Sangat
mungkin ada di antara Anda sekalian yang berdoa kepada Robbnya,
memohon sesuatu, ia terus berdoa dan berdoa, namun selama itu ia tidak segera
mendapati doanya terkabul, lalu saat itu juga ia berhenti berdoa dan berputus
asa, merasa tidak akan terkabul selamanya. Sesung-guhnya
inilah larangan Rosululloh
sholollohu
alaihi wa sallam
dalam sabda beliau,
Seseorang dari
kalian akan terkabul (doanya) selama ia tidak tergesa-gesa, mengucapkan
kalimat, “Sungguh, aku telah memohon kepada-Mu, wahai Robbi, namun belum juga terkabul.” (Diriwayatkan oleh
Bukhori 11/140, Muslim 17/51-52, Abu Dawud 1484,
at-Tirmidzi 3387, Ibnu Majah 3853, Ahmad 2/487 dari Abu Hurairoh rodhiollohu anhu)
Dalam riwayat Muslim; seseorang
bertanya, “Wahai Rosululloh, apa itu tergesa-gesa?” Beliau
menjawab, “Mengatakan ‘Aku telah banyak ber-doa tetapi aku tak kunjung melihatnya
terkabul.’ lalu ia merasa rugi.”
Hendaknya diketahui bahwa ada banyak faktor
keterlambatan terkabulnya sebuah doa. Dan mes-ti
diingat juga bahwa Alloh memiliki hikmah di balik keterlambatan ini. Di antara hikmah tersebut
sebagai berikut:
Pertama, bisa jadi
dikarenakan Anda belum memenuhi syarat wajib doa; tidak menghadirkan hati,
waktunya kurang tepat, kurang khusyu’,
kurang khudlu’, kurang tadzallul, dan kurangnya adab-adab serta
syarat-syarat yang lain.
Kedua, bisa jadi
dikarenakan suatu dosa di mana Anda belum
bertaubat darinya, atau taubat Anda belum sungguh-sungguh. Bisa jadi juga
dikarenakan adanya syubhat dalam makanan dan minuman Anda atau adanya suatu
kezhaliman yang pernah Anda lakukan dan Anda belum sempat meminta maaf kepada
pihak yang terzhalimi. Semestinyalah Anda memenuhi semua syarat taubat nashuha
dan mengembalikan hak-hak hamba kepada pemiliknya. Ini semua adalah faktor
utama tertundanya ijabah. Telah
dinyatakan dalam sebuah hadits, “Wahai Sa’ad, makanlah hanya yang halal,
niscaya doa-doamu akan terkabul.”
Telah dinyatakan pula dalam sebuah hadits shohih, “Kemudian beliau menyebut ada seseorang dengan
rambut acak-acakan dan tubuh penuh debu mengangkat tangannya ke langit seraya
memohon, ‘Duhai Robbi, duhai Robbi!’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakai-annya haram, dan ia diberi makan dari yang haram, lalu
bagaimana bisa doanya dikabulkan?!” (Diriwayatkan oleh Muslim 7/100 at-Tirmidzi 2989, Imam
Ahmad 2/328 dari Abu Hurairoh rodhiollohu anhu)
Karena
itu semua, seharusnya Anda bersihkan jalan menuju ijabah dari berbagai kotoran dosa.
Ketiga, bisa jadi Alloh menyimpan pahala doa itu dan memberikannya kepada
Anda kelak di akhirat. Atau bisa jadi dengan doa itu sesuatu yang buruk yang
sepadan dengan pahala doa Anda, disingkirkan dari diri Anda.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Ubadah bin
Shamit rodhiollohu anhu bahwa Rosululloh sholollohu alaihi wa
salam bersabda, “Setiap muslim yang
berada di muka bumi ini yang berdoa kepada Alloh pasti akan dikabulkan-Nya atau disingkirkan suatu keburukan yang
sekadar dengannya, selama ia tidak memohon suatu dosa atau memutus tali silaturrohim.” Ada seseorang yang berkomentar, “Wah, kalau begitu
kita perbanyak doa saja!” “Dan Alloh pun akan
memperbanyak.”, tambah Nabi kemudian. (Diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi 3573 dan dinyatakannya sebagai hadits shohih. Diriwayatkan pula oleh Ahmad 3/18 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak
1/493 dari Abu Sa’id al-Khudri rodhiollohu anhu,
al-Hakim berkata, “Isnadnya shahih namun al-Bukhari dan Muslim tidak
meriwayatkannya.” ini disepakati pula oleh adz-Dzahabi)
Dalam
riwayat al-Hakim ada tambahan, “Atau pahalanya disimpankan untuknya.”
Saudaraku,
bisa jadi hal-hal tersebut jauh lebih baik bagimu daripada terkabulnya doamu;
sebab dengan disimpannya pahala doa di akhirat, sungguh hal itu akan
meninggikan derajatmu kelak pada hari kiamat. Hari itu kamu akan sangat
bergembira karenanya dan kamu akan berharap andai saja semua doamu tidak
dikabulkan dan pahalanya disimpan di akhirat.
Keempat, penundaan ijabah adalah satu ujian baru dari Alloh
bagi seorang hamba untuk mengukur kadar imannya dan memurnikannya. Ketika doa
tidak segera dikabulkan setan akan datang meniupkan rasa was-was dan berbisik,
“Yang pemurah itu luas dan yang bakhil itu tidak punya apa-apa, lalu apa faedah
penundaan ijabah?” dan seterusnya dan
seterusnya.
Saat
itu juga seorang mukmin mesti melawan hembusan was-was itu dan menepisnya dari
diri-nya
dengan berbagai macam cara. Saat itu
juga ia harus mengingat bahwa seandainya rahasia penundaan ijabah hanyalah ujian dari Alloh
bagi seorang hamba untuk memerangi Iblis si musuh Alloh
dan musuhnya, itu pun sudah cukup..
Kelima, salah satu
hikmah penundaan ijabah, supaya
seorang muslim mengerti akan adanya suatu hakekat yang amat penting; bahwa ia
adalah hamba Alloh
dan bahwa Alloh
adalah Malik, Sang Pemilik. Sang Pemilik memiliki hak untuk mengatur semua
miliknya, menahan sesuatu atau memberikannya. Jika Dia memberikannya maka itu
merupakan anugerah dari-Nya, dan jika Dia menahannya maka itu karena
keadilan-Nya dan Dia memiliki alasan untuk itu…
Juga,
supaya Anda tahu bahwa Anda bukanlah buruh yang bisa marah jika gajimu tidak diberikan.
Supaya
Anda juga tahu makna sabda nabi sholollohu alaihi wa salam pasca
perjanjian Hudaibiyah,
“Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan diriku
selama-nya.” (Diriwayatkan
oleh al-Bukhari 6/281, Muslim 12/140, Ahmad
dalam Musnad 3/486 dari Sahal bin Hanif rodhiollohu anhu )
Saat
terjadi penundaan ijabah, saat itulah
iman dimurnikan dan akan menjadi jelaslah beda antara mukmin sejati dengan
selainnya. Seorang mukmin di saat ijabah
tertunda, hatinya tidak akan beru-bah dalam
menghadap Robbnya,
sebaliknya justru ‘ubudiyyahnya kepada Alloh
‘azza wa jalla akan semakin bertambah.
Saat
itu hendaknya seorang muslim mengingat bahwa sejak Ya’qub alaihi salam kehilangan anak
kesayangannya, Yusuf, ia terus berdoa meski ijabah
atas doanya tertunda lama sekali. Diriwayatkan, ia terus-menerus berdoa selama
40 tahun. Tidak berhenti sampai disitu, bahkan ujiannya bertambah. Ia
kehilangan anaknya yang satu lagi, Binyamin, dan matanya memutih, buta, karena
sedih. Namun demikian, ia yakin bahwa jalan keluar dari Alloh
sudah sangat dekat. Ia berucap, “Dan aku
pengikut agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut
bagi Kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Alloh. yang demikian itu adalah dari karunia Alloh kepada Kami dan kepada manusia (seluruhnya);
tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya). “ (Yusuf : 38)
Jalan
keluar itu datang dari sisi Alloh. Alloh
kembalikan matanya, Yusuf dan Binyamin sekaligus.
Keenam, mungkin saja
terhalangnya Anda dari ijabah itu
menjadi sebab Anda senantiasa berdiri di hadapan Alloh,
terus-menerus merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya. Mungkin saja jika
permohonan Anda dikabulkan Anda akan menyibukkan diri dengannya dan lalai
kepada Alloh,
lalu Anda lupa untuk memohon dan berdoa kepada-Nya, padahal doa itu adalah inti
ibadah.
Inilah
keadaan kebanyakan kita. Buktinya, Anda baru bersimpuh di hadapan-Nya di saat
menghadapi ujian ~menyitir penuturan Ibnul Jauzi~ saja.
Dus,
semua yang menjadikan Anda berpaling dari Alloh
adalah musibah, dan semua yang menjadikan Anda berdiri menghadap-Nya adalah
kebaikan.
Ibnul
Jauzi mengisahkan Yahya al-Bakka` (yang banyak tangis) pernah bermimpi bertemu
Robb-nya
‘azza wa jalla dalam mimpi lalu ia
bertanya, “Duhai Robbi, sekian lama aku berdoa
mengapa tak kunjung dikabulkan?” Lalu Alloh berfirman,
“Wahai Yahya, karena Aku suka mendengar suaramu.” (Shoidul
Khothir,
Ibnul Jauzi hal. 86)
Ketujuh, bisa jadi jika
doamu dikabulkan akan muncul suatu dosa atau akan datang suatu madhorat
dalam dienmu, atau akan hadir fitnah bagimu. Bisa jadi apa yang Anda minta
~secara lahir~ berupa kebaikan namun hakekatnya adalah keburukan. Terlebih bagi
siapa-siapa yang hanya berdoa dengan doa-doa khusus dan meninggalkan doa-doa
yang ma`tsur.
Diriwayatkan
ada sebagian salaf yang memohon kepada Alloh
untuk diberi kesempatan berperang. Tiba-tiba terdengar suara, “Jika kamu
berperang, kamu akan tertawan, dan jika kamu tertawan kamu akan menjadi Nasroni.”
Kedelapan, sesungguhnya
tiap-tiap doa itu ada masa dan ukurannya. Tidaklah masuk akal jika hari ini
Anda memohon kepada Alloh supaya Dia menegakkan khilafah islamiyyah rosyidah lalu Anda berharap akan menyaksikannya
esok hari. Doa yang agung semacam ini ada takaran, ukuran, syarat, sebab, dan
upaya-upaya yang harus diikuti dengan kerja yang keras, usaha yang
sungguh-sungguh, dan pembinaan generasi secara sempurna. Tidak terbayangkan ada
seseorang dari kita memanjatkan doa semacam ini lalu ia mengharap hal itu akan
terwujud dalam beberapa hari. Sebagian mufassir
mejelaskan bahwa waktu antara doa Musa berikut: "Wahai Robb Kami, Sesungguhnya
Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan
harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Wahai Robb Kami - akibatnya mereka
menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Wahai Robb Kami, binasakanlah harta
benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga
mereka melihat siksaan yang pedih." (Yunus :
88)
dengan ijabahnya sebagaimana firman AlIah:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan
kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah
sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui". (Yunus : 89) adalah 40 tahun persis.
Jika
kita renungkan ini; orang yang berdoa adalah Musa alaihis salam,
salah seorang Rasul Ulul ‘Azmi yang utama, yang mengamini adalah Harun alaihi salam, seorang Nabi
yang mulia, syarat-syarat doa dan adab-adabnya telah terpenuhi semuanya, dan
yang didoakan adalah Fir’aun beserta para pengikutnya ~tidak ada yang lebih zholim,
fasiq, dan kafir daripada mereka saat itu~; meskipun demikian, ijabah tertunda! Sungguh itu adalah masa
dan ukuran bagi doa ini, doa yang bukan sembarang doa!
Sumber : Dr. Najih Ibrohim, Risalah ila Kulli
Man Ya’malu lil Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar