Di bawah ini ada kisah menarik tentang seorang pengusaha
yang terlilit hutang puluhan milyar, yang saya ambil dari situs eramuslim.com. Saya terpaksa meringkas artikel
ini dengan memotong sebagian awal tulisan yang mengetengahkan dua buah hadits.
Yakni, tentang kisah tiga orang yang terjebak dalam gua lalu mereka berdoa
bertawasul dengan amal kebaikan mereka masing-masing, dan hadits yang
menceritakan Rasulullah memohon pertolongan Alloh pada saat-saat kritis
berkecamuknya perang Badar. Singkat cerita, Alloh lalu menurunkan
pertolongan-Nya dengan cara yang sulit dicerna akal. Inilah cerita
selanjutnya...
***
Beberapa
waktu lalu saya bertemu rekan lama, dia seorang pengusaha, kulihat sekarang kondisinya
lumayan lah, mungkin bisnis yang dikelolanya cukup berhasil.
"Alhamdulillah", gumamku.
Saya ingat beberapa tahun silam dia pernah
mengalami suatu ujian yang berat atas perusahaan yang dikelolanya, saat itu
sering beliau mencurahkan isi hatinya kepadaku dan menceritakan beratnya ujian
yang dialaminya, setelah setumpuk ikhtiar dilakukan, bisnisnya tak kunjung
mendapatkan tanda-tanda akan selamat dari kebangkrutan, dan bukan saja
bangkrut, bahkan akan terjerat hutang usaha yang sangat besar, dia katakan
sekitar puluhan milyar siap untuk menjerat lehernya.
Bukan saja sisi nominal yang membuatnya sesak,
tak kalah beratnya yang menjadi beban adalah tanggungan puluhan karyawan yang
berada di perusahaannya, intinya menurut beliau pada saat itu adalah masa yang
sangat mengguncang jiwanya, makan tak enak, tidur tak lelap, dan segala yang
tak enak lainnya menghampiri beliau.
Yang kutahu, di sisi yang lain usaha beliau
bukan saja terkait pada sektor bisnis, tetapi beliau juga aktif dalam melakukan
pembinaan usaha berupa pesantren di suatu desa terpencil, pesantren tersebut
tumbuh secara sehat, santrinya sekitar lima ratusan, tetapi jenis usahanya
adalah nirlaba, atau tidak dikenakan biaya apa pun terhadap santri yang sekolah
di pesantren tersebut.
"Usaha pesantren ini untuk cash flow langit", begitu ujarnya
setiap kali saya tanyakan kenapa dia serius sekali mengelola usaha nirlaba ini.
Saya menjadi penasaran dan tercetus
keingintahuan bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah usahanya pada
tahun-tahun silam. Karena saya melihat kondisi saat ini jauh berubah, lebih
sukses bila dibandingkan pada saat itu.
Beberapa kali kupancing serentetan pertanyaan
dari ketidaksabaranku, barulah ia bersedia untuk menceritakan kisahnya ...
Ya kawan karibku, tiada satu kekuatan yang
dapat membantuku saat itu kecuali kekuatan Allah, tiada yang maha pengasih
kecuali Allah pula, Dialah yang memberikan jawaban dan jalan keluar kepadaku.
Kami ini makhluk yang sangat lemah dan hina, dan Dia lah Maha Kuat dan Maha
Kaya. Tiadalah kejadian itu terjadi kecuali menambah kualitas keimanan kami,
kami merasakan kasih sayang dan cinta-Nya.
Engkaupun tahu masalah yang kami hadapi saat
itu, penuh dengan kesukaran, hati terasa sempit, kami ditinggalkan pula oleh
kawan-kawan, tiada pihak yang ingin meringankan masalah kami saat itu, semua
pihak menekan, menekan dan menekan setiap waktu.
Pada
saat usaha kami jatuh, tiada akal lagi untuk mencari apa peluang pengganti
usaha kami ini agar bisa melunasi hutang usaha yang berjumlah milyaran itu,
sama sekali tidak ada ide, tertutup. Walaupun demikian kami tetap melakukan
berbagai ikhtiar mencari solusinya, hingga sampai pada suatu waktu kami pasrah
terhadap apapun keputusan-Nya.
Sering kali kami lantunkan doa untuk diberikan
jalan keluar atau yang terbaik bagi kami, bahkan ribuan kali kami berdoa, bukan
saja di saat sholat, bahkan dalam perjalanan pun tak lupa kami berdoa
kepadanya, intinya lidah dan bibir kami basah dengan doa dan pujian.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekian
bulan berlalu dalam kondisi tak menentu. Lalu sampailah pada satu saat aku
berdoa di malam hari di tengah semua orang tertidur lelap, bersimpuh dan berdoa
kepada-Nya, aku hanya ingat beberapa hadist dan kisah Kekasihku dalam
melantunkan doa-doanya. Kemudian dia bercerita mengenai dua kisah di atas.
Aku coba ikuti cara Kekasihku, Muhammad, dalam
berdoa pada saat-saat yang genting, dan kusesuaikan redaksi doanya dengan
kondisiku.
"Ya Allah, Engkau Maha Tahu
kondisi kami ini, kami sedang dibebani masalah, dan Engkau tahu pula bahwa dari
hasil usaha yang kami upayakan kami kelola pula sebuah usaha pesantren, Engkau
tahu kami tidak memungut biaya apapun pada mereka."
Jika memang amal ibadah tersebut kami lakukan
hanya untuk meraih keridhoan-Mu, mohon Ya Allah berilah jalan keluar untuk
kami.
Ya Allah, kami khawatir jika engkau tidak
membantu hamba-Mu ini, kami khawatir keberlangsungan pesantren kami terhenti,
akan ke mana perginya santri-santri tersebut.
Ya Allah, aku sayang mereka, kami iba dengan
wajah mereka, curahkan kasih sayang-Mu pada mereka, dengan menolong usaha kami
Ya Allah.
Engkaulah yang Maha Mengetahui hati hati kami,
ikhlaskanlah hati kami, dan lapangkan hati kami apapun yang engkau putuskan,
dan kami yakin apapun keputusan-Mu adalah yang terbaik bagi kami.
Tak kusangka doanya tersebut membuat jiwaku
bergetar dan tak kuasa emosiku terlibat, nyaris kupeluk sahabatku itu, luar
biasa makna dari doa tersebut.
Kemudian dia lanjutkan kembali, "Setelah
kulantunkan doa tersebut, tak kusangka dalam waktu yang sangat singkat kasih
sayang-Nya telah membuka sebuah jalan keluar yang tidak terduga, ibarat pintu
gua yang tidak mungkin terbuka dalam kisah yang kuceritakan itu dengan izin-Nya
menjadi terbuka".
Sambil menahan emosi, ia melanjutkan,
"Tiba-tiba seorang relasi kami menawarkan suatu bisnis yang terbilang
besar yang tidak pernah tersentuh oleh perusahaanku, bahkan bisnis tersebut di
luar kapasitas secara materi maupun keahlian yang kami punya. Kala itu kami
pikir bahwa peluang bisnis tersebut pastilah sudah diatur pemenangnya,
paling-paling kalau ikut partisipasi juga, ya paling tidak hanyalah mengarak
pemenangnya saja.
Saat itu, benar-benar aku tidak tertarik untuk
memprosesnya. Kudiamkan saja. Tapi peluang itu datang lagi, datang lagi dan
hadir kembali. Karena sering kali peluang yang sama itu selalu hadir, kucoba
beranikan diri untuk memprosesnya.
Apa yang terjadi selanjutnya sungguh ku tak
pernah menduganya. Kami mendapati ribuan kemudahan, kami memperoleh proyek
tersebut dengan mudah, karena hanya perusahaan kami yang mengajukan proposal
tender tersebut dan tidak ada pesaing sama sekali!
Ke mana para competitor yang besar? Ke mana
mereka semuanya? Muncul keanehanku saat itu.
Bila Dia memutuskan sesuatu, tidak ada pihak
pun yang akan mampu menghambat-Nya! Ini semuanya kemudahan dari-Nya, Dia
permudah seluruh proses tersebut. Dan dalam jangka waktu yang singkat kami
mendapati keuntungan tiga kali dari jumlah hutang kami! Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar. Begitulah dia menceritakannya dengan penuh keharuan.
Selanjutnya kutahu, temanku itu menjadi orang
yang selalu bersyukur dan dia yakin sekali bahwa pesantren tersebut telah
menjadi amal andalan yang telah menjadi perantara doanya.
Kabar terakhir yang kuterima, pesantren tersebut
menjadi semakin besar dan megah walaupun para santrinya tidak pernah terbebani
oleh biaya apapun.
Nah, bagi para enterpreneur, tidak selamanya
masa-masa menyenangkan hadir dari kehidupan seorang pengusaha, adakalanya
masalah yang banyak terjadi justru sebuah ujian yang tidaklah ringan.
Keberhasilan itu hadir setelah melewati masa masa sulit. Bukankah layangan akan
terbang tinggi bilamana ada angin yang menerpanya?
Atau mungkin, bagi seorang pengusaha,
janganlah berpikir hanya mengembangkan usaha untuk meraih keuntungan materi
saja, tetapi cobalah mulai dipikirkan sebuah usaha alternatif yang bermanfaat
buat orang banyak, yang akan dijadikan cash
flow langitnya. Bisa saja usaha-usaha tersebut akan dan telah menjadi
amalan andalan, yang bilamana kita terhimpit suatu masalah ataupun ujian yang
berat, bisa dijadikan perantara atau tawasul untuk permohonan doa kita kepada
Allah.
Terakhir, selamat berdoa. Allah Maha Mendengar
rintihan hamba-hamba-Nya.
Zidni T. Dinan
zidni_dinan@yahoo.com