Hadits Online

Rabu, 15 Agustus 2012

Mengapa Doa Tak Segera Terkabul


Sangat mungkin ada di antara Anda sekalian yang berdoa kepada Robbnya, memohon sesuatu, ia terus berdoa dan berdoa, namun selama itu ia tidak segera mendapati doanya terkabul, lalu saat itu juga ia berhenti berdoa dan berputus asa, merasa tidak akan terkabul selamanya. Sesung-guhnya inilah larangan Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
Seseorang dari kalian akan terkabul (doanya) selama ia tidak tergesa-gesa, mengucapkan kalimat, “Sungguh, aku telah memohon kepada-Mu, wahai Robbi, namun belum juga terkabul.” (Diriwayatkan oleh Bukhori 11/140, Muslim 17/51-52, Abu Dawud 1484, at-Tirmidzi 3387, Ibnu Majah 3853, Ahmad 2/487 dari Abu Hurairoh rodhiollohu anhu)
Dalam riwayat Muslim; seseorang bertanya, “Wahai Rosululloh, apa itu tergesa-gesa?” Beliau menjawab, “Mengatakan ‘Aku telah banyak ber-doa tetapi aku tak kunjung melihatnya terkabul.’ lalu ia merasa rugi.”
Hendaknya diketahui bahwa ada banyak faktor keterlambatan terkabulnya sebuah doa. Dan mes-ti diingat juga bahwa Alloh memiliki hikmah di balik keterlambatan ini. Di antara hikmah tersebut sebagai berikut:
Pertama, bisa jadi dikarenakan Anda belum memenuhi syarat wajib doa; tidak menghadirkan hati, waktunya kurang tepat, kurang khusyu’, kurang khudlu’, kurang tadzallul, dan kurangnya adab-adab serta syarat-syarat yang lain.
Kedua, bisa jadi dikarenakan suatu dosa di mana Anda belum bertaubat darinya, atau taubat Anda belum sungguh-sungguh. Bisa jadi juga dikarenakan adanya syubhat dalam makanan dan minuman Anda atau adanya suatu kezhaliman yang pernah Anda lakukan dan Anda belum sempat meminta maaf kepada pihak yang terzhalimi. Semestinyalah Anda memenuhi semua syarat taubat nashuha dan mengembalikan hak-hak hamba kepada pemiliknya. Ini semua adalah faktor utama tertundanya ijabah. Telah dinyatakan dalam sebuah hadits, “Wahai Sa’ad, makanlah hanya yang halal, niscaya doa-doamu akan terkabul.”
Telah dinyatakan pula dalam sebuah hadits shohih, “Kemudian beliau menyebut ada seseorang dengan rambut acak-acakan dan tubuh penuh debu mengangkat tangannya ke langit seraya memohon, ‘Duhai Robbi, duhai Robbi!’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakai-annya haram, dan ia diberi makan dari yang haram, lalu bagaimana bisa doanya dikabulkan?!” (Diriwayatkan oleh Muslim 7/100 at-Tirmidzi 2989, Imam Ahmad 2/328 dari Abu Hurairoh rodhiollohu anhu)
Karena itu semua, seharusnya Anda bersihkan jalan menuju ijabah dari berbagai kotoran dosa.
Ketiga, bisa jadi Alloh  menyimpan pahala doa itu dan memberikannya kepada Anda kelak di akhirat. Atau bisa jadi dengan doa itu sesuatu yang buruk yang sepadan dengan pahala doa Anda, disingkirkan dari diri Anda.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit rodhiollohu anhu bahwa Rosululloh sholollohu alaihi wa salam bersabda, “Setiap muslim yang berada di muka bumi ini yang berdoa kepada Alloh pasti akan dikabulkan-Nya atau disingkirkan suatu keburukan yang sekadar dengannya, selama ia tidak memohon suatu dosa atau memutus tali silaturrohim.” Ada seseorang yang berkomentar, “Wah, kalau begitu kita perbanyak doa saja!” “Dan Alloh pun akan memperbanyak.”, tambah Nabi kemudian. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi 3573 dan dinyatakannya sebagai hadits shohih. Diriwayatkan pula oleh Ahmad 3/18 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/493 dari Abu Sa’id al-Khudri rodhiollohu anhu, al-Hakim berkata, “Isnadnya shahih namun al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.” ini disepakati pula oleh adz-Dzahabi)
Dalam riwayat al-Hakim ada tambahan, “Atau pahalanya disimpankan untuknya.”
Saudaraku, bisa jadi hal-hal tersebut jauh lebih baik bagimu daripada terkabulnya doamu; sebab dengan disimpannya pahala doa di akhirat, sungguh hal itu akan meninggikan derajatmu kelak pada hari kiamat. Hari itu kamu akan sangat bergembira karenanya dan kamu akan berharap andai saja semua doamu tidak dikabulkan dan pahalanya disimpan di akhirat.
Keempat, penundaan ijabah adalah satu ujian baru dari Alloh bagi seorang hamba untuk mengukur kadar imannya dan memurnikannya. Ketika doa tidak segera dikabulkan setan akan datang meniupkan rasa was-was dan berbisik, “Yang pemurah itu luas dan yang bakhil itu tidak punya apa-apa, lalu apa faedah penundaan ijabah?” dan seterusnya dan seterusnya.
Saat itu juga seorang mukmin mesti melawan hembusan was-was itu dan menepisnya dari diri-nya dengan berbagai  macam cara. Saat itu juga ia harus mengingat bahwa seandainya rahasia penundaan ijabah hanyalah ujian dari Alloh bagi seorang hamba untuk memerangi Iblis si musuh Alloh dan musuhnya, itu pun sudah cukup..
Kelima, salah satu hikmah penundaan ijabah, supaya seorang muslim mengerti akan adanya suatu hakekat yang amat penting; bahwa ia adalah hamba Alloh dan bahwa Alloh adalah Malik, Sang Pemilik. Sang Pemilik memiliki hak untuk mengatur semua miliknya, menahan sesuatu atau memberikannya. Jika Dia memberikannya maka itu merupakan anugerah dari-Nya, dan jika Dia menahannya maka itu karena keadilan-Nya dan Dia memiliki alasan untuk itu…
Juga, supaya Anda tahu bahwa Anda bukanlah buruh yang bisa marah jika gajimu tidak diberikan.
Supaya Anda juga tahu makna sabda nabi sholollohu alaihi wa salam pasca perjanjian Hudaibiyah, “Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan diriku selama-nya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari 6/281, Muslim 12/140,  Ahmad dalam Musnad 3/486 dari Sahal bin Hanif rodhiollohu anhu )
Saat terjadi penundaan ijabah, saat itulah iman dimurnikan dan akan menjadi jelaslah beda antara mukmin sejati dengan selainnya. Seorang mukmin di saat ijabah tertunda, hatinya tidak akan beru-bah dalam menghadap Robbnya, sebaliknya justru ‘ubudiyyahnya kepada Alloh ‘azza wa jalla akan semakin bertambah.
Saat itu hendaknya seorang muslim mengingat bahwa sejak Ya’qub alaihi salam kehilangan anak kesayangannya, Yusuf, ia terus berdoa meski ijabah atas doanya tertunda lama sekali. Diriwayatkan, ia terus-menerus berdoa selama 40 tahun. Tidak berhenti sampai disitu, bahkan ujiannya bertambah. Ia kehilangan anaknya yang satu lagi, Binyamin, dan matanya memutih, buta, karena sedih. Namun demikian, ia yakin bahwa jalan keluar dari Alloh sudah sangat dekat. Ia berucap,  “Dan aku pengikut agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi Kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Alloh. yang demikian itu adalah dari karunia Alloh kepada Kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya). (Yusuf : 38)
Jalan keluar itu datang dari sisi Alloh. Alloh kembalikan matanya, Yusuf dan Binyamin sekaligus.
Keenam, mungkin saja terhalangnya Anda dari ijabah itu menjadi sebab Anda senantiasa berdiri di hadapan Alloh, terus-menerus merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya. Mungkin saja jika permohonan Anda dikabulkan Anda akan menyibukkan diri dengannya dan lalai kepada Alloh, lalu Anda lupa untuk memohon dan berdoa kepada-Nya, padahal doa itu adalah inti ibadah.
Inilah keadaan kebanyakan kita. Buktinya, Anda baru bersimpuh di hadapan-Nya di saat menghadapi ujian ~menyitir penuturan Ibnul Jauzi~ saja.
Dus, semua yang menjadikan Anda berpaling dari Alloh adalah musibah, dan semua yang menjadikan Anda berdiri menghadap-Nya adalah kebaikan.
Ibnul Jauzi mengisahkan Yahya al-Bakka` (yang banyak tangis) pernah bermimpi bertemu Robb-nya ‘azza wa jalla dalam mimpi lalu ia bertanya, “Duhai Robbi, sekian lama aku berdoa mengapa tak kunjung dikabulkan?” Lalu Alloh berfirman, “Wahai Yahya, karena Aku suka mendengar suaramu.”  (Shoidul Khothir, Ibnul Jauzi hal. 86)
Ketujuh, bisa jadi jika doamu dikabulkan akan muncul suatu dosa atau akan datang suatu madhorat dalam dienmu, atau akan hadir fitnah bagimu. Bisa jadi apa yang Anda minta ~secara lahir~ berupa kebaikan namun hakekatnya adalah keburukan. Terlebih bagi siapa-siapa yang hanya berdoa dengan doa-doa khusus dan meninggalkan doa-doa yang ma`tsur.
Diriwayatkan ada sebagian salaf yang memohon kepada Alloh untuk diberi kesempatan berperang. Tiba-tiba terdengar suara, “Jika kamu berperang, kamu akan tertawan, dan jika kamu tertawan kamu akan menjadi Nasroni.”
Kepada setiap aktivis, hendaknya selalu memperhatikan doa-doa umum, doa-doa yang bersumber dari al-Qur`an dan as-Sunnah.. Semua yang tersebut di muka mengingatkan kita akan firman Alloh: “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra` : 11)
Kedelapan, sesungguhnya tiap-tiap doa itu ada masa dan ukurannya. Tidaklah masuk akal jika hari ini Anda memohon kepada Alloh supaya Dia menegakkan khilafah islamiyyah rosyidah lalu Anda berharap akan menyaksikannya esok hari. Doa yang agung semacam ini ada takaran, ukuran, syarat, sebab, dan upaya-upaya yang harus diikuti dengan kerja yang keras, usaha yang sungguh-sungguh, dan pembinaan generasi secara sempurna. Tidak terbayangkan ada seseorang dari kita memanjatkan doa semacam ini lalu ia mengharap hal itu akan terwujud dalam beberapa hari. Sebagian mufassir mejelaskan bahwa waktu antara doa Musa berikut: "Wahai Robb Kami, Sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Wahai Robb Kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Wahai Robb Kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (Yunus : 88)
dengan ijabahnya sebagaimana firman AlIah:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui". (Yunus : 89)  adalah 40 tahun persis.
Jika kita renungkan ini; orang yang berdoa adalah Musa alaihis salam, salah seorang Rasul Ulul ‘Azmi yang utama, yang mengamini adalah Harun alaihi salam, seorang Nabi yang mulia, syarat-syarat doa dan adab-adabnya telah terpenuhi semuanya, dan yang didoakan adalah Fir’aun beserta para pengikutnya ~tidak ada yang lebih zholim, fasiq, dan kafir daripada mereka saat itu~; meskipun demikian, ijabah tertunda! Sungguh itu adalah masa dan ukuran bagi doa ini, doa yang bukan sembarang doa!

Sumber : Dr. Najih Ibrohim, Risalah ila Kulli Man Ya’malu lil Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar