Hadits Online

Sabtu, 20 Desember 2014

Kisah Ibu yang Sekuat Seribu Laki-Laki

Di sebuah masjid di perkampungan Mesir, suatu sore. Seorang guru mengaji sedang mengajarkan murid-muridnya membaca Al-Qur’an. Mereka duduk melingkar dan berkelompok. Tiba-tiba, masuk seorang anak kecil yang ingin bergabung di lingkaran mereka. Usianya kira-kira 9 tahun. Sebelum menempatkannya di satu kelompok, sang guru ingin tahu kemampuannya. Dengan senyumnya yang lembut, ia bertanya pada anak yang baru masuk tadi, ” Adakah surat yang kamu hafal dalam Al-Qur’an?” “Ya,” jawab anak itu singkat.
“Kalau begitu, coba hafalkan salah satu surat dari juz ‘Amma?’ pinta sang guru. Anak itu lalu menghafalkan beberapa surat, fasih dan benar. Merasa anak tersebut punya kelebihan, guru itu bertanya lagi, ”Apakah kamu hafal surat Tabaraka?”(Al-Mulk) “Ya,”jawabnya lagi, dan segera membacanya. Baik dan lancar. Guru itu pun kagum dengan kemampuan hapalan si anak, meski usianya terlihat lebih belia ketimbang murid-muridnya yang ada.
Dia pun coba bertanya lebih jauh, “Kamu hapal surat An-Nahl?” Ternyata anak itu pun menghapalnya dengan sangat lancar, sehingga kekagumannya semakin bertambah. Lalu ia pun coba mengujinya dengan surat-surat yang lebih panjang. “Apakah kamu hapal surat Al-Baqarah?” Anak itu kembali mengiyakan dan langsung membacanya tanpa sedikitpun kesalahan. Dan rasa ingin menutup penasaran itu dengan pertanyaan terakhir,”Anakku, apakah kamu hapal Al-Qur’an ?” “Ya,” tutur polosnya. Mendengar jawaban itu, seketika ia mengucapkan, “Subhanallah wa masyaallah, tabarakkallah”
Di saat hari menjelang maghrib, sebelum guru tersebut membubarkan anak-anak mengaji,secara khusus ia berpesan kepada murid barunya,” Besok,kalau kamu datang kembali ke masjid ini, tolong ajak juga orang tuamu. Aku ingin berkenalan dengannya. Esok harinya, ia kembali datang ke masjid. Kali ini ia bersama ayahnya, seperti pesan si guru ngaji kepadanya. Melihat ayah dari anak tersebut, sang guru bertambah penasaran karena sosoknya yang sama sekali tidak memberi kesan alim, terhormat dan pandai. Belum sempat dia bertanya, ayah si anak sudah menyapa keheranannya terlebih dahulu, “Aku tahu, mungkin Anda tidak percaya bahwa aku ini adalah ayah dari anak ini. Tapi rasa heran Anda akan aku jawab, bahwa di belakang ini ada seorang ibu yang sekuat seribu laki-laki. Aku katakan pada anda bahwa di rumah, aku masih punya 3 anak lagi yang semuanya hapal Al-Qur’an. Anak perempuanku yang kecil berusia 4 tahun, dan sekarang sudah hapal juz Amma”.
“Bagaimana ibunya bisa lakukan itu?” tanya si guru tanpa bisa menyembunyikan kekagumannya.” Ibu mereka, ketika anak-anak itu sudah memulai bisa bicara, ia mulai pula membimbingnya menghapal Al-Qur’an dan selalu memotivasi mereka melakukan itu. Tak pernah berhenti dan tak pernah bosan. Dia selalu katakan kepada mereka,”Siapa yang hapal lebih dulu, dialah yang menentukan makan malam ini,” Siapa yang paling cepat mengulangi hapalannya, dialah yang berhak memilih kemana kita berlibur pekan depan” dan siapa yang paling dulu mengkhatamkan hapalannya dialah yang menentukan kemana kita jalan-jalan pada liburan nanti.” Itulah yang selalu dilakukan ibunya, sehingga tercipta semangat bersaing dan berlomba-lomba antara mereka untuk memperbanyak dan mengulang-ulang hapalan Al-Qur’an mereka,” jelas si ayah memuji istrinya.
Sebuah keluarga biasa yang bisa melahirkan anak-anak yang luar biasa.Karena energi seorang ibu yang biasa.
Setiap kita dan semua orang tua tentu bercita-cita anak-anaknya menjadi generasi yang shalih, cerdas dan membanggakan. Tetapi tentu saja hal itu tidaklah mudah. Apalagi membentuk anak-anak itu mencintai dan menghapal Al-Qur’an. Butuh perjuangan, perlu kekuatan. Mesti tekun dan sabar melawan rasa letih dan susah tanpa kenal batas. Maka wajar jika si ayah mengatakan,”Di belakang anak ini ada seorang ibu yang kekuatannya sama dengan seribu laki-laki.”
Ya, perempuan yang telah melahirkan anak itu memang begitu kuat dan perkasa. Sebab membuat permulaan yang baik untuk kehidupan anak-anak, sekali lagi tidak mudah. Hanya orang-orang yang punya kemauan dan motivasi yang bisa melakukannya. Dan tentu saja modal pertamanya adalah keshalihan diri. Tidak ada yang lain. Ibu si anak cerdas ini, kira-kira dialah cerminan seorang perempuan shalihah yang menularkan keshalihannya ke dalam kehidupan rumah tangganya. Dialah contoh perempuan yang pernah diwasiatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kaum laki-laki untuk mereka jadikan pendamping hidup di antara sekian banyak wanita. Dengan menangggalkan prioritas harta, kecantikan dan keturunannya, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wanita dinikahi karena 4 perkara; karena hartanya, keturunannya. kecantikkannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.”(HR.Bukhari & Muslim).

*dikutip dari tulisan Sulthan Hadi dalam Tarbawi edisi 222 th.11, Rabiul Awal 1431/25 Februari 2010

Rabu, 10 Desember 2014

Hampir Menggadaikan Iman dengan 20 Sen

Jangan remehkan hal yang kecil. Karena bisa jadi ia merupakan ujian yang akan menjadi batu sandungan ataukah sebaliknya batu lompatan. Tak sedikit orang yang celaka karena mengabaikan hal-hal yang kecil dan banyak pula yang beruntung lantaran memperhatikannya.

Banyak contoh tentang hal ini. Misalnya bagaimana sebuah pesawat ulang-alik yang meledak belasan tahun lalu hanya karena kesalahan kecil. Tapi yang ingin kami tuturkan kali ini lebih bernilai dari itu. Simak kisah berikut yang kami comot dari salah satu blog.

Beberapa tahun lalu, ada seorang Imam dari Thailand yang diundang ke Malaysia untuk menjadi Imam tetap di sebuah masjid di sana. Imam itu biasa naik bis untuk pergi ke masjid.

Pada suatu hari, setelah Imam membayar ongkos dan duduk di dalam bis, ia segera sadar bahwa kondektur bis tersebut telah salah mengembalikan uangnya, ia kelebihan 20 sen.

Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan uang 20 sen tersebut.

"
Aku pulangkan tidak, ya?" Imam tersebut bertanya kepada dirinya.

"Ah...
perusahaan bis ini perusahaan besar...  20 sen ini pasti tak ada nilainya.. buat beli makanan kecil pun kurang," kata Imam tersebut.

Tak beberapa lama bis mendekati tujuan, sang Imam menekan bel dan bis tersebut pun berhenti.

Ketika Imam tersebut
hendak turun langsung dari bis, mendadak ia berhenti sesaat dan berpaling ke arah kondektur bis sambil mengembalikan kelebihan uang 20 sen tersebut.

"Tadi
kembalian anda lebih 20 sen", kata sang Imam kepada kondektur bis.

"Oh... terima kasih! Kenapa a
nda pulangkan 20 sen ini.. kan tak ada harganya nilai segini," tanya sang kondektur.

Imam tersebut menjawab, "
Uang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya harus berlaku jujur."

Kondektur bus tersebut pun tersenyum, dan berkata, "Sebenarnya saya sengaja memberi uang kembalian lebih sebanyak 20 sen ini, saya hendak menguji kejujuran anda wahai Imam. Saya sudah berulang-kali berfikir untuk memeluk Islam."

Imam tersebut turun dari b
is. Tubuhnya terasa menggigil dan lemas.  Imam tersebut beristighfar sambil menengadahkan wajahnya ke langit, "Astaghfirullah!!!Ampuni hamba Ya Allah... Hamba hampir menggadaikan Iman dengan 20 sen!!!"