Mengejutkan sekaligus menyedihkan! Bagaimana tidak?
Setelah sekian lama menunggu respon pemimpin negeri berpenduduk muslim terbesar
di dunia ini, yang oleh sebagian kalangan didaulat sebagai “ulil amri”, atas
tragedi kemanusiaan yang menimpa kaum muslimin di Burma (Myanmar), komentar SBY
justru terkesan menganggap enteng terhadap apa yang terjadi di sana. Setidaknya
jika dibandingkan responnya terhadap setiap kejadian yang menimpa kaum
non-muslim di dalam maupun luar negeri.
Alih-alih menekan pemerintah Myanmar, “ulil amri”
Indonesia yang saat ini menjadi pemimpin para kepala negara seasia tenggara
itu, malah meragukan adanya genocida yang terjadi di negara tetangganya itu.
Sebagai penggemar berat demokrasi, ia justru percaya kepada pemerintah Myanmar
yang katanya tengah melakukan demokratisasi dan rekonsiliasi terhadap
pihak-pihak yang bertikai. Padahal faktanya institusi negara telah sejak lama
terlibat dan menjadi sponsor pembersihan etnis di negara penyembah patung
tersebut. Ini dibuktikan dari pernyataan Presiden Myanmar sendiri yang menegaskan,
satu-satunya solusi mengatasi konflik adalah dengan mengusir Muslim Rohingya ke
luar Myanmar.
"Kami akan mengusir mereka jika ada negara ketiga
yang mau menerima mereka. Ini adalah solusi terbaik untuk masalah ini,"
ujar Presiden Myanmar, Thein Sein Kamis (12/7/2012) sebagaimana diberitakan
situs berita VOA Islam.
Terus terang, saya gak habis pikir bagaimana SBY bisa
buta, tuli dan hatinya tak tersentuh dengan penderitaan kaum muslimin Rohingya.
Apakah ia baru bisa berempati manakala dirinya, sanak keluarganya atau temannya
dekatnya mengalami penderitaan yang sama dengan saudara-saudara kita di Burma.
Kalau memang iya, tunggulah saatnya, karena tidak mustahil salah satu “panah
do’a” dari kaum yang paling teraniaya ini tengah diarahkan, bukan hanya kepada
musuhnya yang zholim tapi juga kepada para pemimpin negara yang cuma berpangku
tangan melihat penderitaan mereka. Bukankah salah satu do’a yang tidak ada
hijab di antaranya dengan Alloh adalah doa orang yang teraniaya?
Berbeda dengan sikap SBY, genocida yang terjadi di Burma telah menyita
perhatian banyak ormas Islam di Indonesia. Mereka menggalang aksi solidaritas
dengan cara tak hanya dengan demonstrasi tapi juga menghimpun dana, melakukan
sholat ghoib sampai mengutuk perbuatan biadab pemerintah Myanmar. Salah satu
ulama muwahhid dan mujahid, Ust. Abu Bakar Ba’asyir, semoga Alloh meneguhkan beliau dan segera membebaskan beliau,
bahkan mengirimkan surat terbuka kepada pemerintah Myanmar. Isinya selain
menyeru kepada Islam, beliau meminta Thein Sein menghentikan kekerasan yang
terjadi. Jika tidak, pemerintah dan rakyat Myanmar siap-siap saja menerima
konsekuensinya. Menjadi ladang persemaian jihad global.
Isi surat Ust. Abu tersebut mengingatkan saya dengan hadits yang
diriwayatkan Imam Nasai dalam Kitab Sunannya tentang keutamaan memerangi negeri
India: “Telah mengkhabarkan kepada
kami Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Yazid, ia berkata; telah memberitakan kepada kami Husyaim,
ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sayyar Abu Al Hakam dari Jabar
bin 'Ubaidah dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah menjanjikan kepada kami untuk memerangi India, apabila
peperang tersebut mendapati diriku maka akan saya infakkan jiwa dan hartaku
padanya. Sehingga apabila saya terbunuh maka saya adalah orang syahid yang
paling utama, dan apabila saya kembali maka saya adalah Abu Hurairah yang
dimerdekakan.”
Dan hadits selanjutnya: “ Telah mengkhabarkan
kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abdur Rahim, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Asad bin Musa, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Baqiyah, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Bakr
Az Zubaidi dari saudaranya yaitu Muhammad bin Al Walid dari Luqman
bin 'Amir dari Abdul A'la bin 'Adi Al Bahrani dari Tsauban
sahaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua kelompok dari umatku yang
Allah jaga dari Neraka, yaitu kelompok yang memerangi India, dan kelompok yang
bersama dengan Isa bin Maryam 'alaihimas salam." (HR Nasai no.3123,3124)
Apakah negeri India yang dimaksud hadits di atas sebatas negeri India saat
ini, atau lebih luas lagi yakni tiap negeri berpenduduk mayoritas hindu dan
budha, sebagaimana penafsiran negeri Rum yang tidak sebatas Roma atau negeri
Syam sebatas Damaskus Suriah. Jika iya, bisa jadi kelak Myanmar jadi ladang
jihad baru bagi para mujahidin. Wollohu a’lam.
Berikut ini
adalah sebuah pemaparan fakta terkait genosida atau upaya pembersihan etnis
Muslim Rohingya di Burma yang ditulis dan dipublikasikan oleh salah satu media
jihad, Global Islamic Media Front, yang diterjemahkan oleh tim Maktabah
Jahizuna, berdasarkan laporan kredibel dari tempat kejadian, untuk
mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya terjadi dan bantahan bagi orang-orang
yang meragukan genosida ini dan bahwa kerusuhan etnis ini bukan dipicu oleh
kaum Muslimin.
***
Sebab
Awal Pembantaian ini?
Pembantaian
ini di awali dari fitnah yang disebarkan oleh orang-orang Budha Rakhine
terhadap minoritas Muslim Rohingnya. Dimana dikatakan bahwa tiga pemuda Muslim
telah membunuh dan memperkosa seorang wanita berusia 26 tahun. Tentu saja semua
itu bohong. Dimana sebenarnya perempuan itu diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya
bersama beberapa gang pemuda Budha Rakhine. Peristiwa pembunuhan itu di awali
ketika sang gadis ingin "putus" dengan sang pacar dikarenakan dia
jatuh hati pada laki-laki lain. Maka sang laki-laki pun berusaha membujuk agar
tidak putus. Namun ternyata ditolak, maka sang mantan pacar ini marah dan
kemudian mengajak dua temannya untuk membalas dendam dengan memperkosa dan
membunuh sang gadis.
Lalu para
pembunuh itu meletakkan mayat gadis itu di dekat desa Muslim. Kemudian
orang-orang Budha Rakhine dan Quaffer Burma (Otoritas Myanmar) menuduh bahwa
orang-orang Muslim membunuh perempuan itu. Akibatnya, tiga pemuda Muslim yang
tidak bersalah ditangkap. Satu dipukuli hingga tewas dan dua lainnya dijatuhi
hukuman mati oleh pengadilan. Inilah fakta yang ditunjukkan oleh Pemerintah
Budha Burma kepada dunia, bahwa mereka berani menciptakan peristiwa dan kasus
palsu hanya untuk mencari kesempatan membunuh Umat Islam Rohingnya.
Situasi
Muslim Rohingya Sebelum Awal Genosida ini
Beberapa
bulan sebelumnya, para ekstrimis Budha Rakhine dan Xenophobia, mereka banyak
membuat propaganda-propaganda anti Muslim Rohingnya. Dan semua itu direlease
baik di dalam maupun di luar Burma. Dengan mengusung slogan lama yakni
"Rohingnya (sebutan untuk Muslim di sana -pent) bukanlah orang Burma,
mereka adalah imigran gelap dari Bangladesh". Dengan maksud untuk
memusnahkan dan mengusir Kaum Muslimin di sana.
Anehnya,
seluruh kejadian yang ada (protes dan sebagainya -pent) seperti telah
diorganisir dan seluruh kejadian yang terjadi sesuai dengan statemen dan skema
yang pernah dikeluarkan oleh beberapa Menteri dan Pihak Pemerintah yang
berkuasa.
Bagaimana
Pembantaian itu Dimulai dan Yang Terjadi Setelah itu?
Pada
tanggal 3 Juni 2012, Rombongan Jemaah Muslim Rangoon yang baru kembali dari
pengajian dan wisata rohani di Masjid Thetsa di daerah Thandwe di Negara bagian
Arakan Selatan. Para Jamaah mengendarai bus yang menuju daerah Rangoon, namun
di tengah perjalanan mereka dihadang oleh massa Budha Rakhine di kota Taungup
di Negara Arakan bagian selatan. Lalu tiba-tiba massa mengamuk dan berusaha
membunuh semua penumpang. Dimana seorang pemandu, kernet dan seorang wanita
meninggal. Lalu di pihak Jemaah 8 orang Jemaah tewas. Dan lima Jamaah lainnya
dapat melarikan diri dengan selamat.
Kejadian
ini terjadi di depan Kantor Imigrasi. Pada mulanya gerombolan Teroris Budha
Rakhine itu menghentikan bus naas yang berplat nomor 7 (GA) 7868 ini. Mereka
menghentikan bus tepat di depan gerbang Imigrasi. Sembari membawa senjata
mereka menurunkan semua penumpang bus dan berteriak, "Turun semua, kami
mencari orang-orang asing !!!" (sebutan untuk kaum Muslimin Rohingnya,
yang tidak dianggap sebagai Warga Negara Burma –pent).
Lalu
pemandu jalan dan beberapa penumpang bus turun dan meminta agar massa teroris
itu tidak melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap seluruh penumpang. Namun
para teroris itu tidak menghiraukan mereka dan memasuki bus secara paksa, lalu
berteriak pada para penumpang bahwa mereka mencari "orang-orang
asing". Kemudian mereka mulai memukuli dan menyeret para Jamaah Muslim
turun ke jalanan. Para teroris Rakhine yang berjumlah sekitar 300 orang itupun
mengeroyok beberapa Jamaah Muslim hingga tewas. Lalu setelah itu massa teroris
itu juga menghancurkan dan membakar bus tersebut.
Anehnya,
massa sebelumnya telah berkumpul di depan gerbang kantor Imigrasi pemerintah,
namun tidak ada satupun pihak yang berwenang yang berusaha membubarkan mereka
sebelumnya. Dan pada saat kejadian itupun tidak terlihat adanya aparat maupun
petugas kantor Imigrasi yang berusaha mencegah pembantaian itu.
Berdasarkan
daftar yang beredar, delapan korban Muslim yang berangkat dari Masjid Tachan
Pai ke Tandwe, semuanya berasal dari Burma tengah. Berikut data mereka:
- Muhammad Sharief @ U Ne Pwe s / o U Ahmed Suban, 58 8/Ta Ka Ta (N) 095548, dari Taung Twin Gyi
- Muhammad Hanif @ U Maung Ni s / o U kay sufi Pe, 65 8/Ta Ka Ta (N) 095530, dari Taung Twin Gyi
- Shafield Bai @ U Aye Lwin s / o UA Hpoe Gyi, 52 8/Ta ka Ta (N) 093573, dari Taung Gyi Twin
- Aslam Bai @ U Aung Myint s / o U Hla Maung, 508/Ta ka Ta (N) 094557, dari Taung Twin Gyi
- Balai Bai @ Tayzar Myint s / o U Yakub, 288/Ta ka Ta (N) 189815, dari Taung Twin Gyi
- Shuaib @ Tin Maung Htwe s / o U Tin Oo, 218/Ta ka Ta (N) 231084, dari Taung Twin Gyi
- Salim Bai @ Aung Kyaw Bo Bo s / o U Tun Tun Zaw, 2614/Ma La Na (N) 231084, dari Myaung Mya
- Lukman Bai @ Nyi Nyi Zaw Htut s / o U Ibrahim, 3314/Ma La Na (N) 148133, dari Myaung Mya
Dan dua
korban lainnya adalah pasangan suami istri dari kota Thandwe, merupakan awak
bus. Para korban pun dikuburkan di Tandwe pada malamnya. Lima Jamaah lainnya
berhasil melarikan diri dari pembunuhan brutal itu.
Lalu untuk
merayakan hal itu, para teroris Rakhine meludahi dan mengguyur mayat-mayat kaum
Muslimin yang tergeletak di tengah jalan itu dengan anggur dan minuman keras.
Namun anehnya pula, tidak ada satupun orang yang ditangkap dan tidak ada
tindakan hukum terhdapa para pembunuh itu.
Para korban
Muslim dikuburkan di Thandwe pada malam 3 Juni 2012
Petugas
Keamanan Rakhine Menjarah dengan
Alasan UU
No. 144
Pemberlakuan
UU no. 144 oleh Otoritas Burma, memaksa komunitas Muslim Rohingnya dari
Maungdaw tidak dapat keluar dari rumahnya ketika Aparat memasuki area mereka.
Namun di sisi lain, orang-orang Rakhine bebas berkeliaran sehingga merekapun
dengan bebas menyerang, menjarah dan membunuhi kaum muslimin di sana.
Anehnya
personil keamanan Burma itu, malah berusaha melindungi orang-orang Budha
Rakhine, ketika mereka sedang mempersiapkan diri untuk membakar rumah penduduk
Muslim Rohingnya.
Menurut
seorang tetua Maungdaw bahwa Personil keamanan melepaskan tembakan secara
memababi buta ke arah kerumunan Muslim Rohingya yang berusaha melindungi harta
dan properti mereka.
Pada 8 Juni
2012, Personil Keamanan dan orang-orang Budha Rakhine melakukan penyerangan.
Mereka membakar rumah beberapa orang yakni Razak, Lalu dan Syed Ahmad. Lebih
dari lima toko pakaian di jarah, dimana total kerugian sekitar 150.000.000
kyat. Satu masjid di desa Sawmawna dihancurkan. Dan lebih dari 200 Muslim
Rohingnya terluka.
Pada
tanggal 9 Juni 2012, terjadi penyerangan oleh para teroris rasis Budha Rakhine
dan Aparat Keamanan, dimana 100 orang tewas dan hampir 500 orang terluka.
Pembantaian
Terhadap Kaum Muslim di Arakan Terus Terjadi Meskipun Pihak Tentara Telah
Menyatakan Mereka Sudah Mengontrol Situasi yang Ada Sebagian besar kaum
Muslimin Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh dari Akyab. Hal ini karena
terror dan kekerasan yang terjadi di Negara bagian Arakan tersebut, dimana
desa-desa Muslim Rohingnya dibakar dan banyak Muslim Rohingnya yang dibunuh
oleh Polisi, Aparat Kemanan dan para teroris Budha. Kaum Muslimin Rohingnya pun
berbondong-bondong menuju Bangladesh, yang mana mereka berpikir bahwa
Bangladesh adalah Negara Islam, sehingga karena sesama Muslim maka mereka akan dibantu.
Sayangnya,
thaghut murtad Pemerintah Bangladesh dan tentaranya menolak dan melarang Muslim
Rohingnya memasuki Bangladesh. Dan jika ada Muslim setempat (Bangladesh)
memberi bantuan atau menampung para pengungsi Muslim Rohingnya, maka mereka
akan ditangkap dan bagi Muslim Rohingnya maka mereka akan di deportasi.
Semenjak 8
Juni 2012, pihak berwenang Burma baru-baru ini mendirikan sebuah ruang sidang
khusus di dalam Kantor Polisi Maungdaw. Seorang Tetua setempat mengatakan,
"Pengadilan Khusus itu digunakan untuk Muslim Rohingya yang ditangkap oleh
Polisi, Nasaka (Pasukan Keamanan Perbatasan) dan Tentara; dengan tuduhan menciptakan
masalah dan kerusuhan di Maungdaw. Tidak ada argumen maupun pembelaan dari
terdakwa di Pengadilan Khusus ini. Dimana hakim hanya membaca pernyataan lalu
mengirim mereka ke penjara. "
Siapapun
tidak bisa menemukan kerabatnya, jika telah ditangkap oleh pihak berwenang. Dan
mereka pun tidak mengetahui kapan dan bagaimana kerabatnya itu akan disidang di
Pengadilan Khusus itu, kata seorang Politisi Maungdaw. Ini merupakan taktik
baru yang dilakukan Otoritas Budha Burma, dalam memperkosa wanita Muslimah Rohingnya.
Hal ini membuat tidak ada tempat aman bagi para Muslimah Rohingnya di Maungdaw.
Kata seorang Politisi Maungdaw, "Semenjak 8-19 Juni 2012, telah tercatat
lebih dari 60 perempuan diperkosa di Maungdaw oleh para Petugas Keamanan – baik
itu Polisi, Hluntin (Pasukan Keamanan), Nasaka, dan Tentara- bersama dengan
orang-orang Budha Rakhine dan Natala (pemukim baru)."
Pemerkosaan
dan penyerangan itu dilakukan secara licik. Dimana sebelumnya, Pihak berwenang
mengajak seluruh laki-laki di wajibkan untuk datang ke pertemuan mereka.
Sementara semua orang melakukan pertemuan, Pasukan Keamanan-pun dikirimkan
untuk memasuki dan menyerang desa-desa tersebut. Sebagian besar Muslimah
Rohingnya yang tinggal di rumah mereka -pun diperkosa oleh Petugas Keamanan
bersama orang-orang Budha Rakhine dan Natala. Mereka-pun menghancurkan dan
menjarah harta yang ada. Berdasarkan keterangan dari para korban di Paungzarr,
mereka menyatakan bahwa, "Pihak Keamanan - Tentara dan Nasaka - memasuki
desa pada malam harinya ketika para lelaki mengikuti pertemuan oleh Pihak
Berwenang. Para lelaki semuanya keluar menghadiri pertemuan karena takut
ditangkap jika tidak berangkat.
Kemudian
dengan liciknya Pasukan Keamanan memasuki rumah-rumah, dengan alasan hendak
mengecek, adakah keluarganya yang tidak hadir dalam pertemuan itu. Lalu setelah
itu merekapun diperkosa dengan keji."
Muslim
tidak dilindungi di Arakan (Maungdaw dan Akyab) oleh pasukan keamanan – baik
itu Nasaka, Hluntin, maupun Polisi - yang mana mereka telah menjelma menjadi
"kekuatan pembunuh". Alih-alih mereka melindungi orang-orang yang
tidak berdaya, mengendalikan situasi, dan memulihkan hukum dan ketertiban.
Malah mereka mengamuk dan membakar desa-desa Muslim dan menembak orang-orang
yang berusaha melarikan diri dari rumah-rumah yang terbakar.
Jam malam
yang diberlakukan hanyalah upaya untuk melakukan pembunuhan secara sistematis
terhadap Muslim di kota Akyab dan kota Maungdaw. Dimana ketika jam malam tiba,
"orang-orang suci Budha" bersama para pengikutnya dari Arakan turun
ke jalan-jalan, bersama-sama dengan Pasukan Keamanan. Mereka berjalan menuju ke
desa-desa Muslim secara bersama-sama. Sesampai di sana, mereka mulai membanjiri
tanah dengan darah Muslim Rohingnya, lalu memerahkan langit dengan api yang
membakar desa dan properti kaum Muslimin Rohingnya. Dan membuat malam yang
sunyi, penuh dengan teriakan dan ketakutan.
Hasbunalloh Wani'mal Wakil….
Sya'ban
1433
Juli 2012
Source: (Echo
of Jihad Center for Media)
Global Islamic Media
Front
Mengamati
Berita Mujahidin dan Menginspirasi orang-orang mukmin
Alih Bahasa
Abu Muwahid hafidhahullah
Maktabah Jahizuna/Jahizuna.com
Hiiiiiiio.
BalasHapussemoga Allah menurunkan azab kepada mereka yg telah mendhalimi kaum muslimin.... seandainya kekalifahan Islam ada pasti kita akan bersatu di bawah naungannya.
BalasHapus