masa malhamah kubro, tak syak lagi pengetahuan tentang masalah yang satu ini begitu penting. Paling tidak, meskipun dia tidak bisa terjun langsung ke dalamnya, karena faktor fisik atau usia misalnya, ia bisa menularkannya kepada anak, kerabat maupun temannya. Pengetahuan yang saya maksud di sini adalah soal tarbiah asykariyah atau pendidikan militer yang merupakan salah satu unsur  komposisi “ramuan obat” penyakit wahn, yakni cinta dunia dan takut mati (baca BaladaRohingya: Hadza li Yaumin Sajaiz).
Berikut ini sekelumit isi ebook yang kami maksud.

Panduan Menjadi James Bond
Sebuah buku bagi mereka yang ingin menjadi agen rahasia. Buku ini berisi segala pengetahuan yang dibutuhkan seorang agen di lapangan dalam mengatasi tantangan agar tetap survive. Seperti pengetahuan tentang beladiri satu lawan satu (hand to hand combat) dan tentu saja selukbeluk senjata yang dibutuhkan. Buku setebal 479 halaman ini (termasuk cover), sayang berukuran cukup besar hampir 86,9 MB, sehingga anda harus sabar mendownloadnya.
Jika anda berminat silahkan klik di sini atau di sini
Untuk ukuran low quality (21 MB) silahkan unduh di sini dan jilid 2-nya (19 MB) di sini

Beladiri Militer
Ebook kali ini membahas teknik beladiri untuk kalangan militer meliputi pergulatan di bawah (ground fighting), banting membanting, teknik serang hindar dan pelatihan lain yang dibutuhkan seorang prajurit.
Silahkan klik di sini

Pengetahuan P3K untuk militer
Pengetahuan tentang pertolongan pertama tentu saja salah satu pengetahuan yang wajib diketahui seorang prajurit, mengingat situasi dan kondisi yang dihadapi tak menutup kemungkinan menyebabkan mereka terluka. Nah buku ini menguraikan tentang teknik-teknik tentang pertolongan pertama bagi prajurit yang terluka. Seperti menghentikan pendarahan, pernafasan buatan, mengatasi sengatan binatang berbisa, atau penanganan akibat terpapar racun atau zat kimia.
Tertarik? Silahkan download di sini

Teknik survival
Bertahan hidup merupakan keterampilan yang wajib dipunyai seorang prajurit di medan peperangan, mengingat kondisi real yang bakal dihadapi di lapangan sulit diprediksi. Bisa jadi, saat mereka berada di hutan, mereka tersesat sementara ketersediaan pangan sangat terbatas, sehingga mereka harus mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar. Nah, tidak semua yang ada di hutan bisa dimakan, karena tak mustahil mengandung racun atau bisa mematikan. Pengetahuan semacam ini diulas lengkap dalam ebook kali ini, disertai ilustrasi foto berwarna. Pastinya, ebook ini juga berguna bagi anda yang hobi naik gunung.
Silahkan klik di sini

Keterampilan tempur
Bagi anda penggemar dunia kemiliteran, ebook yang satu ini patut dijadikan referensi. Buku yang memaparkan keterampilan yang dibutuhkan seorang prajurit di medan tempur, dari melakukan kamuflase, memilih posisi tempur, melakukan pergerakan, sampai pengetahuan P3K dan bagaimana menjaga kebersihan personal di lapangan.
Anda yang berminat silahkan klik di sini

Senin, 30 Juli 2012

Dari Telinga Turun ke Hati


Ini bukanlah kisah cinta yang penuh romantisme. Tapi kisah tentang begitu dahsyatnya pengaruh Al Qur’an bagi hati manusia, manakala cahaya hidayah telah meneranginya. Cerita ini saya kutip dari buku monumental karya Syekh Muhammad Rahmatullah al Kairanawi berjudul “Izhar Al Haq”, sebuah buku yang berhasil mengubah Syekh Ahmad Deedat dari seorang penjaga toko klontong menjadi seorang kristolog ulung.
Ketika membantah tudingan sebagian ilmuwan nasrani pada otensitas Al Qur’an sebagai kalam Alloh Subhanahu wa Ta’ala, syekh mengajukan 12 bukti bahwa Al Qur’an itu memang benar-benar firman Alloh. Pada bukti ke-12, syekh menjelaskan bagaimana Al Qur’an menimbulkan rasa takut, yang menghampiri hati dan telinga para pendengar dan pembacanya. Perasaan ini kadang juga menimpa orang yang tidak memahami makna dan tafsiran Al Qur’an. Mereka ada yang langsung masuk Islam, ada yang meneruskan kekafirannya dan ada pula yang tetap kafir pada waktu itu tapi kemudian kembali lagi kepada Robb-nya.

Di antaranya syekh menuturkan cerita Nurullah Asy Syuwistari dalam buku tafsirnya, “Ketika ‘Allamah ‘Ali Al Qusyaji berangkat dari belakang sungai menuju Roma, datanglah kepadanya seorang pendeta Yahudi untuk memastikan kebenaran Islam. Pendeta itu lalu mendekatinya selama satu bulan, tetapi sampai saat ini pendeta itu tidak menyampaikan (argumen) satu dalilpun dari dalil-dalil yang disampaikan ‘Allamah kepadanya.

Hingga suatu subuh, ketika ‘Allamah sedang sibuk membaca Al Qur’an di teras atas rumahnya (padahal suaranya sangat tidak enak). Ketika itu orang tersebut memasuki pintu dan mendengar bacaan Al Qur’an, lalu Al Qur’an memberikan pengaruh besar untuk jiwanya.

Setelah sampai kepada ‘Allamah, orang itu berkata, “Sesungguhnya aku akan masuk Islam.” Maka ‘Allamah menuntunnya bersyahadat sebagai ikrar masuknya pendeta itu ke dalam Islam, kemudian ia menanyakan sebabnya. Maka ia menjawab, “sepanjang umurku, aku tidak pernah mendengar suara yang memuakkan seperti suaramu. Ketika itu aku sampai di pintu dan mendengar ayat Al Qur’an darimu. Lalu itu menimbulkan pengaruh besar dalam diriku, maka aku mengetahui bahwa itu adalah wahyu.”

Syekh Rahmatullah juga memaparkan salah satu episode pertemuan Ja’far Ath Thoyyar rodhiyallohu anhu dengan Raja Najasyi dari sebagian kisah shahabat yang berhijrah ke negeri Habasyah (Etiopia). Diriwayatkan ketika Ja’far sedang membacakan Al Qur’an di hadapan Raja Najasyi dan shahabat-shahabatnya, mereka menangis tanpa henti-hentinya sampai Ja’far menyelesaikan bacaannya.
Diriwayatkan juga bahwa Raja Habasyah mengutus 70 orang dari para cendekiawan Kristen kepada Rasululloh Sholollohu alaihi wassalam. Maka beliau membacakan surat Yasin kepada mereka, sehingga mereka pun menangis dan beriman. Berkenaan dengan peristiwa itu atau salah satunya, turunlah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rosul, kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata, ‘Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad Sholollohu alaihi wassalam).” (Al Maidah: 83)

Berkenaan dengan bagaimana bacaan Al Qur’an mempengaruhi pendengarnya, bahkan pada mereka yang tidak mengerti bahasa arab, ada penelitian menarik dari Dr Ahmad Al Qodhi. Penelitian dilakukan di kota Panama wilayah Florida, Amerika Serikat, pada tiga kelompok manusia dengan tujuan melihat dampak bacaan Al Qur’an pada organ tubuh manusia. Mereka terdiri dari muslim yang bisa berbahasa arab, muslim yang tidak bisa berbahasa arab dan non-Islam yang tidak bisa berbahasa arab.

Penelitian ini menggunakan seperangkat peralatan elektronik dengan ditambah komputer untuk mengukur gejala-gejala perubahan fisiologis pada responden selama mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur'an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris.

Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur'an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas.
Hasil penelitian ini pernah dipresentasikan oleh Dr Al Qodhi pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan di kota Saint Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.

Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i) Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah
kian kuatnya validitas hasil evaluasi.

Perangkat lainnya:
·         Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan fisiologis dan printer.  
·         Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.  
·         Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 chanel untuk mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran darah dalam kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.
Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan.
Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya pori-pori kulit. Untuk hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume darah yang mengalir pada kulit terlihat jelas pada layar monitor
yang menunjukkan adanya penambahan cepat pada jantung. Dan bersamaan dengan bertambahnya ketegangan, pori-pori mengecil, maka mengecil pulalah darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak jantung.

