Hadits Online

Jumat, 02 November 2012

Bahkan Hewan pun Meledakkan Diri...


Ada sebuah buku yang menarik buah karya Hujjatul Islam Zainuddin Ath Thusiy yang lebih dikenal dengan nama Imam Al Ghozali berjudul Al Hikmah fi Makhluqotil-Lah atau hikmah-hikmah dalam ciptaan Alloh. Buku ini mengajak kita menyelami hikmah dan keajaiban di balik ciptaan Alloh. Betapa di balik setiap ciptaan Alloh ada rahasia dan pelajaran bagi hamba-Nya yang beriman. Itu sebabnya beberapa ayat dalam Al Qur’an, Alloh membuat perumpamaan dengan macam-macam hewan agar manusia berfikir dan mengambil pelajaran. Di sini kami tidak bermaksud mengulas karya ilmiah Imam Al Ghozali tersebut, tapi mengungkapkan sebagian fakta unik perilaku di kalangan hewan, yang karena solidaritasnya yang tinggi rela mengorbankan dirinya, demi membela “saudara-saudara”nya dan keberlangsungan hidup komunitasnya. Yang unik, meminjam terminologi orang kafir dan para pembeonya, hewan-hewan ini melakukan “bom bunuh diri” untuk mempertahankan diri. Artikel menarik ini kami ambil dari salah satu tulisan di shoutussalam.com. Semoga menjadi ibroh bagi kita semua.

***

Bukan satu hal yang disengaja ketika saya menyusun artikel  tentang pelaku-pelaku peledakan di dunia hewan. Awalnya, saya hanya sedang membaca artikel-artikel dengan tema animal suicide, Self destructive behavior, suicidal devensive behaviour, defensive self-sacrifice dan tema-tema sejenis yang menurut saya Wow. Bukan disengaja disini tidak berati saya menulis di bawah pengaruh obat-obat an terlarang, atau bisikan bisikan ghaib yang menggerakkan jari jemari saya, jadi jangan dibikin horror..

Hipotesa saya, insting survival yang ada di dunia hewan adalah sesuatu yang mengagumkan, tentang bagaimana mereka mengadaptasi lingkungan, membaca perubahan iklim dan suhu, memilih ekosistem yang tepat, mencari makan, dan ketika menghadapi predator alami mereka.  Semuanya mereka lakukan dengan ilham (insting) yang disematkan pada mereka. Secara umum, pola yang dilakukan oleh hewan-hewan tersebut sudah tertanam pada diri mereka dan itu dilakukan tanpa musti melewati jenjang jenjang pendidikan yang berbelit dan persyaratan administratif yang merepotkan hingga membuka jalan korupsi di sana sini. Pembagian kelas pada hewan yang hidup secara berkelompok juga terjadi melalui proses yang natural. Semuanya berlalu melalui sebuah pola yang menarik.
Secara alamiyah, penyu yang baru menetas akan berhamburan bersama-sama dengan tekad dan tujuan yang sama, dari tanah pasir yang satu, tanah kelahiran mereka, menuju ke laut yang satu, laut disamping tempat mereka lahir, tak ada yang membelot untuk mencari pantai lain yang agak jauh dari tempat kawanannya, tak ada pula makar dan pengkhianatan berupa sabotase jalur atau blokade untuk menghalangi saudara sepenyuan menuju gerbang kemerdekaan di laut lepas sana. Semuanya dilakukan tanpa perlu adanya perkumpulan dari berbagai elemen pemuda penyu untuk melakukan sumpah mengucapkan satu satu aku sayang ibu, dua dua aku sayang ayah dan seterusnya..

Begitu juga sampe sekarang kita belum menemukan aksi demonstrasi dari kalangan rakyat semut kelas pekerja untuk menuntut persamaan hak, menentang pembagian kelas dalam masyarakat sosial semut, menuntut pengahapusan hak-hak khusus pada kelas ratu, dan hak melahirkan dan memiliki keturuanan pada semut-semut pekerja. Tidak, mereka para semut tidak melakukan hal-hal semacam itu, mereka menjalani pola hidup dan job description mereka tanpa banyak ba bi bu.. koprol.. atau ber gangnam style.

Berkaitan dengan tema animal suicide, atau bunuh diri di kalangan hewan, tema ini menjadi perdebatan yang panjang di kalangan ilmuwan, bahkan penemuan sereal choco crunch di ladang gandum tak banyak membantu mengakhiri perdebatan tersebut. Tema yang diperdebatkan adalah apakah hewan memiliki kemampuan untuk melakukan bunuh diri secara sengaja lantaran stress, kesedihan atau hal yang bersifat emosional lainnya. Beberapa hewan, terutama dari kalangan burung dan mamalia menunjukkan ekspresi yang jelas ketika mereka senang, bersemangat, sedih, stress atau kesepian. Tapi apakah hal ini dapat berujung dengan bunuh diri?

Dan topik yang lebih menarik perhatian saya adalah bunuh diri yang bersifat defence sistem. Yakni perilaku dari sebagian hewan yang mengorbankan nyawa mereka sebagai bentuk pertahanan terakhir mereka ketika menghadapi predator. Mereka mati tidak sekedar mati, akan tetapi menyerang musuh dengan senjata pamungkas yang membahayakan nyawa mereka sendiri. Pada beberapa kasus hewan yang hidup secara berkelompok, pelaku melakukan aksi tersebut untuk melindungi kawanannya atau untuk melindungi sarangnya.

Spesies yang menjadi inspirasi saya untuk membaca tema-tema ini adalah lebah pekerja, dimana sudah lazim kita ketahui bahwa dalam kondisi terdesak, lebah pekerja akan menyerang predator atau para penjajah yang mengganggu kedaulatan sarang dan madu-madu mereka. Fakta terbaru yang saya ketahui adalah tidak setiap sengatan mengakhiri hikayat sang lebah pekerja. Pada serangga yang memiliki kulit keras, sengatnya dapat ditarik kembali oleh sang lebah, jadi secara teknis, mereka hanya menyuntikkan bisa yang ada pada sengat pada korbannya.

Hal ini tidak bisa berlaku ketika lebah pekerja menyengat manusia, di dunia manusia, konon suntik menyuntik tidak boleh dilakukan sembarangan. Kata dokter-dokter, tiap jarum suntik hanya boleh digunakan untuk seorang saja. Dan nampaknya lebah pekerja juga tak bisa mengelak dari hal tersebut, sengat yang mereka injeksikan pada seorang manusia tidak bisa ditarik kembali untuk diinjeksikan pada korban lain. Sengatnya tersangkut pada kulit manusia hingga ketika sang lebah berusaha menarik kembali sengatnya, bagian belakang organ si lebah akan terkoyak, mengakibatkan luka parah, bersamaan dengan hal tersebut, sebagian jeroan dan isi perutnya terburai. Dalam kondisi luka parah seperti itulah seekor lebah pekerja menemui ajalnya..

Namun, akhirnya saya menemukan informasi defensive behaviour yang lebih mengagumkan, sebagian hewan berkebangsaan serangga memiliki kemampuan untuk meledakkan diri mereka, sebagai bentuk pertahanan untuk menyerang atau menggentarkan musuh demi membela saudara-saudara mereka yang tertindas.
Maka inilah profil bomber-bomber yang mengagumkan tersebut :

Camponotus saundersi















Foto diambil dari Sanpokai, Flickr

Nama lain : Semut Peledak, Semut Kamikaze
Lokasi : Banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara, terutama di Malaysia
Modus Peledakan : Semut ini memiliki zat beracun di kepala mereka dan pada dua kelenjar besar  di sisi tubuh mereka disebut dengan kelenjar Mandibular, yang mana dipenuhi dengan racun. Dalam keadaan terdesak, mereka akan meledakkan kepala mereka untuk memuntahkan racuh atau memecahkan tubuh mereka dengan cara meremas perut mereka. Hal ini menyebabkan kelenjar terkoyak dan menyemprotkan racun lengket  ke segala arah untuk menenggelamkan predator atau menghentikan pergerakan mereka.
Mekanisme mempertahankan diri ini disebut sebagai Autothysis, ketika memecahkan sebuah organ untuk meledakkan tubuhnya sendiri dan membunuh dirinya sendiri pada prosesnya (Maschwitz and Maschwitz, 1974) Serangga lain yang menerapkan modus serupa adalah Globitermes sulphureus

Globitermes sulphureus

 













Foto diambil dari : www.termiteweb.com


Nama Lain : sebagian orang menyebutnya Rayap saja, karena nama Globitermes sulphureus terlalu ribet 
 Lokasi : Kawasan Asia Tenggara, kebanyakan di daerah Vietnam dan Malaysia.
Modus Peledakan : Gambar di atas sana menunjukkan rayap jenis prajurit dengan rahang yang nampak agak jelas atau menjepit seperti kait. Dalam kondisi terancam atau ketika berhadapan dengan predator, rayap prajurit akan mengait predator dengan rahangnya tersebut pada awalnya. Kemudian meremas perut dan memecah kelenjar berisi tongkat kuning yang mengeras setelah terpapar udara. Kandungan racun ketika meledak keluar dari tubuh rayap, tidak hanya menyerang korban, tetapi sang rayap iku terkontaminasi racun tersebut. Selain mengandung racun, zat tersebut juga mengandung pheromone untuk memperingatkan rayap prajurit yang lain akan adanya bahaya. Mekanisme pertahanan yang cukup bagus.

Acyrthosiphon pisum

 
Nama Lain : Pea Aphid, kutu daun kacang
Lokasi : Ya dipohon kacang lah T_T
Modus Peledakan : Kutu daun kacang adalah hama pertanian dan para petani sering merekrut predator alami mereka seperti kumbang kecil untuk mengendalikan populasi mereka. Menurut Thomas Joiner dalam wawancara dengan Discovery News, serangga ini bisa meledakkan dirinya sendiri, hal ini dilakukan untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka seper-kutu-an dengan menteror predator yang datang, dalam beberapa situasi, ledakan tersebut bahkan mampu untuk membunuh predator tersebut. Kutu daun kacang juga dikenal bisa meledak setelah dikonsumsi oleh predatornya. Rincian tentang mekanisme fisik yang menyebabkan ledakkan masih merupakan mistery bagi para ilmuwan. (Joiner & Van Order, 2008)

sumber : blog.nus.edu, en.wikipedia.org "animal suicide",cognitiobrevis.blog
 ( L Smile )

3 komentar:

  1. jangan terus dijadikan contoh untuk kaum muslim, bahwa meledakkan diri dengan bom itu halal dihadapan Allah....malahan haram

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika kita ingin bersikap benar dan ilmiah, akhi, hukum meledakkan diri itu sebenarnya diperselisihkan ulama. orang-orang yang mengharamkannya hanya mengutip fatwa sebagian ulama, sementara fatwa yang membolehkannya tidak mereka tampilkan sebagaimana ketika mereka membahas masalah yang diperselisihkan lainnya. antum yang ingin mengetahui masalah ini bisa mencarinya sendiri, kecuali kalau antum menganggap para ulama yang membolehkan adalah para ruwaibidhoh yang tidak layak berfatwa... wallohu musta'an...

      Hapus