Hadits Online

Kamis, 31 Januari 2013

Dampak Perbuatan Baik dan Perbuatan Buruk


Oleh : Syaikh Abdullah Azzam

Wahai kalian yang telah ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuilah bahwasanya Allah Azza wa Jalla telah menurunkan di dalam Al-Qur'anul Karim :
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu …” (QS. Al-Anfal : 24)

Allah Ta’ala berfirman :
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya. Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am :122-123)

Allah Azza wa Jalla telah menjadikan anak manusia di dunia ini menurut suatu aturan dan undang-undang yang tetap dan tiada akan berubah. Aturan tadi kesimpulannya tertuang dalam ayat :

“ … Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 123-124)

Agama Fitrah
Perlu diketahui, bahwa di dalam mengikuti manhaj Allah Azza wa Jalla itu terdapat kehidupan, cahaya, ketenangan, ketentraman, kesenangan dan kebahagiaan serta apa saja yang mungkin menjadi santapan hati, kecerdasan dan kesungguhannya.

Sebaliknya, berpaling dari manhaj Allah merupakan kehilangan, kerugian, kecelakaan, kegelapan dan kesempitan dalam hidup. Tak seorang pun mampu menghitung pengaruh yang ditimbulkan oleh kejahatan terhadap jiwa. Dan kita tidak akan mampu menghitung pengaruh kebaikan/kebajikan terhadap hati, jiwa dan diri manusia.

Manhaj dan aturan yang diciptakan Allah terhadap diri manusia tidak akan pernah berubah ataupun berganti, meski hukum-hukum alam terkadang bisa berubah … hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan kauniyah (alam semesta) terkadang bisa berubah, seperti hukum alam yang berlaku pada matahari, bulan, bintang, planet-planet dan lain-lain. Semua itu dapat bergoncang dan rusak dengan izin Allah.

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan).” (QS. At-Takwir : 1-4)

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap.” (QS. Al-Infithar : 1-3)

Bisa jadi Allah merubah hukum-hukum kauniyah yang telah disunnahkan-Nya itu. Akan tetapi hukum-hukum-Nya yang berlaku pada diri manusia akan terus berjalan di dunia ini dan di akhirat nanti. Buahnya akan terus memberikan dan mendatangkan makanannya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya di dunia dan di alam baka.

Hati manusia akan bercahaya dengan perantaraan amal kebajikan, sebagaimana ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu :

“Sesungguhnya amal kebajikan dapat membuat hati bercahaya, muka bersinar, badan kuat, rezki lapang dan menjadikan rasa kecintaan dalam hati manusia. Sebaliknya, amal keburukan/kejahatan hanya membuat gelapnya hati, hitamnya muka, lemahnya badan, sempitnya rezki dan menjadikan rasa kebencian di dalam hati manusia.”

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.” (QS. An-Nisa’ : 123)

Hukum yang telah disunnahkan Rabbul ‘Izzati ini, berlaku di dunia dan di akherat. Tidak akan berubah kendati langit berubah dan tidak akan berganti kendati bumi dan seluruh planet yang ada dilipat. Dan tidak mungkin berubah atau hilang meski bumi berubah dan manusia serta hewan-hewaan lenyap dari permukaannya.

Oleh karenanya, manusia menemukan kesan/pengaruh dari perbuatan baik dan amal shalih di dalam hatinya. Meski ia bekerja payah, meski ia melakukan usaha yang besar, meski ia terkurung di dalam penjara atau berada dalam hiruk pikuk pertempuran yang penuh dengan kepulan debu tak mendapatkan makanan, tak mendapatkan kekuatan, telanjang dua telapak kakinya, terbuka bagian atas kepalanya dan kusut rambutnya. Namun demikian kebahagiaan tidak pernah lepas dari hatinya. Boleh jadi ia kehilangan semua harta kekayaan dunia yang dimilikinya, akan tetapi ia tidak pernah akan kehilangan dirinya dan tidak akan pernah kehilangan hatinya. Bagaimana mungkin orang yang telah menemukan Rabbnya akan kehilangan dirinya dan hatinya?!!

Sebaliknya, kalian melihat ahli dunia bergelimang dalam lembah kenikmatan. Mereka makan berbagai jenis makanan yang enak lagi lezat, berpakaian yang bagus-bagus, mengendarai mobil-mobil yang mewah lagi megah dan hidup di apartement-apartement yang menjulang tinggi. Akan tetapi hati mereka sangat lemah, kelam risau, goncang dan tidak bahagia. Kalian dapati mereka selalu merasa bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. –yakni : mereka merasa selalu diawasi dan dicurigai hingga hatinya menjadi tidak tenang—. Sesungguhnya kebahagiaan itu bukan berada di tangan mereka. Sebab hati yang baik itulah yang akan memberikan kebahagiaan dan kehidupan baginya. Sedangkan hati yang rusak justru akan melemahkan dan menggoncangkan kehidupannya.
Allah Ta’ala berfirman :

“ … Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Ar-Ra’d : 33-34)

Faktor Penambah Kekuatan Seseorang
Kekuatan hati datang kepada seseorang melalui perantaraan amal shalih. Sedangkan lemahnya hati datang kepada seseorang karena perbuatan jahat, perbuatan keji dan maksiat. Oleh karena itu Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan kepada seorang penakut demikian : “Jika hatimu sehat, pasti engkau tidak akan takut.” Jadi jika hati seseorang sehat, maka ia tidak akan merasa takut kepada seorangpun. Sebab perbuatan jahat itu bagaikan racun. Ia akan melemahkan hati sebagaimana racun melemahkan (merusakkan) perut dan usus. Sedangkan kebaikan itu seperti makanan, ia akan menghidupkan hati dan menyinarinya. Karena itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Perumpamaan rumah yang selalu disebut nama Allah di situ dengan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah di situ adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya)

Beliau juga bersabda : “Janganlah kamu jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan.” (HR. Muslim dalam Shahihnya) Yakni, hidupkanlah rumah itu dengan amalan-amalan sunnah. Dan jangan kalian serupakan ia dengan mayat atau kuburan yang telah rusak dan sunyi. Yang tidak ada di dalamnya amal-amal shalih.

Adapun kekuatan jasmani, maka ia sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla melalui lisan Hud a.s.

“Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud : 52)

Dalam kitab Al-Fawaid, Ibnul Qayyim menulis sebuah fasal yang amat menarik. Di mana di situ diterangkan bahwa memandang sesuatu yang diharamkan akan melemahkan mata, mencuri dapat melemahkan tangan, berjalan untuk mendatangi hal-hal yang haram akan melemahkan kaki dan memakan barang haram akan melemahkan badan/jasmani. Melemahkannya secara inderawi bukan maknawi. Dan sesungguhnya perbuatan baik akan menguatkan anggota badan dengan kekuatan yang bersifat inderawi bukan kekuatan maknawi. Kekuatan jasmani dan kekuatan hati hanyalah datang dari amal perbuatan yang baik dan dari menuntut berbagai jalan yang mendatangkan pahala. Sedangkan kelemahan jasmani dan kelemahan hati datang dari perbuatan-perbuatan yang menyelisihi kehendak Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Itu adalah sesuatu yang alami menurut undang-undang Ilahi. Sebab hati telah dibentuk menurut aturan yang tidak bekerja dan tidak menjadi kuat melainkan dengan dzatnya. Ketakwaan hati dengan mendatangkan sifat takwa dan kekuatan hati dengan mendatangkan bekalnya. Tidak mungkin hati akan beroperasi/bekerja melainkan mesti sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

Buah dari Perbuatan Maksiat
Menyelisihi Rabbul ‘Izzati artinya menyelisihi manhaj yang menjadi dasar awal mula pembentukan dan penciptaan hati. Jika suatu alat tidak bekerja melainkan sesuai dengan keinginan insinyurnya -dan Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi-, maka demikian pula hanya dengan hati manusia. Ia tidak akan bekerja, beroperasi, tidak akan cepat gerakannya dan tidak akan merasa lapang ketika memberi melainkan jika ia bekerja menurut manhaj Rabbnya. Bahkan berbagai peristiwa alam seperti : malapetaka, gempa bumi dan kefakiran; maka para sahabat dahulu menafsirkannya –sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada mereka— bahwa semua itu adalah sebagai akibat dari menyelisihi manhaj Allah. Menyelisihi manhaj Allah yang berkaitan dengan alam semesta, menyelisihi manhaj Allah dalam kehidupan.

Pernah suatu ketika terjadi gempa bumi di zaman pemerintahan Umar bin Khatthab. Lalu para sahabat mengirim seseorang kepada ‘Aisyah r.a. untuk menanyakan sebab yang menjadikan gempa bumi tersebut. Lalu oleh ‘Aisyah pertanyaan tadi dijawab : “Telah nampak/timbul –orang-orang yang melakukan— dosa di kota Madinah.” Begitu Umar mendengar berita dari ‘Aisyah, maka segera dia naik mimbar dan berkata : “Wahai manusia, demi Allah, kalau sekiranya perbuatan dosa itu terulang sehingga terjadi gempa lagi, maka aku tidak mau hidup berdampingan dengan kalian di kota ini –yakni kota Madinah—.”

Dahulu, para sahabat menafsirkan terlambatnya kemenangan adalah karena dosa. Kisah mengenai hal ini sangatlah masyhur. Ketika Umar bin Khatthab merasa bahwa penaklukan negeri Mesir berjalan sangat lambat, maka dia mengirim surat kepada Amru bin ‘Ash selaku panglima pasukan dalam misi tersebut. Kata Umar dalam suratnya : “Kalian begitu lambat dalam menaklukkan negeri Mesir. Itu tidak lain adalah karena kalian mencintai dunia sebagaimana musuh-musuh kalian mencintainya. Sesungguhnya saya akan mengirim empat orang pilihan untuk membantu kalian. Aku telah meminta janji setia mereka untuk melangkah di atas manhaj (jalan) yang telah ditinggalkan Rasulullah saw kepada kita. Jika Allah memenangkan kalian, maka sesungguhnya kemenangan itu adalah lantaran mereka yang saya yakini melangkah di atas jalan tersebut. Adapun jika Allah tidak memberikan kemenangan atas kalian, maka hal itu adalah disebabkan mereka menyimpang –dari manhaj tersebut— sebagaimana yang telah kalian lakukan.”

Mereka juga menafsirkan bahwa sempitnya rezki adalah dikarenakan dosa. Sebab, menurut mereka amal kebajikan akan mendatangkan berkah dalam rezki dan kehidupan.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu dan sahabat yang lain, dalam beberapa hadits shahih yang mauquf, mengatakan : “Sesungguhnya seorang hamba dilupakan dari mengingat suatu hadits dan tercegah mendapatkan rezki adalah lantaran dosa yang ia perbuat.” (Muslim meriwayatkan hadits yang seperti ini)
“Sesungguhnya seorang hamba dilupakan dari mengingat suatu hadits adalah lantaran dosa yang ia perbuat.”

Rezki terhalang lantaran dosa. Dan hadits dilupakan dari ingatan adalah lantaran dosa.

Tentunya kalian mengetahui ucapan Malik kepada Asy-Syafi’i ketika dia pertama kali melihatnya, yakni :
“Wahai anak muda, sesungguhnya saya melihat bahwa Allah telah memasukkan cahaya ke dalam hatimu. Maka dari itu janganlah engkau padamkan ia dengan kegelapan maksiat.”

Dan beberapa bait sya’ir dari Imam Asy-Syafi’i :
Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku
Lalu dia menunjukkan padaku supaya aku meninggalkan perbuatan maksiat
Dan dia memberitahu padaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.

Kebaikan akan menarik kebaikan dan kejahatan akan menarik kejahatan pula. Kebaikan akhirat akan menarik kebaikan dunia. Dan surga akhirat tidak akan bisa dimasuki kecuali dari surga dunia. Sebagaimana ucapan Ibnu Taimiyah rahimahullah : “Sesungguhnya di dunia ada surga, yang barangsiapa tidak masuk ke dalamnya, maka dia tidak akan bisa masuk surga akhirat. Surga itu adalah surga kegembiraan lantaran bisa berkomunikasi dengan Allah dan surga kebahagiaan lantaran bisa berhubungan dengan Allah.”

Maka sekali-kali kamu tidak akan dapat sampai ke surga akhirat melainkan melalui jalan surga dunia. Adapun surga dunia dan taman bagi orang-orang shalih di dalamnya serta kesenangan orang-orang yang bertakwa adalah melangkah di atas jalan yang lurus serta mengikuti jalan orang-orang shalih yang telah digariskan oleh Rabbul ‘Alamin. Oleh sebab itu kita diperintah agar selalu mengulang-ulang kalimat “Ihdinash shiraathal mustaqiem, artinya : Tunjukkanlah kami –ya Allah— jalan yang lurus” setiap saat dan waktu.

Adapun mengenai kelapangan rezki, maka Allah Ta’ala berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-A’raf : 96)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl : 112)

“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.(kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.” Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (QS. Saba’ : 15-17)

Oleh karena itu datang dalam sebuah hadits shahih :
“Barangsiapa yang ingin agar Allah menangguhkan/melamakan ajalnya dan melapangkan rezkinya, maka hendaklah ia menghubungi sanak kerabatnya.” (Potongan hadits dalam kitab Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 4079)

Kemudian dalam sebuah hadits hasan disebutkan :
“Berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan sanak kerabat dan berlaku santun/baik kepada tetangga dapat memanjangkan umur dan meramalkan perkampungan.”
“Menyambung hubungan sanak kerabat dan berlaku santun kepada tetangga dapat memanjangkan umur dan meramaikan perkampungan.”
Yakni, memanjangkan umur dengan barakah hidup. Betapa banyak waktu yang hanya sesaat sama dengan waktu yang bertahun-tahun karena barakah hidup. Dan berapa banyak pula waktu bertahun-tahun lewat begitu saja tanpa ada barakah di dalamnya. Wahai saudara-saudaraku : Hadapkaanlah diri kalian ke hadirat Rabb kalian.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan (pembeda dan pemisah).” (Q.S. Al-Anfal : 29)

(Ya’jal laum furqaana, artinya : niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan)
Dengan pembeda itu kalian dapat memisahkan antara yang hak dan yang batil. Allah akan menjadikan mata hatimu bercahaya sehingga kamu dapat memandang segala sesuatu menurut hakikatnya. Sebab mata hati yang telah diliputi oleh syahwat (hawa nafsu) dan syubhat (keragu-raguan) akan mengaburkan penglihatannya dan membutakannya sehingga ia akan melihat sesuatu secara terbalik … (Bagaimana dengan dirimu apabila melihat yang ma’ruf nampak mungkar dan yang mungkar nampak ma’ruf … bagaimana dengan dirimu jika kamu diperintahkan untuk mengerjakan yang mungkar dan dilarang mengerjakan yang ma’ruf?) Takutlah kamu kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah akan dirimu, takutlah kamu kepada Allah akan hatimu … takutlah kamu kepada Allah atas cahaya yang telah diberikan Allah padamu, takutlah kamu kepada Allah perihal dirimu, kelak kamu akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali dengan cara mengikuti jalan orang-orang yang shalih.

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. Al-An’am : 90)

Kebahagiaan Hakiki
Barangsiapa di antara kalian yang menginginkan kebahagiaan di dunia, maka hendaklah ia berpegang kepada ajaran agama. Dan barangsiapa di antara kalian yang menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka hendaklah ia berpegang kepada ajaran agama. Tidak ada cara untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat melainkan hanya dengan agama Islam.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibnu Taimiyah, ketika seluruh penduduk bumi menentangnya, dia malah mengucapkan perkataan : “Apa yang diperbuat musuh-musuhku atas diriku? Jika mereka memenjarakanku, maka sesungguhnya penjara adalah tempatku berkhalwat –dengan Allah—. Jika mereka membunuhku, maka kematianku adalah syahadah –mati syahid—. Dan jika mereka mengusirku, maka pengusiran itu merupakan perjalanan tamasya bagiku.” Meskipun dia berada dalam penjara yang gelap gulita, namun dia malah berkata : “Sekiranya emas sepenuh penjara ini aku berikan pada orang yang memenjarakanku, maka aku belum memberikan balasan yang setimpal padanya dikarenakan apa yang telah diberikan Allah padaku …”

Sekiranya aku memberikan padanya emas sepenuh penjara ini, namun karena sesuatu yang dikaruniakan Allah padaku dalam penjara ini –apa yang dibukakan Allah padaku—, maka aku belum memberikan balasan yang setimpal kepada orang-orang yang telah memenjarakanku.

Luasnya dunia … lapangnya rezki … cahaya hati … cahaya muka … siapa yang banyak melakukan shalat pada malam hari, maka wajahnya akan nampak baik (berseri) di siang hari. Dan sesungguhnya engkau akan melihat cahaya pada bagian wajah dan keningnya.

Adapun orang-orang yang durhaka, maka kegelapan dosanya akan membuat hitam kelam wajahnya sebagaimana dosa-dosa tersebut telah membuat padam cahaya yang bersinar dalam hati dan kalbunya. Sementara orang-orang yang selalu berhubungan dengan Allah ‘Azza wa Jalla, hatinya terang dan wajahnya bercahaya.

Kerjakan shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu merupakan adat kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, membuatmu dekat di sisi Rabbmu, dan menjadi pengusir penyakit dari badan. Sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits shahih … (wa muthriidatun lid-daa’i ‘anil jasadi, artinya : Dan sebagai pengusir penyakit dari badan).

Sesungguhnya Allah telah memberikan karunia kepada kamu dengan membawamu datang ke negeri ini (yang dimaksud Syaikh Abdullah Azzam adalah bumi ribath dan jihad Afghanistan – tempat di mana terjadi pertempuran antara mujahidin dengan pasukan kafir Rusia sedangkan konteks hari ini adalah di manapun tempat terjadinya pertempuran antara mujahidin dengan koalisi kafir). Tetaplah kamu berada di tempat kamu, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan nikmat yang hanya diketahui oleh orang yang merasakannya. Nikmat yang bisa mengangkat umur, memberkahi dan mensucikannya. Maka dari itu tetaplah kamu telah mengetahuinya … Jangan sampai kamu berbalik atau kembali ke belakang. Karena sesungguhnya karunia itu adalah taufik dari Rabbmu bukan berdasarkan pilihan atau berdasarkan amal perbuatanmu. Sesungguhnya ia hanyalah hidayah dari Allah dan taufik-Nya. Jika kamu berribath, maka itu adalah nikmat dari Allah. Dan jika kamu berjihad, maka itu adalah anugerah dari Allah. Dan jika kamu berkhidmat untuk jihad, maka yang demikian itu merupakan nikmat besar dari Rabbul ‘Alamin.

Maka jangan sampai kamu sia-siakan anugerah itu … jangan sampai kamu berbalik ke belakang, meski bagaimanapun beratnya, karena kesulitan dan kepayahan yang kamu alami hanyalah kepayahan badan. Walau kelak tubuhmu akan dimakan ulat, namun ia akan tetap meninggalkan lembaran-lembaran amal yang penuh dengan kebaikan.

“Pada hari datangnya beberapa ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang –kepada dirinya— yang belum beriman sebelum itu …” (QS. Al-An’am : 158)

Pada hari di mana setiap amal perbuatan seberapapun kecilnya akan diletakkan di atas timbangan …
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’ : 47)
Melangkahlah kamu di atas jalanmu, tetapilah tempatmu dan jangan mundur dan berpaling. Menghadaplah kamu kehadiran Rabbmu. Demi Allah –sebagaimana saya menduga— Allah telah memberikan karunia kepada kalian dari tampat-Nya yang tinggi, dan memberikan nikmat kepada kalian dari atas langit-Nya yang tujuh.

(Sumber : Kumpulan Khutbah Syaikh Abdullah Azzam dalam Kitab Fie Tarbiyah al Jihadiyah wal Bina’)

Senin, 28 Januari 2013

Langkah Setan Menelanjangi Wanita


Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su'). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk melepaskan hijab atau pakaian muslimah. Berikut ini tahapan-tahapannya.

I. Menghilangkan Definisi Hijab

Dalam tahap ini setan membisikkan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekedar pakaian atau mode hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar'i, pakaian ya pakaian, apa pun bentuk dan namanya.

Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai.

Berbeda halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahwa hijab adalah pakaian syar'i (identitas keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekedar mode. Biarpun hidup kapan saja dan di mana saja, maka hijab syar'i tetap dipertahankan.

Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka setan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya?

Pertama, Membuka Bagian Tangan
Telapak tangan mungkin sudah terbiasa terbuka, maka setan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bagian hasta (siku hingga telapak tangan). "Ah tidak apa-apa, kan masih pakai jilbab dan pakai baju panjang? Begitu bisikan setan. Dan benar sang wanita akhirnya memakai pakaian model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki yang melihat nya juga biasa-biasa saja. Maka setan berbisik," Tuh tidak apa-apa kan?

Kedua, Membuka Leher dan Dada
Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah setan untuk membisikkan hal baru lagi. "Kini buka tangan sudah lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bagian atas dada kamu." Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekedar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak gerah. Cobalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya bagian kecil saja yang terbuka.

Maka dipakailah pakaian model baru yang terbuka bagian leher dan dadanya dari yang model setengah lingkaran hingga yang model bentuk huruf "V" yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bagian sensitif lagi dari dadanya.

Ketiga, Berpakaian tapi Telanjang
Setan berbisik lagi, "Pakaian kok hanya gitu-gitu saja, cari model atau bahan lain yang lebih bagus! Tapi apa ya? Sang wanita bergumam. "Banyak model dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih enak dipandang," setan memberi ide baru.

Maka tergodalah si wanita, di carilah model pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparan. "Nggak apa-apa kok, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan modelnya saja yang agak berbeda, biar nampak lebih feminin," begitu dia menambahkan. Walhasil pakaian tersebut akhirnya membudaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparan, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat 'ariyat (berpakaian tetapi telanjang).

Keempat, Agak dibuka Sedikit
Setelah para wanita muslimah mengenakan busana yang ketat, maka setan datang lagi. Dan sebagaimana biasanya dia menawarkan ide baru yang sepertinya segar dan enak, yakni dibisiki wanita itu, "Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa nggak sebaiknya dibelah hingga lutut atau mendekati paha?" Dengan itu kamu akan lebih leluasa, lebih kelihatan lincah dan enerjik."

Lalu dicobalah ide baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai bagian bawah hingga lutut atau mendekati paha ternyata membuat lebih enak dan leluasa, terutama ketika akan duduk atau naik ke jok mobil. "Yah tersingkap sedikit nggak apa-apa lah, yang penting enjoy," katanya.

Inilah tahapan awal setan merusak kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya model, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeda dengan hijab syar'i yang sebenarnya. Maka kini mulailah setan pada tahapan berikutnya.

II. Terbuka Sedikit demi Sedikit

Kini setan melangkah lagi, dengan trik dan siasat lain yang lebih ampuh, tujuannya agar para wanita menampak kan bagian aurat tubuhnya.

Pertama, Membuka Telapak Kaki dan Tumit.
Setan Berbisik kepada para wanita, "Baju panjang benar-benar membuat repot, kalau hanya dengan membelah sedikit bagiannya masih kurang leluasa, lebih enak kalau di potong saja hingga atas mata kaki." Ini baru agak longgar. "Oh ada yang kelupaan, kalau kamu bakai baju demikian, maka jilbab yang besar tidak cocok lagi, sekarang kamu cari jilbab yang kecil agar lebih serasi dan gaul, toh orang tetap menamakannya dengan jilbab."

Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini buru-buru mencari model pakaian yang dimaksudkan. Tak ketinggalan sepatu hak tinggi, yang kalau untuk berjalan mengeluarkan suara yang menarik perhatian orang.

Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis
Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang-orang yang melihat juga tidak begitu peduli. Maka setan kembali berbisik, "Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak bereaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkah kakimu masih kurang leluasa, maka cobalah kamu cari model lain yang lebih enak, bukankah kini banyak rok setengah betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu mencolok, hanya terlihat kira-kira sepuluh senti saja." Nanti kalau sudah terbiasa, baru kamu cari model baru yang terbuka hingga setengah betis."

Benar-benar bisikan setan dan hawa nafsu telah menjadi penasehat pribadinya, sehingga apa yang saja yang dibisikkan setan dalam jiwanya dia turuti. Maka terbiasalah dia mema-kai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.

Ketiga, Terbuka Seluruh Betis
Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, setan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang sang wanita berpikir, apakah ini tidak menyelisihi para wanita di masa Nabi dahulu. Namun buru-buru bisikan setan dan hawa nafsu menyahut, "Ah jelas enggak, kan sekarang zaman sudah berubah, kalau zaman dulu para lelaki mengangkat pakaiannya hingga setengah betis, maka wanitanya harus menyelisihi dengan menjulurkannya hingga menutup telapak kaki, tapi kini lain, sekarang banyak laki-laki yang menurunkan pakaiannya hingga bawah mata kaki, maka wanitanya harus menyelisihi mereka yaitu dengan mengangkatnya hingga setengah betis atau kalau perlu lebih ke atas lagi, sehingga nampak seluruh betisnya."

Tetapi… apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki," gumamnya. "Fitnah? Ah itu kan zaman dulu, di masa itu kaum laki-laki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeda, kini kaum laki-laki kalau melihat bagian tubuh wanita yang terbuka malah senang dan mengatakan ooh atau wow, bukankah ini berarti sudah tidak ada lagi fitnah, karena sama-sama suka? Lihat saja model pakaian di sana-sini, dari yang di emperan hingga yang yang bermerek kenamaan, seperti Christian Dior, semuanya menawarkan model yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikuti model itu akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman."

Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis biasa dia kenakan, apalagi banyak para wanita yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempermasalahkan itu. Kini tibalah saatnya setan melancarkan tahap terakhir dari siasatnya untuk melucuti hijab wanita.

III. Serba Mini

Setelah pakaian yang menampak kan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan setan yang lain. "Pakaian membutuhkan variasi, jangan itu-itu saja, sekarang ini modelnya rok mini, dan agar serasi rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah."

Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian dada sekaligus bagian punggungnya dan berbagai model lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian pesta, berlibur, pakaian kerja, pakaian resmi, pakaian malam, sore, musim panas, musim dingin dan lain-lain, tak ketinggalan celana pendek separuh paha pun dia miliki, model dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicoba.

Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.
Hingga suatu ketika, muncul ide untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian paling rawan saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan "bikini". Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na'udzu billah bisikan setan berhasil, tujuannya tercapai, "Menelanjangi Kaum Wanita." Selanjutnya terserah kamu wahai wanita, kalian semua sama, telanjang di hadapan laki-laki lain, di tempat umum. Aku berlepas diri kalau nanti kelak kalian sama-sama di neraka. Aku hanya menunjukkan jalan, engkau sendiri yang melakukan itu semua, maka tanggung sendiri semua dosamu" Setan tak mau ambil resiko.

Penutup

Demikian halus, cara yang digunakan setan, sehingga manusia terjerumus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama orang tua jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis dan para wanita kita sekecil apapun, segera secepatnya diambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka sangat sulit bagi kita untuk mengatasinya.

Membiarkan mereka membuka aurat berarti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyengsarakan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam bis shawab.

Sumber
: www.alsofwah.or.id disadur dari Kitab "At ta'ari asy syaithani", Adnan ath-Thursyah


Jumat, 25 Januari 2013

Hukum Berburuk Sangka dan Mencari-cari Kesalahan

Oleh: Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr


Alloh Ta’ala berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [QS. Al-Hujurot : 12]

Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.

Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara” [HR Al-Bukhori no. 6064 dan Muslim no. 2563]

Amirul Mukminin Umar bin Khothob berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”

Ibnu Katsir menyebutkan perkataan Umar di atas ketika menafsirkan sebuah ayat dalam surat Al-Hujurot.

Bakar bin Abdulloh Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.

Disebutkan dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285) bahwa Abu Qilabah Abdulloh bin Yazid Al-Jurmi berkata : “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.

Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind [negara yang berbatasan dengan India], Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu” [Lihat Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)]

Komentar saya : “Alangkah baiknya jawaban dari Iyas bin Mu’awiyah yang terkenal cerdas itu. Dan jawaban di atas salah satu contoh dari kecerdasan beliau”.

Abu Hatim bin Hibban Al-Busti bekata dalam kitab Raudhoh Al-‘Uqola (hal.131), ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya”.

 Beliau juga berkata pada hal.133, “Tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita”.

Sumber : Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah, Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr, Edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penerbit : Titian Hidayah Ilahi Bandung, Cetakan Pertama Januari 2004

Kamis, 24 Januari 2013

Hukum Membantu Musuh Kaum Muslimin


Hari ini peperangan antara biang kekafiran Amerika yang dibantu antek-anteknya dari kalangan orang kafir, musyrik maupun murtad dengan kaum muslimin semakin dahsyat. Permasalahannya semakin ruwet dan mengkhawatirkan, karena dengan kelicikannya musuh berhasil menebar jaring syubhat, sehingga mampu menggiring para pemimpin di sebagian negeri kaum muslimin mengekor di belakang Amerika. Akibatnya tidak sedikit ulama dan umat Islam yang terkecoh. Mereka tanpa sadar memberi dukungan pada Amerika dan sejolinya negara Zionis Yahudi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara kepada kaum muslimin yang berjihad melawan kezholiman Amerika dan sekutunya, mereka tuduh dengan sebutan teroris, khowarij dan sebutan negatif lainnya dengan tujuan menjauhkan mayoritas kaum muslimin dengan mujahidin.

Kondisi ini mirip dengan yang terjadi di masa hidup seorang alim dan ahli hadits terkenal bernama Syaikh Ahmad Syakir rohimahulloh (1307-1377H/1892-1958M), penulis Kitab Umdatut Tafsir ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Ketika itu dunia Arab dipecahbelah oleh musuh-musuhnya yang kala itu dimotori Inggris dan Perancis. Kondisi ini mendorong beliau untuk mengeluarkan fatwa tentang hukum membantu musuh yang tengah memerangi kaum muslimin.

Fatwa ini pernah diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris oleh At Tibyan Publications dengan judul Declaration to the Egyptian Nation in Particular and to the Arab and Muslim Nations in General. Fatwa ini berasal dari kumpulan tulisan beliau Kalimatul Haqq halaman 126-137 di bawah judul Bayan ila al Ummat al Mishriyyah Khosshotan wa Ila al Ummat al ‘Arobiyyah wa al Islamiyyah ‘Ammatan yang diterbitkan Maktabatus sunnah Kairo. Kiranya, fatwa beliau tetap relevan dan penting untuk di ketengahkan, mengingat kondisi hari ini lebih parah daripada masa beliau. Fatwa ini begitu bernilai mengingat suara dan fatwa ulama mujahidin di masa sekarang dianggap angin lalu oleh sebagian kalangan. Penyebabnya, tentu saja, tuduhan miring yang diarahkan kepada mereka sebagai khowarij, ruwaibidhoh, dai kesesatan, penyeleweng sunnah dan kata-kata keji lainnya.

Semoga fatwa beliau ini dapat menyingkap syubhat yang hari ini menyelubungi sebagian besar kaum muslimin. Meskipun, boleh jadi bagi sebagian orang, fatwa ini terasa getir. Andai anda termasuk yang merasakannya bisa jadi anda mengidap syubhat. Maka renungkanlah! Bukankah di balik pahitnya obat, terkandung banyak manfaat?

***

Penjelasan kepada umat bangsa Mesir khususnya, bangsa Arab dan umat Islam umumnya:

“Sungguh, perkaranya sudah jelas antara kita dengan musuh kita dari bangsa Inggris dan sekutu mereka. Jelas juga bagi pasukan musuh kita yang mereka menetek air susu mereka, juga bagi budak musuh kita, yang menyerahkan akal dan kepemimpinannya kepada mereka. Sedangkan kita yang tumbuh di atas fithroh Islam yang benar tidak akan pernah ragu dengan apa yang telah terjadi, dan kejadian yang akan lebih dahsyat terjadi!

Sungguh, perkaranya sudah jelas, sungguh seluruh umat Mesir telah menyatakan pandangan dan keinginannya. Al-Azhar telah menyatakan pendapatnya yang benar dalam masalah menyikapi dan menolong musuh: Sesungguhnya yang wajib adalah, hendaknya kaum muslimin mengetahui kaidah-kaidah yang benar dalam syari‘at Alloh dalam hukum-hukum perang serta yang berkaitan dengan itu, dengan pengetahuan yang jelas, sehingga masing-masing bisa memperkirakan mana yang musuh dan mana yang bukan musuh, hendaknya ia tahu apa yang diperbolehkan dalam perang dan apa yang tidak boleh, apa yang wajib dan apa yang haram; sehingga amalan seorang muslim dalam jihad menjadi amalan yang benar dan bersih, ikhlas karena wajah Alloh semata. Jika menang, ia menang dalam keadaan muslim, ia memperoleh pahala mujahid di dunia dan akhirat. Dan jika ia terbunuh, ia terbunuh sebagai syahid.

Sesungguhnya Inggris telah memaklumkan peperangan terbuka sekaligus perang pengkhianatan kepada kaum muslimin di Mesir, perang permusuhan dan keangkuhan. Di Sudan, mereka mengumumkannya terhadap kaum muslimin sebagai sebuah peperangan yang disamarkan dan terbungkus dengan sampul kemaslahatan Sudan dan penduduknya, dihiasi dengan hukum hak asasi yang sebelumnya mereka telah tipu bangsa Mesir dengannya.

Kami telah melihat apa yang dilakukan Inggris di terusan Suez dan daerah-daerah sekitarnya, yaitu pembunuhan terhadap warga sipil yang tadinya dalam kondisi aman, pengkhianatan terhadap wanita dan anak-anak serta permusuhan terhadap pasukan keamanan dan pegawai kehakiman sampai-sampai tidak ada seorangpun yang selamat dari permusuhan mereka, baik anak kecil atau orang tua.

Dengan perbuatan-perbuatan mereka itu, mereka telah mengumumkan permusuhan secara jelas dan terang-terangan; tidak ada kesamaran dan kepura-puraan serta pengelakan, kelakuan mereka ini telah menjadikan darah dan harta mereka halal bagi kaum muslimin. Wajib bagi kaum muslimin yang berada di jengkalan bumi manapun untuk memerangi mereka, mereka harus diperangi di manapun dijumpai –baik itu sipil maupun militer—, semuanya adalah musuh, semuanya adalah pasukan perang, mereka telah menikmati sebuah pengkhianatan dan permusuhan, sampai-sampai wanita dan para pemuda mereka ikut-ikutan melepaskan tembakan kepada orang yang berlalu lalang di mana tadinya hidup sejahtera di Isma‘iliyah, Suez dan Bur Sa‘id dari atas loteng dan jendela-jendela tanpa rasa sungkan dan malu. Mereka adalah kaum pengecut, mereka lari ketika menjumpai orang yang kuat dan pejuang, dan berubah menjadi singa ketika menjumpai orang yang  lunak dan lemah. Maka tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk merasa lemah di hadapan mereka, atau menampakkan sikap lunak dan memberi maaf kepada mereka. “Bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka sebagaimana mereka telah mengusir kalian.” (QS. Al-Baqoroh:191)

Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam memang telah melarang kita membunuh wanita dalam peperangan, namun larangan itu ada sebab berupa sebuah ‘illah yang jelas dan gamblang: yaitu ketika wanita bukan termasuk pasukan perang (tidak ikut perang). Dahulu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melewati seorang wanita yang terbunuh pada salah satu ghozwah beliau, maka beliau bersabda, “Tidak seharusnya dia ikut berperang.” Kemudian beliau melarang membunuh wanita.

Adapun sekarang, wanita mereka menjadi tentara, mereka bahu membahu berperang bersama kaum pria, sedangkan yang bukan tentara ikut-ikutan berlagak seperti kaum pria, mereka melepaskan tembakan terhadap kaum muslimin tanpa takut dan gentar. Maka sesungguhnya membunuh para wanita itu adalah halal, bahkan wajib dalam rangka membela agama, nyawa dan negeri, kecuali kalau wanitanya lemah dan tidak mampu berbuat apapun.

Demikian halnya dengan anak kecil yang belum baligh, orang-orang tua renta yang lemah: Siapa saja di antara mereka yang ikut berperang atau melakukan tindak kezaliman, ia harus dibunuh. Dan siapa yang tidak melakukan hal itu, maka jangan ada seorangpun yang menimpakan marabahaya kepadanya kecuali kalau ingin menjadikan mereka dan para wanita tadi sebagai tawanan. Dan akan kami sebutkan hukum tentang tawanan, Insyâ Allôh.

Kami katakan, “Wajib bagi setiap muslim di jengkal bumi manapun untuk membunuh mereka di manapun dijumpai, baik sipil atau militer.” Kami mempunyai makna pada setiap kata dari kalimat ini. Artinya, di mana saja seorang muslim berada, dari jenis dan bangsa manapun, ia wajib melakukan apa yang kami di Mesir dan Sudan lakukan. Sampai seorang muslim yang berada di Inggeris sendiri –jika mereka benar-benar beriman—wajib bagi mereka melakukan apa yang dilakukan orang muslim lainnya semampu mereka, jika mereka tidak mampu mereka harus berhijrah dari negeri musuh atau dari negeri yang dia tidak bisa memerangi musuh di sana sesuai yang diperintahkan Alloh.

Karena sesungguhnya Islam adalah satu ‘etnis’ –meminjam istilah hari ini—dan ia membuang semua perbedaan etnis dan sukuisme antar para pemeluknya. Sebagaimana firman Alloh Ta‘ala: “Sesungguhnya inilah umat kalian yang satu.” (QS. Al-Anbiyâ’: 92 )

Dalil-dalil tentang itu adalah mutawâtir dan saling menguatkan satu sama lain, dan itu merupakan perkara yang maklum dalam din secara dhorûrî (aksiomatik), tidak ada seorang muslimpun yang ragu, bahkan Eropapun mengerti hal itu secara yakin. Tidak ada yang merasa ragu tentang hal itu kecuali orang kita yang dididik oleh Eropa serta orang-orang yang merencanakan peperangan dalam diri mereka terhadap agama mereka dan umatnya tanpa mereka sadari, sekali lagi tanpa mereka sadari.

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kalian ini?” mereka menjawab: “Kami adalah orang-orang tertindas di negeri (Mekkah).” Para malaikat berkata, “Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” orang-orang itu tempat kembalinya adalah Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah).” (QS. An-Nisâ’: 97-98)

Alloh tidak mengecualikan wajibnya hijrah atas setiap muslim yang berada di negeri musuh-musuh Alloh kecuali orang-orang lemah yang memang benar-benar lemah, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu tentang kondisi dirinya sedikitpun.

Allah tidak menerima alasan dari seseorang lantaran kekayaan, anak-anak, kesempatan, atau pertalian kerabat:
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Alloh dan Rosul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah 24)

Allah mendata semua udzur dan alasan orang-orang yang ragu dan tidak percaya diri. Kemudian Alloh menolak [alasan mereka] semua. Alloh tidak menerima alasan atau pembenaran apa pun.

Setiap muslim harus mendengar ini dan memperhatikannya – apakah ia berada di Mesir, Sudan, India, Pakistan, dan di setiap daratan di mana Inggris menjadi musuh dengan aturan dan kekuasaannya, di belahan dunia mana pun– dengan tanpa membedakan warna kulit dan etnis.

Adapun bantu membantu dengan Inggris dalam bentuk apapun, sedikit maupun banyak, adalah suatu kemurtadan yang jelas dan suatu kekafiran yang terang. Alasan apapun dan takwilan bagaimanapun tidak diterima dalam hal ini. Tidak dapat lolos dari hukum ini si fanatik yang dungu, politikus yang bodoh maupun orang yang bermanis muka padahal dia seorang munafik. Sama saja apakah itu berasal dari perseorangan, negara maupun para pemegang kekuasaannya, kesemuanya dianggap kafir dan murtad secara sama, kecuali yang tidak tahu dan yang berbuat keliru, lalu setelah mengetahui ilmunya dia segera bertaubat dan menempuh jalan orang-orang beriman. Mereka itu pasti akan diperkenankan taubatnya oleh Alloh, jika memang mereka melakukannya ikhlas karena Alloh bukan untuk membohongi orang lain.

Saya menyangka bahwa saya telah menjelaskan sekuat kemampuan tentang hukum memerangi Inggris dan hukum membantu mereka dalam bentuk apa pun. Penjelasan itu, saya rasa, sudah dapat memahamkan setiap muslim yang mengenal bahasa Arab, dari strata masyarakat yang manapun juga,yang tinggal di penjuru bumi manapun juga.

Saya rasa seluruh pembaca sudah tidak ragu lagi sekarang bahwa masalah itu sudah sangat jelas, tak perlu penjelasan atau dalil tambahan lagi: bahwa kedudukan orang-orang Prancis dalam hal ini sama dengan kedudukan orang-orang Inggris. Belaku untuk seluruh muslim di seluruh permukaan bumi. Karena permusuhan Bangsa Prancis terhadap kaum muslimin, kefanatikan mereka dalam usaha menghapuskan Islam dan upaya memerangi Islam adalah berlipat ganda melebihi fanatisme Inggris dan permusuhan mereka. Mereka berbuat bodoh dalam fanatisme dan permusuhan mereka, mereka membunuh orang-orang Islam saudara kita di seluruh negeri Islam yang mereka kuasai dan mereka jajah, mereka memperbuat kejahatan keji yang seolah menjadikan kejahatan Inggris dan kebuasan mereka menjadi kecil dan ringan. Mereka harus dihukumi sama dengan Inggris. Darah dan harta mereka halal bagi muslimin di segala tempat. Tidak boleh seorang muslim di tempat manapun di dunia ini membantu mereka dalam bentuk apapun juga. Hukum membantu mereka sama dengan hukum membantu Inggris, yakni murtad dan keluar dari dien Islam secara total, siapapun pelakunya, dari suku dan bangsa mana pun dia”.

Saya tidak pernah bodoh, maupun mudah ditipu agar berpikir bahwa pemerintahan di negeri Islam
akan memenuhi Hukum Islam, dan dengan begitu menghentikan semua hubungan politik, budaya dan
ekonomi dengan Inggris dan Perancis.

Tetapi saya ingin memberi pandangan kepada setiap muslim, kepada kondisi mereka, dan tentang apa yang Allah perintahkan kepada mereka dengannya, dan apa yang Dia janjikan berupa penghinaan di  dunia ini dan akhirat, jika mereka menyerahkan pikiran dan jiwa mereka kepada musuh-musuh Allah.

Saya ingin mengingatkan mereka kepada hukum Allah perihal kerjasama dengan musuh–yang menjajah mereka, dan memerangi karena agama dan tanah air mereka. Saya ingin mengingatkan mereka konsekuensi pengingkaran terhadap agama ini. Murtad tanpa diragukan lagi, karena bekerja sama dengan musuh, mereka berkubang di dalamnya .

Camkanlah! Seharusnya setiap muslim di mana pun tempat tinggalnya di bumi ini mengetahui: Bahwa ketika dia membantu musuh-musuh Islam yang menjajah kaum muslimin, dari kalangan Inggris, Perancis, sekutu mereka maupun bangsa yang kelakuannya sama dengan mereka, dalam  bentuk apapun; atau dia berdamai denganmereka dan tidak memerangi mereka dengan sekuat tenaga, lebih dari sekadar menolong mereka dengan ucapan atau perbuatan untuk memerangi saudara mereka di dalam dien; bahwa jika dia memperbuat hal itu walau sedikit kemudian mengerjakan sholat maka sholatnya batal. Kalau dia bersuci dengan cara berwudhu, mandi atau tayamum maka bersucinya itu batal. Seandainya dia berpuasa, baik puasa wajib maupun sunnah maka puasanya itu batal. Kalau dia mengerjakan ibadah haji maka ibadah hajinya itu batal. Seandainya dia membayarkan zakat yang diwajibkan, atau mengeluarkan shodaqoh tathowwu’, maka zakat dan shodaqohnya itu batal dan tertolak. Kalau dia beribadah menyembah Robbnya maka ibadahnya itu batal dan tertolak. Dia tidak akan mendapatkan pahala apapun dalam segala perbuatan itu, tetapi justru memperoleh dosa.

Ketahuilah, hendaknya setiap orang Islam mengetahui: Bahwa dia mengerjakan perbuatan dosa yang hina ini pasti akan hancur amalannya. Binasalah pahala seluruh ibadah yang dia lakukan kepaa Robbnya sebelum kemurtadannya yang dia lakukan dengan sukarela dan ridho. Kita berlindung kepada Alloh jangan sampai ada seorang muslim yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya yang ridho kepada sifat yang sangat buruk itu.

Yang demikian itu karena iman merupakan syarat sahnya segala ibadah, agar dia diterima. Perkara yang sangat jelas dan diketahui oleh banyak orang bahwa dien ini adalah suatu keharusan, tidak seorang pun di antara kaum muslimin yang boleh menentangnya.

Yang demikian itu karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (QS. Al-Maidah:5)

Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Alloh, kafir kepada Alloh, (menghalangi masuk) Masjidilharom dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Alloh . Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari dienmu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari diennya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqoroh: 217)

Yang demikian itu juga karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Alloh akan mendatangkan kemenangan (kepada Rosul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Alloh, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. (QS. Al-Maidah:51-53)

Juga karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Alloh (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Alloh mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Alloh dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Alloh menghapus (pahala) amal-amal mereka. Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Alloh tidak akan menampakkan kedengkian mereka ? Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Alloh mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Alloh serta memusuhi Rosul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudhorot kepada Alloh sedikitpun. Dan Alloh akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Alloh kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Alloh tidak akan memberi ampun kepada mereka. Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Alloh pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu. (QS. Muhammad: 25-35)

Jika tidak, setiap muslim dan setiap muslimah haruslah mengetahui: Bahwa mereka yang keluar dari dien dan membantu musuh-musuh mereka itu, kemudian menikah salah seorang dari mereka, maka pernikahannya itu batil dengan kebatilan yang total, tak bisa diluruskan lagi, tidak berlaku konsekuensi pernikahannya, baik dari ketetapan nasab, warisan dan selain itu. Bahwa siapapun dari mereka yang menikahkan orang lain maka pernikahannya juga batal. Bahwa orang yang bertaubat dari mereka dan kembali kepada Robbnya dan diennya lalu memerangi musuh dan menolong ummatnya harus mengetahui bahwa isteri yang dia nikahi di kala dia masih murtad dahulu dan isteri yang murtad saat dia nikahi dahulu bukanlah isterinya, bukanlah wanita yang berada di bawah perlindungannya. Sesudah taubatnya, dia harus mengulangi pernikahannya dengan cara menjalin akad baru yang shohih dan syar’i, seperti yang telah diterangkan dengan gamblang.

Camkan! Hendaklah para wanita muslimah yang tinggal di segala penjuru dunia ini berhati-hati dan waspada. Mereka harus mendapatkan kejelasan sebelum menikah bahwa orang yang akan menikahi mereka itu tidak termasuk golongan yang tercampakkan dan terkeluarkan dari dien Islam ini. Tindakan itu sebagai bentuk kehati-hatian mereka untuk menjaga diri dan kehormatan mereka. Agar mereka tidak bergaul dengan para lelaki yang mereka sangka sebagai suami tetapi sebenarnya bukan suami mereka, karena pernikahannya itu dianggap batal oleh dien Alloh. Camkanlah! Seharusnya setiap wanita muslimah mengetahui, bahwa para wanita yang diuji oleh Alloh berupa suami yang mengerjakan amalan kemurtadan itu telah batal ikatan pernikahan mereka. Mereka menjadi wanita-wanita yang haram bagi para lelaki yang bukan suami mereka itu,  sehingga para lelaki itu bertaubat dengan taubat yang shohih dan benar-benar dilaksanakan, kemudian mereka harus menikahi mantan-mantan isterinya itu dengan pernikahan yang baru dan shohih sesuai syariat Islam.

Ketahuilah, hendaknya semua wanita muslimah memahami: Bahwa siapa saja dari mereka yang ridho untuk dinikahi oleh lelaki yang murtad itu sedangkan si perempuan mengetahui keadaannya, atau dia ridho menjalani hidup bersama lelaki yang sudah diketahui kemurtadannya maka hukum yang diterapkan kepada dirinya sama dengan hukum yang berlaku terhadap suaminya yakni murtad. Kita berlindung kepada Alloh, jangan sampai ada wanita muslimat yang meridhoi diri dan kehormatannya, kemuliaan keturunannya dan diennya ternodai oleh kebusukan ini walau hanya sedikit sekali pun.

Ketahuilah, sesungguhnya perkara ini adalah perkara yang tegas, bukan main-main. Tidak cukup undang-undang ditetapkan untuk menghukum orang-orang yang bantu membantu dan bekerjasama dengan musuh. Betapa banyak muslihat yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri dari jeratan undang-undang, betapa banyaknya jalan untuk melepaskan diri dari kejahatan, dengan menggunakan syubhat yang dibuat-buat, dengan memaparkan hujjah secara kiasan. Akan tetapi umat ini pasti dituntut tanggungjawabnya tentang penegakan diennya. Umat juga akan dituntut pertanggungjawabannya tentang usaha untuk membantu penegakan dien itu di sepanjang waktu hidupnya. Setiap individu akan disuruh bertanggungjawab di hadapan Alloh pada hari kiamat tentang apa saja yang sudah dikerjakan oleh kedua tangannya dan apa yang diyakini oleh hatinya.

Hendaklah setiap orangmemperhatikan dirinya, hendaklah dia menjadi pagar diennya dari gurauan orang-orang yang suka bersendagurau dan dari pengkhianatan orang-orang yang suka berkhianat.

Setiap muslim senantiasa berada di satu dari sekian banyak batas Islam, hendaklah dia waspada dari apa yang datang kepada Islam dari arah hatinya.

Sesungguhnya pertolongan hanyalah berasal dari Alloh, Alloh pasti akan menolong siapa saja yang menolong-Nya.