Metode dan Keadaan yang digunakan:
Percobaan dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan 22 tahun. Dan setiap responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab.
Dan percobaan ini sudah dilakukan selama 42 sesi, dimana setiap sesinya dilakukan 5 kali percobaan, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Kepada responden dibacakan ayat Al-Qur'an dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Bacaan bukan Al-Qur'an ini dilagukan seperti bacaan Al-Qur'an dalam lirik membacanya. Pada percobaan lain responden tidak mendengar satu bacaan pun selama 40 uji-coba. Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi duduk santai dan terpejam. Dan posisi santai seperti ini juga diterapkan terhadap 170 uji-coba mendengarkan bacaan Al-Qur'an dan bukan Al Qur’an.

Dan ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an
untuk mengetahui ada tidaknya efek placebo (efek palsu) dalam mendengarkan bacaan mirip seperti Al-Qur'an, padahal mereka tidak bisa membedakan mana yang bacaan Al-Qur'an dan mana yang bukan. Dan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bacaan Al-Qur'an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apakah dampak ini juga terlihat pada kalimat berbahasa Arab bukan Al Qur’an yang dibaca secara murottal (seperti bacaan Imam Shalat) pada telinga responden.

Adapun percobaan yang
tidak diperdengarkan satu ayat Al-Qur'an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak fisiologis sebagai akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk santai dan mata terpejam).

Dan sejak
awal percobaan jelas terlihat bahwasanya posisi duduk dan diam serta tidak mendengarkan satu ayat pun, tidak menimbulkan perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas pada tahapan berikutnya pada penelitian perbandingan antara pengaruh bacaan Al-Qur'an dan bacaan bukan Al Qur’an yang dibaca secara murottal seperti Al-Qur'an terhadap tubuh.

Dan metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan satu bacaan Al-Qur'an, kemudian bacaan
bukan Al Qur’an, kemudian Al-Qur'an dan seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.
Dan para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur'an dan bukan Al-Qur'an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya, mana yang Al-Qur'an dan mana yang bukan.
Adapun metode monitoring pada setiap percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu chanel monitoring elektrisitas listrik pada otot-otot, yaitu dengan perangkat M
edax 2002 (Medical Data Exuizin). Alat ini membantu menyampaikan listrik yang ada di dahi.

Dan petunjuk yang sudah dimonitor dan dicatat selama percobaan ini menga
ndung energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar fluktuasi listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan jika dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi dan dicatat di dalam komputer.

Alasan diutamakannya metode ini untuk memonitor, menurut Dr Al Qodhi adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci yang cocok untuk studi banding, evaluasi dan akuntabilitasnya.

Pada satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang paling kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf, dibandingkan dengan berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk.

Hasil Penelitian
Ada hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur'an. Dan hal ini menunjukkan bahwa energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini. Hal ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor, dimana ada dampak hanya 3
5 % pada responden yang diberi bacaan selain Al-Qur'an.

Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur'an. Oleh karena itu, dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur'an dan
yang bukan) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.

Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur'an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap syaraf.
Dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh, dan perubah-perubahan yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah, perubahan detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.

Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya.

Oleh karena itu sudah diketahui umum bahwa
ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada disfungsi organ tubuh, yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.

Juga, hasil uji coba penelitian ini menunju
kkan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya.
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al Hasyr: 21)

Minggu, 29 Juli 2012

Download Kitab Tauhid

Halaman ini, kali ini menyajikan ebook pembahasan Tauhid yang ditulis oleh para ulama ahlus sunnah.  Sebagaimana diketahui, Ilmu Tauhid merupakan ilmu pokok yang harus diketahui setiap muslim, sebelum ilmu-ilmu yang lain. Karena tauhid lah merupakan perkara yang menjadi sebab para nabi diutus dan tauhid juga lah yang akan menyelamatkan seseorang dari kekalnya siksa neraka. Sebagai bahan perbandingan dan menambah wawasan (tsaqofah), kami juga menyertakan pembahasan tauhid versi para ulama pengikut Imam Abul Hasan Al Asy’ari yang lebih sering menyebut dirinya golongan aswaja. Semoga ebook yang kami sajikan dapat bermanfaat.

Kitab Tauhid Ahlussunnah
Kitab Tauhid Aswaja

Cukuplah Kematian Sebaik-baik Peringatan

Sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang pasti, dan akan dialami setiap makhluk Alloh baik itu malaikat, iblis, jin, manusia,  binatang maupun tumbuhan. Tidak ada satupun yang mampu menghindari dan menolaknya, betapa pun kuat fisiknya dan banyak tipu dayanya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Alloh, bagi-Nyalah segala penentuan. Dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al Qoshosh: 88)
Oleh karena itu, bagi manusia sebagai makhluk yang berakal, peristiwa kematian seharusnya  bisa menjadi bahan pelajaran sekaligus peringatan. Bahwa dirinya cepat atau lambat akan mendatanginya. Hanya saja kapan waktunya masih merupakan misteri. Tapi yang pasti, setiap orang yang memasukinya, tidak akan bisa kembali lagi. Dalam hal ini Allah menggambarkan keadaan orang kafir setelah kematiannya, dalam firman-Nya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, ia berkata: ‘Ya Robbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang sholeh yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al Mu’minun: 99-100). Kalau sudah begitu, di hadapan mereka, yang ada hanyalah rasa penyesalan yang tak berkesudahan dan rasa sakit tak terperikan akibat siksaan.
Maka beruntunglah bagi orang-orang yang mempersiapkan diri, dengan beramal selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Begitulah teladan yang diberikan para salafush sholeh dulu, mengingat kematian memacu mereka untuk memperbanyak amal ibadah dan menjauhi maksiat, sesuai sabda Rosululloh Sholollohu alaihi wa salam: “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan. Yaitu kematian!” (HR At Tirmidzi no. 2460, ia berkata hadits ini hasan ghorib)
Bukankah umur manusia sangat terbatas, sementara kewajiban yang harus dilakukan sangat banyak. Hal ini menuntut setiap orang untuk pandai-pandai memanfaatkan detik-detik usianya dalam rangka menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan di pundaknya. Setiap orang harus waspada, jangan sampai umurnya banyak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak bernilai pahala.
Kesuksesan seorang hamba dalam meraih rahmat, ridho dan ampunan Alloh sangat bergantung kepada kepandaiannya dalam mendayagunakan usianya. Semakin pandai dan rajin memanfaatkan usianya dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan Alloh, semakin besar harapannya untuk meraih rahmat, ridho dan ampunan-Nya. Sebaliknya, semakin banyak waktunya terbuang sia-sia dengan melakukan perbuatan tak bernilai pahala, apalagi kategori dosa, semakin kecil peluang mendapat rahmat, ridho dan ampunan Alloh.
Kesempatan, waktu luang, kekayaan, masa muda dan kesehatan adalah modal pokok untuk beramal. Bila pada saat lapang seperti itu seorang hamba tidak giat melaksanakan ketaatan, maka pada saat menghadapi kesempitan, kesibukan, kemiskinan, usia tua dan masa sakit, kecil kemungkinannya ia akan bisa memanfaatkan untuk amal-amal ketaatan.
“Ada dua kenikmatan yang seringkali mayoritas manusia tertipu dn merugi di dalamnya. Yakni kesehatan dan kesempatan,” ungkap Rosululloh Sholollohu alaihi wasallam dalam sebuah hadits shohih. (HR Bukhori no. 5933 dan At Tirmidzi no. 2226)
Berkata Imam Ibnul Jauzi, “Terkadang seorang manusia dalam keadaan sehat, namun tidak mempunyai waktu luang (untuk beramal sholeh), karena kesibukannya dalam mencari mata pencaharian. Sebaliknya, terkadang ia mempunyai harta yang cukup, namun tidak berada dalam keadaan sehat. Jika kedua kenikmatan itu terkumpul pada dirinya, rasa malas menguasai dirinya sehingga ia tidak berbuat ketaatan, maka jelaskan ia adalah orang yang tertipu.
Sesungguhnya dunia adalah ladang tempat bercocok tanam untuk akhirat. Di dunia ada perdagangan yang labanya akan nampak kelak di akhirat. Barangsiapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya dalam rangka ketaatan kepada Alloh, maka ia adalah orang yang beruntung dan layak untuk kita iri hati kepadanya.
Sebaliknya,  siapa yang mempergunakan kedua nikmat ini untuk bermaksiat, maka ia adalah orang yang tertipu dan merugi. Karena setelah waktu luang berlalu, akan segera disusul oleh waktu sakit. Kalaupun waktu sibuk dan waktu sakit tidak datang, toh ia pasti akan mengalami masa tua. “ Demikian komentar Imam Ibnul Jauzi.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al Hasyr: 18)
Dahsyatnya proses sakaratul maut
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sekali-kali jangan. Apabila nafas seseorang telah mendesak sampai kerongkongan dan dikatakan kepadanya: ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’ Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia, dan bertaut betis kiri dengan betis kanan. Kepada Robbmulah pada hari itu kamu dihalau. “(Al Qiyamah: 26-30)
Melalui ayat-ayat ini Alloh menjelaskan tentang keadaan detik-detik kematian dan kedahsyatannya, di mana dijelaskan saat ruh dicabut dari jasad hingga mencapai kerongkongan. Pada saat itu diminta, seandainya ada dokter atau tabib yang mampu menolongnya dari maut. Sesuatu yang mustahil!
Yang terjadi adalah betis bertemu betis, sebagai ungkapan kepedihan saat proses sakaratul maut, kecuali bagi orang yang mendapat rahmat-Nya. Imam Roghib Al Asfahani dan para ulama lain menjelaskan bahwa istilah sakaratul maut diambil dari kata dasar sakaro, yang berarti mabuk atau kehilangan akal. Dalam bahasa Arab, kata sakaro paling banyak digunakan untuk makna ‘mabuk karena meminum minuman keras.’ Terkadang juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk, rasa sakit, dan pingsan karena beratnya rasa sakit (Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 18/351).
Pingsan karena beratnya rasa sakit inilah yang dimaksud dengan sakaratul maut. Detik-detik menegangkan saat nyawa akan dikeluarkan oleh malaikat maut dari jasad seseorang hamba dinamakan sakaratul maut, karena pada saat itu orang yang mengalaminya berada dalam keadaan setengah sadar dan setengah pingsan. Ia tidak berada di alam dunia, pun belum sepenuhnya memasuki alam akhirat.
Alloh berfirman: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata: ‘Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh perkataan yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya. “(Al An’am: 93)
Maksud ayat ini adalah seandainya kamu melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kematian yang dialami oleh orang-orang kafir, tentu kamu akan menyaksikan peristiwa itu sangat mengerikan dan membuat kamu ketakutan. Yaitu menyaksikan proses sakaratul maut yang mereka alami itu sedang berlangsung dengan segala kepedihannya, disebabkan pada saat itu malaikat memperlihatkan adzab dan siksa dengan segala perangkatnya yang mengerikan, sehingga ruh dalam jasadnya seolah enggan berpisah dengannya.
Lalu para malaikat itu memukuli mereka dari arah depan dan belakang dengan membentak-bentak seraya berkata bahwa siksaan itu adalah buah dari amal buruk mereka di dunia, dan sebagai balasannya mereka mendapat siksa setimpal sesuai keadilan Alloh Subhanahu wa Ta’ala (lihat Tafsir Ibnu Katsir, Juz 2, hal 319).
Dalam video berikut anda dapat menyaksikan bagaimana proses sakaratul maut seorang pemain sepak bola di tengah-tengah pertandingan yang sempat terekam kamera. Prosesnya mengingatkan kita dengan bunyi surat Al Alaq berikut ini: “Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Alloh melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. (Yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (Al Alaq: 14-16)



Kabar gembira menjelang ajal
Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh boleh jadi juga akan merasakan berat dan sakitnya sakaratul maut. Bahkan Rosululloh pun merasakannya. Namun rasa sakit ini tidak mengurangi derajat dan keutamaan beliau. Sebab berbagai hadits yang shohih telah menjelaskan bahwa ujian bagi para nabi dan rosul dilipatgandakan dari ujian bagi orang-orang mukmin lain, karena pahala bagi mereka juga dilipatgandakan dari pahala orang-orang mukmin lain. Maka rasa sakit luarbiasa yang beliau alami tersebut, bisa jadi dilipatgandakan dari rasa sakit orang-orang mukmin lain. Hal itu justru untuk semakin melipatgandakan pahala bagi beliau.
Hikmah lain yang bisa dipetik dari rasa sakit beliau ini adalah sebuah peringatan dini bagi umat beliau, agar mereka mempersiapkan amal sholeh yang lebih baik dan lebih banyak lagi dalam menghadapi datangnya kematian. Seorang mukmin tidak akan kagum atau merasa cukup dengan amal sholeh yang telah dikerjakan saat ini. Setelah membandingkan amal sholeh Rosululloh dan rasa sakit yang beliau alami saat sakaratul maut, seorang mukmin akan tersadar bahwa ia masih perlu memperbaiki diri dan amalnya lebih jauh lagi.
Kendati demikian,  meski sama-sama merasakan beratnya proses sakaratul maut, ketika kematian tiba pada orang sholeh, para malaikat memberinya kabar gembira berupa surga. Sebaliknya bila orang tersebut adalah orang kafir, musyrik, munafik atau tergolong muslim yang senantiasa berbuat dosa, maka para malaikat memberinya kabar siksa.
Dalam Al Qur’an ditegaskan: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Robb kami ialah Alloh.’ Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah Alloh janjikan kepadamu. Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta. Sebagai hidangan dari Robb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (Fushshilat: 30-32)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang hamba yang istiqomah di atas tauhid, as sunnah dan ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya akan mendapat berita gembira pada detik-detik terakhir usianya. Imam Mujahid bin Jabr, Zaid bin Aslam, Abdurrohman bin Zaid bin Aslam, Ikrimah maula Ibnu Abbas dan As Sudi mengatakan: “Para malaikat akan turun kepadanya pada saat ia akan mati dengan memberikan kabar gembira kepadanya ‘Janganlah engkau takut menghadapi urusan akhirat yang akan engkau datangi, dan jangan pula sedih memikirkan urusan keluarga, harta, utang, dan urusan duniawi lainnya yang engkau tinggalkan!”
Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Zaid ibnu Aslam mengatakan, “Maksudnya adalah para malaikat akan memberikan kabar gembira kepadanya pada saat ia akan mati, saat ia berada di alam kubur, dan saat ia dibangkitkan.”
Dalam sebuah hadits shohih disebutkan: “Barangsiapa senang untuk bertemu Alloh, niscaya Alloh pun senang untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa benci untuk bertemu Alloh, niscaya Alloh pun benci untuk bertemu dengannya.” Aisyah atau isteri nabi yang lain berkata, “Setiap orang di antara kita tentu membenci kematian.” Maka beliau menjawab, “Bukan itu yang saya maksudkan. Sesungguhnya jika kematian seorang mukmin tiba, ia diberi kabar gembira akan mendapatkan keridhoan dan kemuliaan dari Alloh. Maka tidak ada hal yang lebih ia cintai daripada apa yang ada di hadapannya, maka ia pun senang untuk bertemu Alloh, sehingga Alloh pun senang untuk bertemu dengannya. Adapun jika kematian orang kafir telah tiba, ia akan diberi kabar gembira dengan azab dan hukuman Alloh. Maka tidak ada yang lebih ia benci daripada apa yang ada di hadapannya, sehingga ia pun benci bertemu Alloh dan Alloh pun benci untuk bertemu dengannya.“ (HR Bukhori no. 6062 dan Muslim no. 4845)
Indikator su’ul dan khusnul khotimah
Setiap muslim selayaknya mempunyai sikap hati-hati terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan su’ul khotimah. Di antara sebab terbesar yang dapat mengantarkan seseorang pada akhir hayat yang buruk adalah aqidah yang tidak murni. Sebab kerusakan aqidah akibatnya dapat merusak keimanan dan amal perbuatan.
Di antara penyebab lainnya adalah suka menunda-nunda taubat; mengejar pesona dunia dan menggantungkan diri padanya; mengambil sikap keluar dari kebaikan dan petunjuk agama; bunuh diri; melakukan maksiat terus menerus dan terbiasa dengan kejelekan. Sebab kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya, akan menyatu dalam dirinya lalu selalu menguasai pikirannya sehingga pada detik-detik menjelang ajal seringkali sesuatu yang paling akrab dengan dirinya keluar melalui ungkapan lisan maupun gerakan.
Ibnu Katsir mengemukakan bahwa maksud su’ul khotimah adalah bahwa dosa-dosa, kemaksiatan dan hawa nafsu menguasai pelakunya. Sehingga pada saat kematiannya ia dikuasai syetan karena imannya lemah menyebabkannya terjerumus dalam akhir hayat yang buruk. Alloh berfirman: “Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (Al Furqon: 29)
Akhir hayat yang tidak baik tidak akan dialami oleh orang yang berperilaku baik lahir batin di sisi Alloh, melainkan dialami oleh orang yang batinnya tidak baik dari segi aqidah dan lahiriahnya dari segi amal perbuatan; serta orang yang berani melakukan dosa-dosa besar dan kejahatan. Ini semua akan menguasai dirinya hingga akhir hayatnya kecuali jika ia bertaubat sebelum ajal.
Kadang tanda-tanda akhir hayat yang tidak baik dapat dilihat dari sikap menolak mengucapkan kalimah tauhid dan mengucapkan hal-hal yang tidak baik serta diharamkan, yang menunjukkan keterikatan secara batiniah dengan hal itu semua. Na’udzubillahi min dzalik. Kita mohon perlindungan Alloh dari itu semua.
Sebaliknya, penyebab khusnul khotimah yang paling pokok adalah jika seseorang senantiasa mentaati petunjuk Alloh dengan ketaqwaan; membuat penghalang antara dirinya dan hal-hal yang diharamkan; dan segera bertaubat bila melakukan dosa dan kemaksiatan.
Di antara sebab lainnya adalah jika seseorang senantiasa memohon kepada Alloh agar ia meninggal dalam keadaan beriman dan bertaqwa; berusaha memperbaiki lahir batinnya dengan tekad dan tujuan yang diarahkan mencapai perbaikan itu. Alloh memberikan taufik bagi orang yang mencari kebenaran dan kebaikan; Dia memberikan keteguhan, dan menyatukan dalam dirinya dengan kebenaran dan kebaikan itu.
Sedangkan tanda-tanda khusnul khotimah sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits, di antaranya adalah:
  • Mengucapkan syahadat atau kalimah tauhid pada saat meninggal.
  • Mati dengan keringat di dahi.
  • Meninggal pada malam Jum’at atau siang harinya.
  • Syahid dalam berjihad fi sabilillah, atau ketika mempersiapkannya, atau ketika melaksanakan haji.
  • Mati karena penyakit epidemi seperti wabah (tho’un), tbc, kolera dan penyakit dalam lainnya.
  • Mati tenggelam, terbakar atau tertimpa reruntuhan.
  • Mati karena melahirkan atau karena hamil.
  • Mati karena membela perkara yang dilindungi dalam hukum Islam, yaitu agama, jiwa karena membela diri, harta milik yang hendak dirampas, dan kehormatan seperti membela keluarga.
  • Mati dalam keadaan beramal sholeh, sebagaimana terlihat dalam video berikut. Seorang yang meninggal dalam keadaan sujud setelah melakukan sholat sunnah, yang terekam CCTV di sebuah masjid di Timur Tengah.


  • Pujian dan kesaksian baik terhadap orang yang mati dari para pelayat muslim yang sholeh.
Kesimpulannya, orang yang takut kepada Alloh baik saat sendirian maupun di tengah orang ramai, selalu mengisi hari-harinya dengan berdzikir kepada Alloh, maka mudah baginya untuk senantiasa bersama-Nya pada saat-saat kritis menjelang ajal. Sebaliknya bagi orang yang selalu sibuk dengan selain Alloh ketika hidupnya, maka sulit baginya untuk membawa diri bersama-Nya sehingga ketika ruhnya dicabut pun memberi pengaruh pada lisan dan pikirannya.
Oleh karena itu, seyogianya bagi setiap muslim senantiasa menempatkan hati dan lisannya pada kesibukan berdzikir kepada Alloh dengan melakukan amal sholeh dan ketaatan kepada-Nya. Sebab bila ajal tiba, yang menguasai dirinya adalah syetan. Maka rugilah dia selamanya.

Jumat, 27 Juli 2012

Download Kitab Tafsir

Berikut ini kami suguhkan beberapa ebook kitab tafsir dalam format pdf, djvu dan chm. Namun demikian kami mohon maaf sebagian kitab tidak lengkap, karena kami baru mendapatkan sebatas itu. Jika kami menemukan link yang memuat lengkap, Insya Alloh, akan kami sertakan dalam halaman ini.

Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Jalalain
Tafsir Fi Zilalil Quran

Tafsir Ibnul Qoyyim

Tafsir Syekh Sholeh Al Utsaimin