Ada sebuah buku
yang menarik buah karya Hujjatul Islam Zainuddin Ath Thusiy yang lebih dikenal
dengan nama Imam Al Ghozali berjudul Al
Hikmah fi Makhluqotil-Lah atau hikmah-hikmah dalam ciptaan Alloh. Buku ini
mengajak kita menyelami hikmah dan keajaiban di balik ciptaan Alloh. Betapa di
balik setiap ciptaan Alloh ada rahasia dan pelajaran bagi hamba-Nya yang
beriman. Itu sebabnya beberapa ayat dalam Al Qur’an, Alloh membuat perumpamaan
dengan macam-macam hewan agar manusia berfikir dan mengambil pelajaran. Di sini
kami tidak bermaksud mengulas karya ilmiah Imam Al Ghozali tersebut, tapi
mengungkapkan sebagian fakta unik perilaku di kalangan hewan, yang karena solidaritasnya
yang tinggi rela mengorbankan dirinya, demi membela “saudara-saudara”nya dan keberlangsungan
hidup komunitasnya. Yang unik, meminjam terminologi orang kafir dan para
pembeonya, hewan-hewan ini melakukan “bom bunuh diri” untuk mempertahankan diri.
Artikel menarik ini kami ambil dari salah satu tulisan di shoutussalam.com. Semoga menjadi ibroh bagi kita semua.
***
Bukan satu hal yang disengaja ketika saya menyusun
artikel tentang pelaku-pelaku peledakan
di dunia hewan. Awalnya, saya hanya sedang membaca artikel-artikel dengan tema
animal suicide, Self destructive behavior, suicidal devensive behaviour,
defensive self-sacrifice dan tema-tema sejenis yang menurut saya Wow. Bukan
disengaja disini tidak berati saya menulis di bawah pengaruh obat-obat an
terlarang, atau bisikan bisikan ghaib yang menggerakkan jari jemari saya, jadi
jangan dibikin horror..
Hipotesa saya, insting survival yang ada di dunia
hewan adalah sesuatu yang mengagumkan, tentang bagaimana mereka mengadaptasi
lingkungan, membaca perubahan iklim dan suhu, memilih ekosistem yang tepat,
mencari makan, dan ketika menghadapi predator alami mereka. Semuanya mereka lakukan dengan ilham
(insting) yang disematkan pada mereka. Secara umum, pola yang dilakukan oleh
hewan-hewan tersebut sudah tertanam pada diri mereka dan itu dilakukan tanpa
musti melewati jenjang jenjang pendidikan yang berbelit dan persyaratan
administratif yang merepotkan hingga membuka jalan korupsi di sana sini.
Pembagian kelas pada hewan yang hidup secara berkelompok juga terjadi melalui
proses yang natural. Semuanya berlalu melalui sebuah pola yang menarik.
Secara alamiyah, penyu yang baru menetas akan
berhamburan bersama-sama dengan tekad dan tujuan yang sama, dari tanah pasir
yang satu, tanah kelahiran mereka, menuju ke laut yang satu, laut disamping
tempat mereka lahir, tak ada yang membelot untuk mencari pantai lain yang agak
jauh dari tempat kawanannya, tak ada pula makar dan pengkhianatan berupa
sabotase jalur atau blokade untuk menghalangi saudara sepenyuan menuju gerbang
kemerdekaan di laut lepas sana. Semuanya dilakukan tanpa perlu adanya
perkumpulan dari berbagai elemen pemuda penyu untuk melakukan sumpah
mengucapkan satu satu aku sayang ibu, dua dua aku sayang ayah dan seterusnya..
Begitu juga sampe sekarang kita belum menemukan aksi
demonstrasi dari kalangan rakyat semut kelas pekerja untuk menuntut persamaan
hak, menentang pembagian kelas dalam masyarakat sosial semut, menuntut
pengahapusan hak-hak khusus pada kelas ratu, dan hak melahirkan dan memiliki
keturuanan pada semut-semut pekerja. Tidak, mereka para semut tidak melakukan
hal-hal semacam itu, mereka menjalani pola hidup dan job description mereka
tanpa banyak ba bi bu.. koprol.. atau ber gangnam style.
Berkaitan dengan tema animal suicide, atau bunuh
diri di kalangan hewan, tema ini menjadi perdebatan yang panjang di kalangan
ilmuwan, bahkan penemuan sereal choco crunch di ladang gandum tak banyak
membantu mengakhiri perdebatan tersebut. Tema yang diperdebatkan adalah apakah
hewan memiliki kemampuan untuk melakukan bunuh diri secara sengaja lantaran
stress, kesedihan atau hal yang bersifat emosional lainnya. Beberapa hewan,
terutama dari kalangan burung dan mamalia menunjukkan ekspresi yang jelas
ketika mereka senang, bersemangat, sedih, stress atau kesepian. Tapi apakah hal
ini dapat berujung dengan bunuh diri?
Dan topik yang lebih menarik perhatian saya adalah
bunuh diri yang bersifat defence sistem. Yakni perilaku dari sebagian hewan
yang mengorbankan nyawa mereka sebagai bentuk pertahanan terakhir mereka ketika
menghadapi predator. Mereka mati tidak sekedar mati, akan tetapi menyerang
musuh dengan senjata pamungkas yang membahayakan nyawa mereka sendiri. Pada
beberapa kasus hewan yang hidup secara berkelompok, pelaku melakukan aksi
tersebut untuk melindungi kawanannya atau untuk melindungi sarangnya.
Spesies yang menjadi inspirasi saya untuk membaca
tema-tema ini adalah lebah pekerja, dimana sudah lazim kita ketahui bahwa dalam
kondisi terdesak, lebah pekerja akan menyerang predator atau para penjajah yang
mengganggu kedaulatan sarang dan madu-madu mereka. Fakta terbaru yang saya
ketahui adalah tidak setiap sengatan mengakhiri hikayat sang lebah pekerja.
Pada serangga yang memiliki kulit keras, sengatnya dapat ditarik kembali oleh
sang lebah, jadi secara teknis, mereka hanya menyuntikkan bisa yang ada pada
sengat pada korbannya.
Hal ini tidak bisa berlaku ketika lebah pekerja
menyengat manusia, di dunia manusia, konon suntik menyuntik tidak boleh
dilakukan sembarangan. Kata dokter-dokter, tiap jarum suntik hanya boleh
digunakan untuk seorang saja. Dan nampaknya lebah pekerja juga tak bisa
mengelak dari hal tersebut, sengat yang mereka injeksikan pada seorang manusia
tidak bisa ditarik kembali untuk diinjeksikan pada korban lain. Sengatnya
tersangkut pada kulit manusia hingga ketika sang lebah berusaha menarik kembali
sengatnya, bagian belakang organ si lebah akan terkoyak, mengakibatkan luka
parah, bersamaan dengan hal tersebut, sebagian jeroan dan isi perutnya
terburai. Dalam kondisi luka parah seperti itulah seekor lebah pekerja menemui
ajalnya..
Namun, akhirnya saya menemukan informasi defensive
behaviour yang lebih mengagumkan, sebagian hewan berkebangsaan serangga
memiliki kemampuan untuk meledakkan diri mereka, sebagai bentuk pertahanan
untuk menyerang atau menggentarkan musuh demi membela saudara-saudara mereka
yang tertindas.
Maka inilah profil bomber-bomber yang mengagumkan
tersebut :
Camponotus
saundersi
Foto diambil dari Sanpokai, Flickr
Nama lain : Semut Peledak, Semut Kamikaze
Lokasi : Banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara,
terutama di Malaysia
Modus Peledakan : Semut ini memiliki zat beracun di
kepala mereka dan pada dua kelenjar besar
di sisi tubuh mereka disebut dengan kelenjar Mandibular, yang mana
dipenuhi dengan racun. Dalam keadaan terdesak, mereka akan meledakkan kepala
mereka untuk memuntahkan racuh atau memecahkan tubuh mereka dengan cara meremas
perut mereka. Hal ini menyebabkan kelenjar terkoyak dan menyemprotkan racun
lengket ke segala arah untuk
menenggelamkan predator atau menghentikan pergerakan mereka.
Mekanisme mempertahankan diri ini disebut sebagai
Autothysis, ketika memecahkan sebuah organ untuk meledakkan tubuhnya sendiri
dan membunuh dirinya sendiri pada prosesnya (Maschwitz and Maschwitz, 1974)
Serangga lain yang menerapkan modus serupa adalah Globitermes sulphureus
Globitermes
sulphureus
Foto diambil dari : www.termiteweb.com
Nama Lain : sebagian orang menyebutnya Rayap saja,
karena nama Globitermes sulphureus terlalu ribet
Lokasi :
Kawasan Asia Tenggara, kebanyakan di daerah Vietnam dan Malaysia.
Modus Peledakan : Gambar di atas sana menunjukkan
rayap jenis prajurit dengan rahang yang nampak agak jelas atau menjepit seperti
kait. Dalam kondisi terancam atau ketika berhadapan dengan predator, rayap
prajurit akan mengait predator dengan rahangnya tersebut pada awalnya. Kemudian
meremas perut dan memecah kelenjar berisi tongkat kuning yang mengeras setelah
terpapar udara. Kandungan racun ketika meledak keluar dari tubuh rayap, tidak
hanya menyerang korban, tetapi sang rayap iku terkontaminasi racun tersebut.
Selain mengandung racun, zat tersebut juga mengandung pheromone untuk
memperingatkan rayap prajurit yang lain akan adanya bahaya. Mekanisme
pertahanan yang cukup bagus.
Acyrthosiphon
pisum
Nama Lain : Pea Aphid, kutu daun kacang
Lokasi : Ya dipohon kacang lah T_T
Modus Peledakan : Kutu daun kacang adalah hama
pertanian dan para petani sering merekrut predator alami mereka seperti kumbang
kecil untuk mengendalikan populasi mereka. Menurut Thomas Joiner dalam
wawancara dengan Discovery News, serangga ini bisa meledakkan dirinya sendiri,
hal ini dilakukan untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka seper-kutu-an
dengan menteror predator yang datang, dalam beberapa situasi, ledakan tersebut
bahkan mampu untuk membunuh predator tersebut. Kutu daun kacang juga dikenal
bisa meledak setelah dikonsumsi oleh predatornya. Rincian tentang mekanisme
fisik yang menyebabkan ledakkan masih merupakan mistery bagi para ilmuwan.
(Joiner & Van Order, 2008)
sumber
:
blog.nus.edu, en.wikipedia.org
"animal suicide",cognitiobrevis.blog
( L Smile )
jangan terus dijadikan contoh untuk kaum muslim, bahwa meledakkan diri dengan bom itu halal dihadapan Allah....malahan haram
BalasHapusjika kita ingin bersikap benar dan ilmiah, akhi, hukum meledakkan diri itu sebenarnya diperselisihkan ulama. orang-orang yang mengharamkannya hanya mengutip fatwa sebagian ulama, sementara fatwa yang membolehkannya tidak mereka tampilkan sebagaimana ketika mereka membahas masalah yang diperselisihkan lainnya. antum yang ingin mengetahui masalah ini bisa mencarinya sendiri, kecuali kalau antum menganggap para ulama yang membolehkan adalah para ruwaibidhoh yang tidak layak berfatwa... wallohu musta'an...
Hapuskeren artikelnya.
BalasHapusrumah terapi kejantanan