Konspirasi Zionis Salibis Menghancurkan Islam dari Dalam
Serangan terhadap Islam dan Umat Islam oleh koalisi Zionis Salibis
Internasional pimpinan Amerika, tidak saja dilakukan secara militer sebagaimana
yang terjadi pada umat Islam di Palestina, Afganistan, Irak, Checnya, kashmir,
Somalia, Moro, Patani dan tempat lainnya, namun serangan terhadap Islam dan
Umat Islam juga dilakukan melalui politik adu domba, pecah belah dan belah
bambu untuk tujuan menghancurkan Islam dari dalam. Inilah agenda utama koalisi
Zionis Salibis Internasional pimpinan Amerika Serikat saat ini sebagaimana yang
tertuang dalam berbagai dokumen kebijakan politik Amerika.
Pada tahun 2003, sebuah dokumen resmi berjudul CIVIL DEMOCRATIC ISLAM:
Partners, Resources and Strategies, dikeluarkan oleh RAND Corporation,
sebuah Pusat Penelitian & Pengkajian Strategi tentang Islam & Timur
Tengah, yang berpusat di Santa Monica – California dan Arington – Virginia, di
USA, atas biaya Smith Richardson Foundation. Rand Corporation yang dulunya
adalah perusahaan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa
Monica-California didirikan setelah berakhirnya perang dunia ke-2. Kini
perusahaan tersebut melihat dirinya sebagai lembaga think tank independen,
walaupun sebagian besar dana untuk 800 orang staf penelitinya diperoleh dari
pengerjaan proyek penelitian badan militer AS, Pentagon.
Dokumen tersebut memuat agenda komprehensif kebijakan Amerika Serikat &
sekutunya yang dijalankan di Dunia Islam selama ini, sekaligus pemetaan
kekuatan Islam dan rencana-rencana untuk memecah belah dan menciptakan konflik
di tengah masyarakat Islam yang dikemas melalui berbagai program bantuan untuk
dunia Islam.
Dokumen lain yang terbit pada bulan Desember tahun 2004, diproduksi oleh
Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Concil/NIC)
yang diketuai Robert Hutchings membuat prediksi akan masa depan dunia yang
tertuang dalam laporan berjudul Mapping The Global Future. Laporan
tersebut sudah diberitakan oleh harian USA Today edisi 13 Februari 2005 dan
juga dikutip harian Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti dari laporan NIC tersebut adalah memperkirakan skenario peristiwa yang
akan terjadi pada tahun 2020. Adapun kemungkinan skenario yang akan terjadi
tahun 2020 menurut NIC adalah :
Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia dengan China dan
India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.
Pax Americana : Dunia masih tetap dipimpin dan dikontrol
oleh Amerika Serikat.
A New Chaliphate : Bangkitnya kembali KHILAFAH
ISLAMIYAH, sebuah pemerintahan Islam Global yang mampu memberikan
tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global barat.
Cycle of Fear : Munculnya lingkaran ketakutan, yaitu
ancaman terorisme dihadapi dengan cara-cara kekerasan dan pelanggaran aturan,
atau dengan kata lain akan terjadi kekacauan di dunia, kekerasan dibalas
kekerasan.
Dokumen NIC tersebut juga meneyertakan pendapat dan pandangan 15 Badan
Intelijen dari 15 Negara Barat yang dipimpin oleh AS. Terhadap prediksi
mengenai peran global Amerika Serikat yang dibuat pada tahun 2004 tersebut, NIC
telah merevisi dengan mengeluarkan sebuah laporan baru berjudul “Mapping
Global Future” yang dikeluarkan pada tahun 2008 yang lalu. Inti dari
prediksi terbaru NIC adalah bahwa pengaruh Amerika Serikat akan berkurang pada
tahun 2025, akan tetapi masih tetap memegang kendali penting terhadap politik
global. Dalam bahasa Hillary Clinton, menteri luar negeri Amerika Serikat “Amerika
tidak bisa memecahkan sendiri masalah yang mendesak dengan kekuatannya sendiri,
dan dunia tidak bisa memecahkannya tanpa Amerika. Kita harus menggunakan smart
power, keseluruhan perangkat yang ada ditangan kita”. Smart power
adalah kombinasi hard power of command dengan soft power of
attraction. Terkait dengan kebijakan terhadap dunia Islam, hal ini berarti
Amerika Serikat dan sekutunya akan menghalalkan segala cara demi menghancurkan
Islam dan Umat Islam.
Pada tahun 2007, Rand Corp, kembali menerbitkan dokumen dengan judul Building
Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Lembaga Donasi Smith
Richardson Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah strategis
untuk membangun Jaringan Muslim Moderate yang Pro Barat di seluruh Dunia Islam.
Baik Rand Corp., maupun Smith Richard Foundation adalah lembaga-lembaga yang
berafiliasi dengan gerakan Zionisme Internasional dimana para personilnya
adalah bagian dari gerakan bawah tanah Freemasonry-Illuminati, sekte yahudi
yang berpegang pada kitab Talmud. Mereka juga selalu mengunakan istilah
“Komunitas Internasional” untuk mengganti istilah Zionisme Internasional, agar
maksud dan tujuan sebenarnya tersamarkan dan sekaligus memanipulasi
negara-negara non Barat dan non muslim lainnya.
Kedua Dokumen produksi Rand Corp maupun prediksi National Intelligent
Council tersebut sudah diadopsi sepenuhnya oleh Pentagon (Departemen
Pertahanan AS) dan Departemen Luar Negeri AS sebagai kebijakan Resmi Pemerintah
AS yang tengah diterapkan terhadap Dunia Islam. Dokumen tersebut bisa diakses
langsung melalui http://www.rand.org/.
Berikut ini Resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah Islam yang termuat
dalam kedua Dokumen Resmi produksi Rand Corp. tersebut:
- Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam ada dalam Frustasi dan Kemarahan, akibat dari periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer.
- Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran Islam
- adalah suatu ancaman bagi peradaban Dunia Modern, dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban).
- Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap Demokrasi dan Modernitas serta mematuhi aturan-aturan Internasional untuk menciptakan perdamaian global.
- Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan Kekuatan dan Pemilahan Kelompok Islam untuk mengetahui kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam.
- Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen-elemen, kecenderungan-kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana dalam Islam yang mereka ingin perkuat; apa sasaran dan nilai-nilai dari persekutuan potensial yang berbeda itu; dan siapa yang akan dijadikan anak didiknya; dan konsekuensi-konsekuensi lebih besar seperti apa yang akan tampak ketika memperluas agenda-agenda masing-masing; termasuk resiko mengancam atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya.
Komunitas Internasional membagi Umat Islam dalam Empat Kelompok,
yaitu:
- Fundamentalis: yaitu kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai- nilai Demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam.
- Tradisionalis: yaitu kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya.
- Modernis: yaitu kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin Reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas.
- Sekularis: yaitu kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.
Komunitas Internasional melakukan penilaian terhadap tiap kelompok sebagai
berikut :
- Fundamentalis: sangat anti Barat sehingga menjadi ancaman bagi demokrasi dan modernitas. Mendukung kelompok ini bukan suatu opsi bagi Barat, kecuali untuk pertimbangan taktis sementara. Penghancuran Fundamentalis menjadi suatu keharusan.
- Tradisionalis: tidak anti Barat tapi penuh kecurigaan terhadap modernitas, sehingga mudah terpengaruh oleh Fundamentalis. Karenanya, kelompok ini harus dirangkul dan dijauhkan dari Fundamentalis, tapi mesti selalu diwaspadai.
- Moderni: Pro Demokrasi dan Modernitas serta dekat dengan Barat dalam nilai dan kebijakan, sehingga bisa digunakan untuk mengcounter berbagai pemikiran Islam Fundamentalis. Namun ada kendala-kendala serius bagi Modernis di tengah masyarakat Islam.
- Sekularis: Pro Barat dan bisa dimanfaatkan, namun terkadang sulit menjadi sekutu karena afiliasi ideology yang berbeda. Karenanya, kelompok ini hanya bisa dimanfaatkan sepanjang memiliki ideology yang menopang demokrasi dan modernitas.
Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap kelompok
sebagai berikut:
1. Mengkronfotir dan Menentang Kaum Fundamentalis, dengan jalan :
(a) Menentang
tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya
(b)
Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats
illegal.
(c)
Mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan.
(d)
Menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah.
(e)
Memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas
negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.
(f)
Mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis
yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
(g)
Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum
Fundamentalis, ekstrimis dan teroris.
(h)
Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
(i)
Mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak
bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.
(j)
Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
Beberapa bukti tindakan untuk memojokkan kelompok yang disebut Fundamentalis
oleh barat tersebut adalah: menafsirkan Al-Qur’an secara sengaja untuk
menyesatkan dengan menyatakan penentangan dan pengharaman poligami pada satu
sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis, lesbianisme dan homoseksual,
mengulang-ulang tayangan gambar yang out of date dan tidak relevan terkait
aksi-aksi umat Islam yang dinilai mengandung kekerasan di televisi, sementara
itu kegiatan dari berbagai ormas Islam yang bersifat konstruktif seperti
menjadi relawan didaerah bencana alam tidak pernah sekalipun ditayangkan,
“mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber yang berasal dari kelompok yang
dianggap fundamentalis dengan format acara dialog televisi 3 lawan 1 seperti
acara Todays Dialogeu, Save Our Nation, Topik Minggu Ini, wawancara khusus dan
lain sebagainya, memenjarakan aktivis-aktivis islam dengan tuduhan teroris atau
sebagai pelaku kekerasan, menghapus panggilan kehormatan kiyai, ustadz, habib
dalam pemberitaan media massa terhadap aktivis islam yang dianggap
fundamentalis.
2. Mendorong Kaum Tradisionalis untuk melawan Fundamentalis, dengan
jalan:
(a) Dalam Islam tradisional ortodoks
terdapat elemen-elemen demokrasi yang dapat dipakai untuk mengcounter Islam
fundamentalis otoriter yang represif dan otoriter.
(b) Menerbitkan kritik-kritik kaum
tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis.
(c) Mendorong perbedaan antara kaum
tradisionalis dan fundamentalis.
(d) Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis
dan kaum fundamentalis.
(e) Mendorong kerja sama antara kaum
modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan Kaum modernis.
(f) Jika memungkinkan, didik kaum
tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan debat dengan
kaum fundamentalis. Karena Kaum fundamentalis secara retorika seringkali lebih
superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam
pinggiran” yang kabur .
(g) Di tempat-tempat seperti di Asia
Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks
untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
(h) Melakukan diskriminasi antara
sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda.
(i) Memperuncing khilafiyah yaitu
perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali,
Wahabi – Sufi, dll.
(j) Mendorong Kaum Tradisionalis agar
tertarik dengan modernisme, inovasi dan perubahan.
(k) Mendorong mereka untuk membuat isu
opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas dari
penguasa yang terinspirasi oleh paham Kaum Fundamentalis.
Mendorong popularitas dan penerimaan
atas Sufisme.
Beberapa contoh yang menjadi bukti
aktivitas program ini diantaranya adalah membiayai beasiswa aktivis JIL
seperti Ulil Abshar Abdalah, Sumanto Al Qurtubi Cs untuk sekolah di Amerika
Serikat, memuat artikel-artikel yang menghina dan melecehkan Islam di berbagai
surat kabar, mengadu domba dengan cara polemik di surat kabar yang tak
berkesudahan antara HTI dengan Kiyai Hasyim Muzadi tentang khilafah, membuatt
issu “rebutan masjid” antara PKS dengan Muhammadiyah, memanipulasi dan membajak
simbol-simbol ormas islam seperti NU dan Banser, seperti yang dilakukan oleh
AKKBB, Guntur Romli dan Nuril dalam peristiwa Monas dan peristiwa di pengadilan
negeri Jakarta Pusat dan dibenturkan dengan FPI. Serta berita yang terbaru
adalah promosi kepada Ulil Abshar Abdalah untuk menjadi Ketua Umum PB Nahdatul
Ulama, agar NU dapat dijadikan kendaraan kelompok Liberal dalam mengacak-ngacak
Islam dari dalam.
3. Mendukung sepenuhnya Kaum Modernis, dengan
jalan :
(a) Menerbitkan dan mengedarkan
karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
(b) Mendorong mereka untuk menulis bagi
audiens massa dan bagi kaum muda.
(c) Memperkenalkan pandangan-pandangan
mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
(d) Memberikan mereka suatu platform
publik.
(e) Menyediakan bagi mereka opini dan
penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama
bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan
tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan
pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga,
dan sarana yang lainnya.
(f) Memposisikan sekularisme dan
modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam
yang tidak puas.
(g) Memfasilitasi dan mendorong
kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di
kurikulum dari negara-negara yang relevan.
(h) Membantu dalam membangun
organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk Mempromosikan kebudayaan
sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik
diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan
pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan dalam program ini adalah: mengubah muatan kurikulum
pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari negara-negara barat,
menggunakan slogan-slogan “time is Money, “dengan pengeluaran sekecil-kecilnya
menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya”, pada masa lalu dalam mata
pelajaran PMP dikenalkan gambar-gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan
tulisan dibawahnya “semua agama sama”, mendirikan berbagai LSM baru yang
bergerak dibidang kajian dan filsafat Islam, seperti Wahid Institute, Ma’arif
Institute, LkiS, Yayasan Fahmina, LSAF, ICIP, ICRP dan lain-lain,
menyebarluaskan artikel dan tulisan produksi LSM-LSM yang dibiayai Amerika,
yang intinya menyatakan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan
merupakan peradaban manusia, untuk tujuan menggoyahkan keyakinan iman agama Islam,
membiayai web site JIL, blogg Guntur Romli dan siaran radio kongkow bareng Gus
Dur.
4. Mendukung secara selektif Kaum Sekularis, dengan jalan:
(a) Mendorong pengakuan fundamentalisme
sebagai suatu musuh bersama
(b) Mematahkan aliansi dengan
kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan
ideologi kiri.
(c) Mendorong ide bahwa agama dan Negara
juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa hal ini tidak membahayakan keimanan
tapi malah akan memperkuatnya.
Beberapa contoh tindakan ini adalah: membangun mitos tentang sekulerisme,
memanipulasi hari peringatan Pancasila untuk kepentingan sekularisme,
pluralisme dan liberalisme, mengkampanyekan penampilan ke-soleh-an individual
dan mencegah berlakunya perda-perda yang disebut perda syariat.
Untuk menjalankan program-program diatas maka, dalam dokumen Building
Moderate Muslim Networks, Pemerintah Amerika Serikat harus menyediakan
dana bagi individu-individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di
Universitas-Universitas Islam maupun Universitas umum lainnya dan
membangun jaringan antar komponen tersebut untuk memenuhi tujuan-tujuan
Amerika.
Sebagai contoh keberhasilan membangun jaringan ini adalah apa yang pernah
ditempuh oleh Amerika Serikat ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya
(Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun
komitmen antar elemen untuk membentuk jaringan anti komunis. Upaya yang serupa
juga perlu dilakukan untuk membangun jaringan anti Islam. Bahkan bila perlu,
sikap tidak setuju dengan kebijakan Amerika perlu sesekali ditampilkan oleh
para aktivisnya sekedar untuk menampilkan citra independen dari Amerika dan
Barat serta membangun kredibiltas semu para aktivis liberal pro barat, demi
mencapai tujuan utamanya memusuhi Islam secara keseluruhan.
Amerika dan Barat dalam dokumen tersebut sepenuhnya sadar bahwa mereka
terlibat dalam sebuah peperangan yang merupakan perang dengan senjata maupun
perang ide. Dalam konteks ini Amerika dan Barat ingin memenangkan perang dengan
cara “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar dimata penduduk tempat asal
ideologi itu dan dimata pendukung pasifnya”. Kalimat ini jelas adalah merupakan
tujuan Amerika dan Pihak barat lainnya untuk menghancurkan Islam dan menjauhkan
Islam dari ummat.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan pada tiga level:
(a) Menyokong
jaringan-jaringan yang ada;
(b)
Mengidentifikasi jaringan dan mempromosikan kemunculan dan pertumbuhannya.
(c) Memberikan
kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya faham
pluralisme dan sikap toleran.
Sebagai pelaksana proyek ini Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah
memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana untuk menyalurkan dana dan
berhubungan dengan berbagai LSM, Individu di negeri-negeri muslim yaitu National
Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The
National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center
for Study of Islam and Democracy (CSID).
Usaha untuk membangun jaringan muslim moderat ini pada fase pertama
adalah dengan fokus pada sebuah kelompok inti dengan metodelogi
organisasi-organisasi bawah tanah, yang kemudian berdasarkan penilaian
Amerika baru ditingkatkan menjadi jaringan terbuka apabila situasi dan kondisi
memungkinkan.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran untuk direkrut dan dijadikan
anak didik Amerika dan Barat adalah :
(a) Akademisi dan Intelektual
Muslim Liberal dan Sekuler;
(b) Cendikiawan Muda Muslim
yang Moderat;
(c) Kalangan Aktivis
Komunitas;
(d) Koalisi dan Kelompok
Perempuan yang mengkampanyekan kesetaraan gender;
(e) Penulis dan Jurnalis
(wartawan) yang moderat.
Para pejabat di kedutaan Amerika yang berada di negeri-negeri muslim harus
memastikan bahwa kelompok ini terlibat dan sesering mungkin melakukan kunjungan
ke Amerika Serikat.
Sementara itu program-program prioritas untuk mendukung pembangunan jaringan
muslim moderat ini diletakkan pada sektor:
(a) Pendidikan Demokrasi,
yaitu dengan mencari pembenaran dari nash-nash dan sumber-sumber Islam terhadap
demokrasi dan segala sistemnya.
(b) Dukungan pada Media massa
untuk melakukan liberalisasi pemikiran;Kesetaraan Gender,
yang merupakan medan tempur utama dalam perang pemikiran dengan kelompok Islam;
(c) Advokasi Kebijakan,
untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
Pihak Amerika juga sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah,
oleh karenanya perlu dilakukan upaya “Arus Balik” yaitu
menyebarkan ide-ide dan pemikiran dari intelektual-intelektual moderat dan
modernis yang berhasil dicuci otak dan setuju dengan westernisasi dan gaya
hidup barat, yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia. Tulisan
dan pemikiran moderat dari kalangan diluar Timur Tengah ini harus sesegera
mungkin diterjemahkan dalam bahasa arab untuk disebarkan di kawasan Timur
Tengah.
Disinilah terdapat jawaban, mengapa akhir-akhir ini Indonesia sering
dijadikan tempat pertemuan Internasional cendikiawan dan intelektual muslim
dari berbagai negara yang disponsori oleh Amerika dan negara barat lainnya. Dan
saat ini banyak sekali produk-produk baik berupa tulisan maupun film yang
diproduksi oleh kaum “intelektual islam indonesia” yang disebarkan dan
diterjemahkan dalam bahsa arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini
tujuan utamanya adalah untuk memerangi Islam dan Umat Islam.
Dalam konteks politik di Indonesia, secara keseluruhan agenda-agenda yang
disusun oleh koalisi Zionis Salibis Internasional tersebut tengah berjalan.
Bisa kita lihat bukti-bukti dari berbagai fenomena yang ada di kehidupan
masyarakat Indonesia. Bermunculannya berbagai LSM yang didirikan oleh
tokoh-tokoh “Islam” yang memproduk berbagai materi anti Islam dan memusuhi
Islam, media massa yang selalu memberitakan negatif tentang umat Islam,
bermunculannya tokoh-tokoh liberal yangn memegang posisi sebagai opnion maker,
bahkan dalam penyusunan kabinet yang terakhir ini, posisi-posisi kunci
diserahkan kepada orang-orang yang sangat pro Amerika, seperti menteri-menteri
bidang perekonomian yang sejak dulu hingga sekarang selalu dipegang oleh
kelompok yang sama.
Inti dari seluruh dokumen yang diproduksi berbagai lembaga proxy zionis
adalah berisi agenda tantang rencana menghancurkan Islam dari dalam, yaitu
dengan menggunakan berbagai kaki tangan mereka alias antek mereka untuk memecah
belah, mengadu domba dan melakukan politik belah bambu. Cara ini juga yang
digunakan oleh mereka ketika meruntuhkan kekhilafaan Islam dan menjauhkan umat
Islam dari Syariat Allah.
Kiranya umat Islam di Indonesia segera perlu menyadari strategi pecah belah,
adu domba dan belah bambu yang dijalankan oleh koalisi Zionis Salibis
Internasional untuk menghancurkan Islam dari dalam. Konspirasi iblis ini
dilakukan dengan menyediakan dana hingga milyaran dollar, demi tujuan
menghancurkan Islam. Dengan kesadaran dari umat Islam, terutama tokoh-tokoh
Islam yang masih istiqomah, maka menjadi kewajiban dari tokoh-tokoh tersebut
agar dapat segera membangunkan umat Islam dari mimpi dan tidur panjang. Sebab
apa yang dilakukan oleh koalisi Zionis Salibis Internasional dan antek-anteknya
tersebut merupakan jalan mereka menuju ke neraka.
Dengan jalan yang sama sekali tidak mendapat Ridho Allah saja mereka berani
berperang habis-habisan dengan menyediakan segala harta benda mereka. Mengapa
umat Islam yang dijanjikan Allah kemenangan masih ragu untuk berjuang di jalan
Allah..?
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk
menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkan
harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan
dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu akan dikumpulkan kedalam neraka jahanam”
(QS. Al Anfal: 36).
Paranoid tanpa dasar.. .
BalasHapus