Hadits Online

Kamis, 31 Januari 2013

Dampak Perbuatan Baik dan Perbuatan Buruk


Oleh : Syaikh Abdullah Azzam

Wahai kalian yang telah ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuilah bahwasanya Allah Azza wa Jalla telah menurunkan di dalam Al-Qur'anul Karim :
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu …” (QS. Al-Anfal : 24)

Allah Ta’ala berfirman :
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya. Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am :122-123)

Allah Azza wa Jalla telah menjadikan anak manusia di dunia ini menurut suatu aturan dan undang-undang yang tetap dan tiada akan berubah. Aturan tadi kesimpulannya tertuang dalam ayat :

“ … Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 123-124)

Agama Fitrah
Perlu diketahui, bahwa di dalam mengikuti manhaj Allah Azza wa Jalla itu terdapat kehidupan, cahaya, ketenangan, ketentraman, kesenangan dan kebahagiaan serta apa saja yang mungkin menjadi santapan hati, kecerdasan dan kesungguhannya.

Sebaliknya, berpaling dari manhaj Allah merupakan kehilangan, kerugian, kecelakaan, kegelapan dan kesempitan dalam hidup. Tak seorang pun mampu menghitung pengaruh yang ditimbulkan oleh kejahatan terhadap jiwa. Dan kita tidak akan mampu menghitung pengaruh kebaikan/kebajikan terhadap hati, jiwa dan diri manusia.

Manhaj dan aturan yang diciptakan Allah terhadap diri manusia tidak akan pernah berubah ataupun berganti, meski hukum-hukum alam terkadang bisa berubah … hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan kauniyah (alam semesta) terkadang bisa berubah, seperti hukum alam yang berlaku pada matahari, bulan, bintang, planet-planet dan lain-lain. Semua itu dapat bergoncang dan rusak dengan izin Allah.

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan).” (QS. At-Takwir : 1-4)

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap.” (QS. Al-Infithar : 1-3)

Bisa jadi Allah merubah hukum-hukum kauniyah yang telah disunnahkan-Nya itu. Akan tetapi hukum-hukum-Nya yang berlaku pada diri manusia akan terus berjalan di dunia ini dan di akhirat nanti. Buahnya akan terus memberikan dan mendatangkan makanannya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya di dunia dan di alam baka.

Hati manusia akan bercahaya dengan perantaraan amal kebajikan, sebagaimana ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu :

“Sesungguhnya amal kebajikan dapat membuat hati bercahaya, muka bersinar, badan kuat, rezki lapang dan menjadikan rasa kecintaan dalam hati manusia. Sebaliknya, amal keburukan/kejahatan hanya membuat gelapnya hati, hitamnya muka, lemahnya badan, sempitnya rezki dan menjadikan rasa kebencian di dalam hati manusia.”

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.” (QS. An-Nisa’ : 123)

Hukum yang telah disunnahkan Rabbul ‘Izzati ini, berlaku di dunia dan di akherat. Tidak akan berubah kendati langit berubah dan tidak akan berganti kendati bumi dan seluruh planet yang ada dilipat. Dan tidak mungkin berubah atau hilang meski bumi berubah dan manusia serta hewan-hewaan lenyap dari permukaannya.

Oleh karenanya, manusia menemukan kesan/pengaruh dari perbuatan baik dan amal shalih di dalam hatinya. Meski ia bekerja payah, meski ia melakukan usaha yang besar, meski ia terkurung di dalam penjara atau berada dalam hiruk pikuk pertempuran yang penuh dengan kepulan debu tak mendapatkan makanan, tak mendapatkan kekuatan, telanjang dua telapak kakinya, terbuka bagian atas kepalanya dan kusut rambutnya. Namun demikian kebahagiaan tidak pernah lepas dari hatinya. Boleh jadi ia kehilangan semua harta kekayaan dunia yang dimilikinya, akan tetapi ia tidak pernah akan kehilangan dirinya dan tidak akan pernah kehilangan hatinya. Bagaimana mungkin orang yang telah menemukan Rabbnya akan kehilangan dirinya dan hatinya?!!

Sebaliknya, kalian melihat ahli dunia bergelimang dalam lembah kenikmatan. Mereka makan berbagai jenis makanan yang enak lagi lezat, berpakaian yang bagus-bagus, mengendarai mobil-mobil yang mewah lagi megah dan hidup di apartement-apartement yang menjulang tinggi. Akan tetapi hati mereka sangat lemah, kelam risau, goncang dan tidak bahagia. Kalian dapati mereka selalu merasa bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. –yakni : mereka merasa selalu diawasi dan dicurigai hingga hatinya menjadi tidak tenang—. Sesungguhnya kebahagiaan itu bukan berada di tangan mereka. Sebab hati yang baik itulah yang akan memberikan kebahagiaan dan kehidupan baginya. Sedangkan hati yang rusak justru akan melemahkan dan menggoncangkan kehidupannya.
Allah Ta’ala berfirman :

“ … Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Ar-Ra’d : 33-34)

Faktor Penambah Kekuatan Seseorang
Kekuatan hati datang kepada seseorang melalui perantaraan amal shalih. Sedangkan lemahnya hati datang kepada seseorang karena perbuatan jahat, perbuatan keji dan maksiat. Oleh karena itu Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan kepada seorang penakut demikian : “Jika hatimu sehat, pasti engkau tidak akan takut.” Jadi jika hati seseorang sehat, maka ia tidak akan merasa takut kepada seorangpun. Sebab perbuatan jahat itu bagaikan racun. Ia akan melemahkan hati sebagaimana racun melemahkan (merusakkan) perut dan usus. Sedangkan kebaikan itu seperti makanan, ia akan menghidupkan hati dan menyinarinya. Karena itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Perumpamaan rumah yang selalu disebut nama Allah di situ dengan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah di situ adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya)

Beliau juga bersabda : “Janganlah kamu jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan.” (HR. Muslim dalam Shahihnya) Yakni, hidupkanlah rumah itu dengan amalan-amalan sunnah. Dan jangan kalian serupakan ia dengan mayat atau kuburan yang telah rusak dan sunyi. Yang tidak ada di dalamnya amal-amal shalih.

Adapun kekuatan jasmani, maka ia sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla melalui lisan Hud a.s.

“Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud : 52)

Dalam kitab Al-Fawaid, Ibnul Qayyim menulis sebuah fasal yang amat menarik. Di mana di situ diterangkan bahwa memandang sesuatu yang diharamkan akan melemahkan mata, mencuri dapat melemahkan tangan, berjalan untuk mendatangi hal-hal yang haram akan melemahkan kaki dan memakan barang haram akan melemahkan badan/jasmani. Melemahkannya secara inderawi bukan maknawi. Dan sesungguhnya perbuatan baik akan menguatkan anggota badan dengan kekuatan yang bersifat inderawi bukan kekuatan maknawi. Kekuatan jasmani dan kekuatan hati hanyalah datang dari amal perbuatan yang baik dan dari menuntut berbagai jalan yang mendatangkan pahala. Sedangkan kelemahan jasmani dan kelemahan hati datang dari perbuatan-perbuatan yang menyelisihi kehendak Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Itu adalah sesuatu yang alami menurut undang-undang Ilahi. Sebab hati telah dibentuk menurut aturan yang tidak bekerja dan tidak menjadi kuat melainkan dengan dzatnya. Ketakwaan hati dengan mendatangkan sifat takwa dan kekuatan hati dengan mendatangkan bekalnya. Tidak mungkin hati akan beroperasi/bekerja melainkan mesti sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

Buah dari Perbuatan Maksiat
Menyelisihi Rabbul ‘Izzati artinya menyelisihi manhaj yang menjadi dasar awal mula pembentukan dan penciptaan hati. Jika suatu alat tidak bekerja melainkan sesuai dengan keinginan insinyurnya -dan Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi-, maka demikian pula hanya dengan hati manusia. Ia tidak akan bekerja, beroperasi, tidak akan cepat gerakannya dan tidak akan merasa lapang ketika memberi melainkan jika ia bekerja menurut manhaj Rabbnya. Bahkan berbagai peristiwa alam seperti : malapetaka, gempa bumi dan kefakiran; maka para sahabat dahulu menafsirkannya –sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada mereka— bahwa semua itu adalah sebagai akibat dari menyelisihi manhaj Allah. Menyelisihi manhaj Allah yang berkaitan dengan alam semesta, menyelisihi manhaj Allah dalam kehidupan.

Pernah suatu ketika terjadi gempa bumi di zaman pemerintahan Umar bin Khatthab. Lalu para sahabat mengirim seseorang kepada ‘Aisyah r.a. untuk menanyakan sebab yang menjadikan gempa bumi tersebut. Lalu oleh ‘Aisyah pertanyaan tadi dijawab : “Telah nampak/timbul –orang-orang yang melakukan— dosa di kota Madinah.” Begitu Umar mendengar berita dari ‘Aisyah, maka segera dia naik mimbar dan berkata : “Wahai manusia, demi Allah, kalau sekiranya perbuatan dosa itu terulang sehingga terjadi gempa lagi, maka aku tidak mau hidup berdampingan dengan kalian di kota ini –yakni kota Madinah—.”

Dahulu, para sahabat menafsirkan terlambatnya kemenangan adalah karena dosa. Kisah mengenai hal ini sangatlah masyhur. Ketika Umar bin Khatthab merasa bahwa penaklukan negeri Mesir berjalan sangat lambat, maka dia mengirim surat kepada Amru bin ‘Ash selaku panglima pasukan dalam misi tersebut. Kata Umar dalam suratnya : “Kalian begitu lambat dalam menaklukkan negeri Mesir. Itu tidak lain adalah karena kalian mencintai dunia sebagaimana musuh-musuh kalian mencintainya. Sesungguhnya saya akan mengirim empat orang pilihan untuk membantu kalian. Aku telah meminta janji setia mereka untuk melangkah di atas manhaj (jalan) yang telah ditinggalkan Rasulullah saw kepada kita. Jika Allah memenangkan kalian, maka sesungguhnya kemenangan itu adalah lantaran mereka yang saya yakini melangkah di atas jalan tersebut. Adapun jika Allah tidak memberikan kemenangan atas kalian, maka hal itu adalah disebabkan mereka menyimpang –dari manhaj tersebut— sebagaimana yang telah kalian lakukan.”

Mereka juga menafsirkan bahwa sempitnya rezki adalah dikarenakan dosa. Sebab, menurut mereka amal kebajikan akan mendatangkan berkah dalam rezki dan kehidupan.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu dan sahabat yang lain, dalam beberapa hadits shahih yang mauquf, mengatakan : “Sesungguhnya seorang hamba dilupakan dari mengingat suatu hadits dan tercegah mendapatkan rezki adalah lantaran dosa yang ia perbuat.” (Muslim meriwayatkan hadits yang seperti ini)
“Sesungguhnya seorang hamba dilupakan dari mengingat suatu hadits adalah lantaran dosa yang ia perbuat.”

Rezki terhalang lantaran dosa. Dan hadits dilupakan dari ingatan adalah lantaran dosa.

Tentunya kalian mengetahui ucapan Malik kepada Asy-Syafi’i ketika dia pertama kali melihatnya, yakni :
“Wahai anak muda, sesungguhnya saya melihat bahwa Allah telah memasukkan cahaya ke dalam hatimu. Maka dari itu janganlah engkau padamkan ia dengan kegelapan maksiat.”

Dan beberapa bait sya’ir dari Imam Asy-Syafi’i :
Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku
Lalu dia menunjukkan padaku supaya aku meninggalkan perbuatan maksiat
Dan dia memberitahu padaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.

Kebaikan akan menarik kebaikan dan kejahatan akan menarik kejahatan pula. Kebaikan akhirat akan menarik kebaikan dunia. Dan surga akhirat tidak akan bisa dimasuki kecuali dari surga dunia. Sebagaimana ucapan Ibnu Taimiyah rahimahullah : “Sesungguhnya di dunia ada surga, yang barangsiapa tidak masuk ke dalamnya, maka dia tidak akan bisa masuk surga akhirat. Surga itu adalah surga kegembiraan lantaran bisa berkomunikasi dengan Allah dan surga kebahagiaan lantaran bisa berhubungan dengan Allah.”

Maka sekali-kali kamu tidak akan dapat sampai ke surga akhirat melainkan melalui jalan surga dunia. Adapun surga dunia dan taman bagi orang-orang shalih di dalamnya serta kesenangan orang-orang yang bertakwa adalah melangkah di atas jalan yang lurus serta mengikuti jalan orang-orang shalih yang telah digariskan oleh Rabbul ‘Alamin. Oleh sebab itu kita diperintah agar selalu mengulang-ulang kalimat “Ihdinash shiraathal mustaqiem, artinya : Tunjukkanlah kami –ya Allah— jalan yang lurus” setiap saat dan waktu.

Adapun mengenai kelapangan rezki, maka Allah Ta’ala berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-A’raf : 96)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl : 112)

“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.(kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.” Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (QS. Saba’ : 15-17)

Oleh karena itu datang dalam sebuah hadits shahih :
“Barangsiapa yang ingin agar Allah menangguhkan/melamakan ajalnya dan melapangkan rezkinya, maka hendaklah ia menghubungi sanak kerabatnya.” (Potongan hadits dalam kitab Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 4079)

Kemudian dalam sebuah hadits hasan disebutkan :
“Berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan sanak kerabat dan berlaku santun/baik kepada tetangga dapat memanjangkan umur dan meramalkan perkampungan.”
“Menyambung hubungan sanak kerabat dan berlaku santun kepada tetangga dapat memanjangkan umur dan meramaikan perkampungan.”
Yakni, memanjangkan umur dengan barakah hidup. Betapa banyak waktu yang hanya sesaat sama dengan waktu yang bertahun-tahun karena barakah hidup. Dan berapa banyak pula waktu bertahun-tahun lewat begitu saja tanpa ada barakah di dalamnya. Wahai saudara-saudaraku : Hadapkaanlah diri kalian ke hadirat Rabb kalian.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan (pembeda dan pemisah).” (Q.S. Al-Anfal : 29)

(Ya’jal laum furqaana, artinya : niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan)
Dengan pembeda itu kalian dapat memisahkan antara yang hak dan yang batil. Allah akan menjadikan mata hatimu bercahaya sehingga kamu dapat memandang segala sesuatu menurut hakikatnya. Sebab mata hati yang telah diliputi oleh syahwat (hawa nafsu) dan syubhat (keragu-raguan) akan mengaburkan penglihatannya dan membutakannya sehingga ia akan melihat sesuatu secara terbalik … (Bagaimana dengan dirimu apabila melihat yang ma’ruf nampak mungkar dan yang mungkar nampak ma’ruf … bagaimana dengan dirimu jika kamu diperintahkan untuk mengerjakan yang mungkar dan dilarang mengerjakan yang ma’ruf?) Takutlah kamu kepada Allah, takutlah kamu kepada Allah akan dirimu, takutlah kamu kepada Allah akan hatimu … takutlah kamu kepada Allah atas cahaya yang telah diberikan Allah padamu, takutlah kamu kepada Allah perihal dirimu, kelak kamu akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali dengan cara mengikuti jalan orang-orang yang shalih.

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. Al-An’am : 90)

Kebahagiaan Hakiki
Barangsiapa di antara kalian yang menginginkan kebahagiaan di dunia, maka hendaklah ia berpegang kepada ajaran agama. Dan barangsiapa di antara kalian yang menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka hendaklah ia berpegang kepada ajaran agama. Tidak ada cara untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat melainkan hanya dengan agama Islam.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibnu Taimiyah, ketika seluruh penduduk bumi menentangnya, dia malah mengucapkan perkataan : “Apa yang diperbuat musuh-musuhku atas diriku? Jika mereka memenjarakanku, maka sesungguhnya penjara adalah tempatku berkhalwat –dengan Allah—. Jika mereka membunuhku, maka kematianku adalah syahadah –mati syahid—. Dan jika mereka mengusirku, maka pengusiran itu merupakan perjalanan tamasya bagiku.” Meskipun dia berada dalam penjara yang gelap gulita, namun dia malah berkata : “Sekiranya emas sepenuh penjara ini aku berikan pada orang yang memenjarakanku, maka aku belum memberikan balasan yang setimpal padanya dikarenakan apa yang telah diberikan Allah padaku …”

Sekiranya aku memberikan padanya emas sepenuh penjara ini, namun karena sesuatu yang dikaruniakan Allah padaku dalam penjara ini –apa yang dibukakan Allah padaku—, maka aku belum memberikan balasan yang setimpal kepada orang-orang yang telah memenjarakanku.

Luasnya dunia … lapangnya rezki … cahaya hati … cahaya muka … siapa yang banyak melakukan shalat pada malam hari, maka wajahnya akan nampak baik (berseri) di siang hari. Dan sesungguhnya engkau akan melihat cahaya pada bagian wajah dan keningnya.

Adapun orang-orang yang durhaka, maka kegelapan dosanya akan membuat hitam kelam wajahnya sebagaimana dosa-dosa tersebut telah membuat padam cahaya yang bersinar dalam hati dan kalbunya. Sementara orang-orang yang selalu berhubungan dengan Allah ‘Azza wa Jalla, hatinya terang dan wajahnya bercahaya.

Kerjakan shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu merupakan adat kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, membuatmu dekat di sisi Rabbmu, dan menjadi pengusir penyakit dari badan. Sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits shahih … (wa muthriidatun lid-daa’i ‘anil jasadi, artinya : Dan sebagai pengusir penyakit dari badan).

Sesungguhnya Allah telah memberikan karunia kepada kamu dengan membawamu datang ke negeri ini (yang dimaksud Syaikh Abdullah Azzam adalah bumi ribath dan jihad Afghanistan – tempat di mana terjadi pertempuran antara mujahidin dengan pasukan kafir Rusia sedangkan konteks hari ini adalah di manapun tempat terjadinya pertempuran antara mujahidin dengan koalisi kafir). Tetaplah kamu berada di tempat kamu, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan nikmat yang hanya diketahui oleh orang yang merasakannya. Nikmat yang bisa mengangkat umur, memberkahi dan mensucikannya. Maka dari itu tetaplah kamu telah mengetahuinya … Jangan sampai kamu berbalik atau kembali ke belakang. Karena sesungguhnya karunia itu adalah taufik dari Rabbmu bukan berdasarkan pilihan atau berdasarkan amal perbuatanmu. Sesungguhnya ia hanyalah hidayah dari Allah dan taufik-Nya. Jika kamu berribath, maka itu adalah nikmat dari Allah. Dan jika kamu berjihad, maka itu adalah anugerah dari Allah. Dan jika kamu berkhidmat untuk jihad, maka yang demikian itu merupakan nikmat besar dari Rabbul ‘Alamin.

Maka jangan sampai kamu sia-siakan anugerah itu … jangan sampai kamu berbalik ke belakang, meski bagaimanapun beratnya, karena kesulitan dan kepayahan yang kamu alami hanyalah kepayahan badan. Walau kelak tubuhmu akan dimakan ulat, namun ia akan tetap meninggalkan lembaran-lembaran amal yang penuh dengan kebaikan.

“Pada hari datangnya beberapa ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang –kepada dirinya— yang belum beriman sebelum itu …” (QS. Al-An’am : 158)

Pada hari di mana setiap amal perbuatan seberapapun kecilnya akan diletakkan di atas timbangan …
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’ : 47)
Melangkahlah kamu di atas jalanmu, tetapilah tempatmu dan jangan mundur dan berpaling. Menghadaplah kamu kehadiran Rabbmu. Demi Allah –sebagaimana saya menduga— Allah telah memberikan karunia kepada kalian dari tampat-Nya yang tinggi, dan memberikan nikmat kepada kalian dari atas langit-Nya yang tujuh.

(Sumber : Kumpulan Khutbah Syaikh Abdullah Azzam dalam Kitab Fie Tarbiyah al Jihadiyah wal Bina’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar