Hadits Online

Senin, 04 Agustus 2014

Beginilah Pendirian Seorang Mujahid

Ketika Amru bin Al Ash rodhiyallohu anhu bersama pasukannya sudah mendekati wilayah kekuasaan Mauquqis, penguasa Mesir kala itu, Amru mengutus sepuluh orang, yang salah satunya adalah Ubadah bin Shomit rodhiyallohu anhu untuk menemuinya. Ubadah yang berkulit hitam menjadi juru bicara mereka.
Saat rombongan utusan tiba, Mauquqis gentar melihat warna kulit Ubadah yang hitam legam dan posturnya yang tinggi besar. Ia berkata kepada rombongan kaum muslimin, “Jauhkan si negro itu dariku, dan tunjuk orang lain sebagai juru bicara kalian.”
Mereka serentak menjawab, “Orang hitam ini adalah yang paling pintar di antara kami. Beliaulah pemimpin kami yang harus kami ajukan sebagai juru bicara. Kami semua tunduk pada ucapan dan pendapatnya. Dan kami diperintahkan untuk tidak menentangnya. Bagi kami, orang yang berkulit hitam maupun yang berkulit putih adalah sama saja. Kelebihan seseorang daripada yang lain terletak pada keutamaan dan otaknya, bukan pada warna kulitnya.” Kalimat terakhir yang mereka ucapkan tersebut mempengaruhi diri Mauquqis. Ia benar-benar kagum.
Mauquqis merasa gerah dengan keberadaan Ubadah bin Shomit, seorang budak berkulit hitam. Ia mengira Ubadah sengaja dipilih sebagai juru bicara untuk melecehkan dan menghinanya. Akan tetapi ketika seluruh anggota delegasi sepakat menunjuk Ubadah sebagai juru bicara mewakili pasukan kaum Muslimin untuk mengadakan perundingan, Mauquqis tidak punya pilihan, selain harus menerimanya. Lantas ia meminta Ubadah berkata yang santun supaya ia tidak terkejut.
Mulailah Ubadah berkata, “Sesungguhnya di belakangku ada seribu pasukan negro. Mereka adalah teman-temanku. Bahkan, kulit mereka banyak yang lebih legam dari kulitku. Aku tidak takut menghadapi seratus musuh sekaligus. Demikian pula dengan teman-temanku. Hal itu karena tujuan kami berjihad semata-mata adalah demi Alloh dan untuk mendapatkan ridho-Nya. Kami berperang melawan musuh kami, yang berani memusuhi Alloh, sama sekali bukan untuk memperoleh kesenangan dunia, apalagi untuk memperkaya diri. Itu sama sekali tidak pernah ada dalam pikiran kami.  Hidup kami di dunia hanya sekadar bisa makan setiap harinya, dan berpakaian yang dapat menutupi aurat, sebab bagi kami kenikmatan dunia bukanlah kenikmatan sejati, dan kesenangan dunia juga bukan kesenangan yang kami cari. Sesungguhnya kenikmatan dan kesenangan yang abadi itu ada di akhirat. Itulah yang diperintahkan Alloh kepada kami. Nabi kami juga memerintahkan yang demikian. Beliau berpesan agar di dunia ini kami mencari makan sekadar untuk bisa mengatasi lapar dan pakaian untuk menutup aurat. Cita-cita kami hanyalah mencari keridhoan Alloh dan berjihad melawan musuh-Nya.”
Ucapan Ubadah tersebut menggetarkan Mauquqis. Ia berkata kepada pasukannya, “Kalian dengar sendiri apa yang dikatakannya. Jadi, ia dan sahabat-sahabatnya dikeluarkan Alloh untuk menaklukkan penjuru bumi.”
Kemudian ia menghampiri Ubadah untuk melayani gertakannya. Ia menyahut, “Hai orang bijaksana, aku sudah mendengar apa yang kamu katakan tadi, termasuk tentang dirimu dan sahabat-sahabatmu. Seumur hidupku, orang-orang yang ingin mengalahkan kalian tidak lain karena kecintaan mereka kepada kesenangan dunia. Saat ini telah bergerak kemari seluruh pasukan romawi yang tidak terhitung jumlahnya untuk memerangi kalian. Mereka adalah pasukan yang terkenal cerdik dan pemberani. Mereka tidak mengenal rasa belas kasihan kepada musuh. Kami yakin kalian tidak akan sanggup menghadapinya. Kalian pasti akan takluk karena kelemahan dan jumlah kalian yang sedikit. Kami lebih suka kalian berdamai dengan kami. Sebagai imbalannya, untuk masing-masing kalian harus membayar satu sampai dua dinar, untuk komandan kalian seratus dinar, dan untuk kholifah kalian seribu dinar. Terimalah tawaran ini, lalu kembalilah ke negeri kalian sebelum terlambat.”
Ubadah memandang Mauquqis dengan penuh percaya diri. Dengan keyakinan dan iman yang kuat ia menyahut, “Hai, kamu dan teman-temanmu jangan terkecoh oleh kehebatan dan banyaknya jumlah pasukan Romawi yang kamu jadikan alat untuk menakut-nakuti. Kami sama sekali tidak takut. Demi Alloh, kami pantang mundur. Kalau pun kami semua harus gugur, kami akan mendapatkan ridho serta surga Alloh. Dan itulah justru yang lebih kami sukai. Sesungguhnya Alloh telah berfirman dalam Kitab-Nya:

كَم مِّن فِئَةٍۢ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةًۭ كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Alloh. Dan Alloh beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqoroh : 249)
“Setiap kami selalu berdoa kepada Robb-nya pagi dan petang agar bisa gugur sebagai syahid. Mereka tidak ingin dipulangkan kembali ke negerinya, berkumpul bersama anak dan isterinya. Pikirkanlah kembali tawaranmu itu, dan tentukanlah kepada kami. Kami hanya mau berkompromi bila kalian mau memilih satu di antara tiga opsi yang kami tawarkan. Masuk islam, membayar upeti atau perang. Pilihkan mana yang kamu suka, dan jangan biarkan dirimu bersemangat dalam membela kebatilan. Itulah pesan yang disampaikan kepadaku oleh panglimaku, oleh Amirul Mukminin, dan juga oleh Rosululloh shollollohu alaihi wa sallam dahulu.”
Al Mauquqis kembali bermaksud memojokkan Ubadah, atau setidaknya mau menerima sesuatu yang ia tawarkan. Tapi upayanya sia-sia. Ubadah hilang kesabarannya, sambil mengangkat tangannya ke langit, ia menjawab, “Tidak, demi Robb langit, bumi dan segala sesuatu. Bagi kami kalian tidak punya banyak pilihan. Oleh karena itu, pilihlah satu dari ketiga opsi itu.”
Saat itulah Mauquqis dan para pembantunya bersepakat. Mereka berkata, “Kami tidak mungkin memilih opsi yang pertama. Bagaimanapun juga kami tidak akan pindah dari agama masehi ke agama yang belum kami kenal.” Ini artinya mereka menolak pilihan untuk masuk Islam, sehingga tinggal dua opsi bagi mereka. Membayar upeti atau perang. Mereka berkata, “Kalau kami harus tunduk kepada pasukan kaum Muslimin dan kami harus membayar upeti, itu berarti kami akan menjadi budak. Kalau begitu lebih baik kami mati saja.”
Mendengar itu, Ubadah bin Shomit berkata, “Jika kalian mau membayar upeti, dijamin kalian akan aman. Nyawa, harta dan keturunan kalian akan dilindungi. Kalian bebas melakukan segala sesuatu yang telah berlaku secara turun temurun. Gereja-gereja kalian akan dijaga keselamatannya, dan siapapun tidak akan dibiarkan mencampuri urusan ajaran agama kalian.”
Mendengar janji itu, Al Mauquqis berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Kita penuhi saja satu di antara opsi yang mereka tawarkan tadi. Sungguh kita tidak akan sanggup melawan mereka. Daripada mereka menggunakan kekerasan untuk memaksa kita, lebih baik kita menyerah dengan suka rela.”
Demikianlah, kaum Muslimin berjalan dengan membawa kunci surga, La Ilaha illal-Loh. Dengan kunci itu mereka membuka bumi belahan timur dan bumi belahan barat. Semua wilayah mereka taklukkan, benteng-benteng mereka buka, hati-hati manusia mereka tundukkan, dan nilai-nilai yang benar mereka kuasai.
Hari ini, semoga sejarah indah itu bisa bersemi kembali.

Ya Alloh, lembutkanlah hati sesama mujahidin, tautkanlah dan kokohkan barisan mereka, serta hancurkan musuh mereka dan musuh kaum muslimin. Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar