Senin, 13 Agustus 2012
ALLAH AKAN MENCUKUPI SEMUA URUSAN ORANG YANG BERTAWAKAL KEPADANYA
Oleh :
Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Hal ini berdasarkan dari firman Alloh yang berbunyi :
" Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Tholaq : 3]
Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi' bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. [Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311]
Ibnul Qoyyim berkata : Alloh adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Alloh akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Alloh, maka Alloh akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Alloh akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa'at. [Taisirul Azizil Hamid hal. 503]
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Alloh Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Alloh telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang bertawakal kepada Alloh, antara lain.
Firman Alloh.
" Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar". [Ath-Tholaq : 2]
" Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya". [Ath-Tholaq : 5]
" Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Alloh menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". [Ath-Tholaq : 4).
" Dan barangsiapa yang menta'ati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Alloh, yaitu ; Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". [An-Nisa' : 69]
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman Alloh : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya". [Ath-Tholaq : 3]
Ibnu Al-Qoyyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ketempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Alloh. [Madarijus Salikin 2/128]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. " Bersabda Rasulullah Shollollohu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Alloh), kedua malaikat itu berkata : Alloh telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Alloh, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Alloh, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan".[ Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami tak mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid : Bahwa di dalam sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdulloh, ia adalah seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana dalah shohih Al-Jami Ash-Shogir 513, 227 (1/1950).]
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shollollohu 'alaihi wa sallam beliau bersabda : 'Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Alloh pada setiap celah di dalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh, maka Alloh akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu". [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak]
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shollollohu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala, maka Alloh akan mencukupi baginya segala kebutuhannya, dan Alloh akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga".[Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shekh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303]
Yang memberi kecukupan hanyalah Alloh saja, sebagaimana firman-Nya :
" Hai Nabi, cukuplah Alloh (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu" [Al-Anfal : 64]
Maksudnya ; cukuplah Alloh bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thobari 10/37), maka kalian semua tak akan membutuhkan seseorang jika kalian bersama Alloh, ini adalah pendapat dari Abu Sholeh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30) Ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah : cukuplah bagimu Alloh, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas. [Tafsir Al-Qurthubi 8/43]
Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Alloh Subhanahu wa Ta'ala. [Adlwa'u Al-Bayan]
Ibnu Al-Qoyyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat sebagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Alloh semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Alloh, dan Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam Al-Qur'an
" Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka sesungguhnya cukuplah Alloh (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin". [Al-Anfal : 62]
Lalu dia (Ibnu Al-Qoyyim) membedakan antara memberi kecukupan dengan memberi kekuatan yang bisa memberi kecukupan hanyalah Alloh Subhanahu wa Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah hanyalah Alloh dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Alloh lainnya, Alloh telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang yang bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Alloh menghususkan mereka untuk mendapat kecukupan dari Alloh Subhanahu wa Ta'ala, maka Alloh berfirman :
" (Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :' Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka', maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : 'Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran : 173]
Dan mereka tidak pernah mengatakan : cukuplah Alloh bagi kami dan Rosulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Alloh memuji mereka seperti itu, maka bagaimana mungkin Alloh mengatakan kepada utusan-Nya dengan mengatakan : Alloh dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan, sementara para pengikut Muhammad Shollollohu 'alaihi wa sallam telah menjadikan Alloh satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah men-sekutu-kan Alloh dengan Rosul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin mereka (para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan yang paling Mustahil dan Kesesatan yang paling sesat.
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Alloh yang berbunyi :
" Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Alloh dan Rosul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah Alloh bagi kami, Alloh akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rosul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Alloh', (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)". [At-Taubah : 59]
Maka perhatikanlah, bagaimana Alloh menjadikan kewajiban untuk mematuhi diri-Nya dan Rosul-Nya, sebagaimana firman-Nya
" Apa yang diberikan Rosul kepadamu maka terimalah dia". [Al-Hasyr : 7]
Dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Alloh tidak pernah mengatakan : dan mereka berkata : cukuplah Alloh dan Rosul-Nya bagi kami, akan tetapi Alloh menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan, seperti fiman Alloh :
" Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Alloh". [At-Taubah : 59]
Dan Alloh tidak pernah mengatakan : "dan kepada Rosul-Nya", akan tetapi Alloh menjadikan berharap hanya kepada-Nya semata, sebagaimana firman Alloh :
" Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Robbmulah hendaknya kamu berharap"
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan hanyalah kepada Alloh semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud hanyalah milik Alloh semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak diperbolehkan kecuali hanya kepada Alloh semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Alloh yang berbunyi :
" Bukankah Alloh cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya". [Az-Zumar : 36]
Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Alloh mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Alloh menjadikan hambanya para pengikut Nabi bersama Alloh sebagaimana yang memberi kecukupan ?!, dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih banyak lagi untuk disebutkan. [Zaad Al-Ma'ad 1/36-37]
[Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alalloh wa 'Alaqotuhu bil Asbab oleh Dr Abdulloh bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka Azzam, Th 1999, Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tirmidzi]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar