Dalam rubrik Tadzkirah di Majalah Risalah
edisi no 133 bulan Sya’ban-Ramadhan 1433/Juli 2012 dimuat artikel yang
menggugah. Ceritanya mengingatkan kita dengan kisah salah satu shahabat
Rosululloh yang datang menemui beliau sholollohu
alaihi wasallam untuk meminta udzur. Yakni memohon izin untuk tidak
menghadiri sholat berjamaah di masjid karena cacat yang beliau derita. “Apakah
engkau mendengar azan?” tanya Rosul tak lama setelah beliau mengizinkan. “Iya,
wahai Rosululloh,” jawab shahabat tersebut. “Kalau begitu penuhilah panggilan
sholat tersebut,” tandas beliau. Begitulah sekelumit dialog Rosululloh sholollohu alaihi wasallam dengan salah
satu shahabatnya yang bernama Abdullah ibnu Ummi Maktum, yang matanya buta,
tapi semenjak itu hampir tak pernah absen dalam aktivitas sholat berjamaah.
Bahkan diriwayatkan, beliau juga terlibat dalam berbagai medan pertempuran.
Barangkali itu sebabnya, Ust. Abu Umar
Abdillah memberi judul tulisannya “Ibnu
Ummi Maktum Zaman Ini”. Berikut kisah selengkapnya...
***
Kisah ini terjadi di sebuah
kampung di sebelah barat kerajaan Saudi Arabia, dikisahkan sendiri oleh Syekh
Ibrohim Bubastit dalam “Qoshosh Mumayyizah”. Beliau menuturkan, “Kami memasuki
kampung itu. Tak ada tanda-tanda sentuhan kemoderenan. Sebuah kampung terpencil
dengan bangunan yang sederhana. Kami menelusuri tanjakan jalan menuju masjid di
kampung itu. Hingga sampailah kami di bangunan itu, sebuah masjid tempat
dimulainya kisah ini.
Tatkala kami sampai di masjid,
kami dapati di sisi depan pintu terdapat batu besar yang diikat dengan sebuah
tali. Tahukah Anda, tali apakah itu? Satu ujungnya terikat di batu, sementara
ujung tali yang lain memanjang dan tidak kelihatan ujung tali yang lain karena
jauh.
Kami mulai menyusuri tali tersebut
untuk mencari tahu, sampai di mana ujung tali yang satunya. Cobalah Anda terka,
di manakah ujung tali itu berakhir? Tali itu terhampar memanjang di atas tanah.
Setelah kira-kira enam menit kami mengikuti arah tali tersebut dengan mobil,
subhanallah, kami menemukan tempat di mana ujung tali itu berakhir.
Ternyata, tali panjang itu
berujung di sebuah rumah tua yang hanya terdiri dari satu kamar dan tempat air.
Di rumah tersebut kami bertemu dengan pemiliknya, yakni seorang kakek tua yang
kedua matanya tak lagi bisa melihat. Umurnya kira-kira 85 tahun. Dia adalah
seorang kakek buta yang rajin beribadah.
Tatkala kami bertanya, “Wahai
kakek, beritahu kami, apa rahasia dari tali yang memanjang dari masjid hingga
rumah kakek ini?” Maka dengarkanlah jawaban yang membekas di hati setiap mukmin
ini. Kakek itu menjawab, “Wahai anakku, ini adalah tali yang menunjukkan
jalanku untuk sholat lima waktu. Ketika masuk waktu sholat, aku pegang tali
ini, lalu saya keluar rumah ini menuju masjid dengan memegangi tali ini. Begitu
pula tatkala aku pulang dari masjid, karena tidak ada yang menuntunku untuk ke
masjid.” Allohu Akbar! Kami pun melihat bekas yang sangat kentara pada telapak
tangannya yang secara rutin bergesekan dengan tali yang dipegangnya!”
Lantas
di manakah orang-orang yang kuat fisiknya? Yang sehat kedua matanya, yang kokoh
kedua kakinya, serta orang yang memiliki kendaraan untuk hilir mudik, adakah
alasan bagi mereka untuk meninggalkan sholat berjamaah di masjid?
Wallohul muwaffiq (Abu Umar Abdillah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar