Oleh : Syekh Husein Mahmud
Pada beberapa
hari ini, kami mendengar ungkapan-ungkapan aneh dan pemikiran-pemikiran
mengherankan yang keluar dari orang-orang yang muncul dalam banyak saluran
televisi. Mereka bicara tentang urusan-urusan umat ini dengan ungkapan-ungkapan
yang tidak jelas, namun mereka mengira suatu hal yang sangat jelas.
Pada hari ini, tidak ada kesibukan yang lebih
menyibukkan manusia kecuali berkomentar tentang Ahli Jihad (mujahidin); celaan,
membuat keraguan, pengaburan, penghinaan, penelantaran, dan menyebarkan berita
dusta.
Banyak komentar dan perkataan yang memakai baju
istilah ‘kritik konstruktif (membangun)’, ‘nasihat seorang saudara’, dan
ungkapan-ungkapan lainnya. Sekilas, terlihat penuh kasih sayang, namun di
dalamnya menyimpan kejahatan, keburukan, dan makar (tipu daya), ataupun
pembodohan.
Sangat mengherankan! Seseorang yang tidak ikut
berjihad, bagaimana ia bisa mengkritik para mujahidin dengan ungkapan,
"Kalian telah berbuat salah, kalian telah berbuat ini, kalian telah
meninggalkan itu, kalian … kalian …!" Siapa engkau ini, sehingga berani
berbicara kepada para mujahidin, "Kalian ….”?!!
Mereka mengatakan, "Menurut kami, ini tidak
boleh …." Siapa kalian ini, sehingga kalian berani mengatakan,
"Menurut kami ….”?!!
Bagi para mujahidin, tidak ada yang lebih mereka
utamakan kecuali urusan jihad! Para mujahidin, mereka mereduksi seluruh ajaran
agama dalam jihad, bukan dengan dakwah, ilmu, membangun yayasan, terlebih lagi
negara … Semua perhatian mereka tertuju kepada jihad. Para mujahidin membunuh
orang-orang tidak berdosa?! Para mujahidin tidak paham realitas?! Para
mujahidin menggunakan kekerasan?!
Siapa kalian, wahai orang-orang yang sedang
duduk-duduk berpangku tangan …, wahai orang-orang yang tidak ikut berangkat
berjihad …, wahai orang yang telah bermaksiat kepada Alloh dengan meninggalkan jihad yang
hukumnya fardhu 'ain—menurut ijma' … ?!! Benar (sabda Rosululloh), "Jika kalian tidak merasa malu,
berbuatlah sesukamu!"
Sungguh, seorang manusia pasti akan merasa malu
untuk menjawab mereka hanya dengan kata-kata, sementara potongan tubuh
orang-orang kafir berterbangan di depan kedua matanya, lewat adegan peperangan
yang ditayangkan dalam siaran televisi. Bukankah gambar lebih mengena daripada
kata-kata? Seandainya kami tidak mengetahui ada orang-orang yang tidak
berdosa—yang dengan kepolosan dan kesederhanaannya—membenarkan perkataan
mereka—orang-orang dungu tersebut, niscaya, kami tidak akan memberatkan diri
untuk berpayah-payah menjelaskan semua ini. Akan tetapi,
Jika tidak ada kecuali lisan-lisan yang
tersusun
Tidak ada yang bisa diperbuat dalam
kondisi darurat
kecuali melakukannya
Mari
kita berjalan bersama mereka—para kritikus tersebut, selangkah demi selangkah.
Akan kami jelaskan komentar-komentar tidak layak mereka yang hanya bisa menipu
orang-orang dungu!
Mereka
berkata: Para mujahidin tidak bisa membangun yayasan, terlebih lagi negara!
Siapa yang bilang kepada kalian, bahwa para
mujahidin pergi berjihad untuk membangun berbagai yayasan? Mereka pergi untuk
memotong dan memenggal leher orang-orang kafir, serta merobek-robek tubuh
mereka. Tidaklah sekali-kali mereka pergi untuk membangun yayasan-yayasan,
sekolah-sekolah, ataupun kegiatan-kegiatan intelektual. Mereka adalah ahli
perang dan bertempur … Apakah kalian tahu apa itu perang? Sungguh tak kusangka,
salah seorang dari kalian tak pernah sekali pun menembak seekor tikus; lalu
bagaimana akan menembakkan meriam ke arah orang-orang kafir?
Kemudian, apakah kalian lupa, ‘Imaroh Islamiyyah (Pemerintah Islam) -yang
telah dibangun mujahidin- telah berbuat sesuatu yang ‘mustahil’ dalam waktu
hanya beberapa tahun? Di antaranya: menciptakan keamanan bagi darah manusia,
kehormatan, dan harta benda mereka. Ladang narkoba (ophium) dimusnahkan,
patung-patung dihancurkan, dan hanya Alloh
semata yang (boleh) diibadahi. Itu semua dilakukan di tengah keterbatasan
personil, pengkhianatan teman, dan gempuran musuh. Negara mana yang lebih baik
darinya di zaman ini? Ataukah harus dengan adanya riba yang dijalankan dengan
terang-terangan, perzinaan, minum-minuman keras, media-media berselera rendah,
lembaga-lembaga negara yang tidak produktif, penerapan undang-undang milik
orang kafir, dan berbagai tindak korupsi? Apakah dengan itu semua sebuah negara
bisa berdiri? -Dan apakah ratusan yayasan yang telah kalian bangun sanggup
melakukan hal yang sama seperti mujahidin?-
Mereka
berkata: Para mujahidin tidak paham politik!
Politik macam manakah yang lebih baik daripada
memenggal dan memotong leher-leher orang-orang kafir, menangkap mereka,
mengintai mereka, dan menawan pengikut-pengikut mereka bersama mereka? Ataukah,
politik semacam ini tidak pantas diterapkan di zaman ini? Sebagaimana tidak
pantasnya memusuhi orang-orang kafir, hijrah dari negara mereka, menawan
wanita-wanita, keturunan, dan membunuh kaum laki-laki mereka?! Juga tidak
pantaskah jika ada muslimah yang berhijab di hadapan laki-laki yang bukan
mahramnya, serta tidak mau bercampur-baur dengan kaum laki-laki?! Dan juga
tidak pantaskah jenggot panjang dan pakaian pendek bagi penampilan seorang
muslim moderat?!
Mereka
berkata: Para mujahidin menggunakan kekerasan (al-'unf)!
Seakan-akan, komentar ini keluar dari seorang gadis
pingitan yang berada dalam tempat pingitannya, yang kulitnya putih bersih tidak
pernah terkena matahari, dan pipinya belum pernah ternodai—walau hanya oleh
angin sepoi-sepoi. Menurut kalian, apakah yang harus dilakukan para mujahidin?
Apakah kekerasan merupakan aib bagi mujahidin?! Alloh berfirman dalam kitab-Nya:
"Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitarmu,
dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu; dan ketahuilah, bahwasanya Alloh bersama orang-orang yang
bertaqwa." (QS. At-Taubah: 123)
Ar-Roghib
berkata dalam kitab Mufrodat
Alfazhil Qur'an: (الغلظة: الخشونة) al-ghilzhoh: kekerasan. Apakah ada perbedaan arti,
antara kata al-'unf, al-ghilzhoh,
dan al-khusyunah, wahai banci? Jika Alloh
menggelari orang-orang yang keras itu sebagai orang-orang yang bertaqwa,
lantas, gelar apa yang pantas bagi orang-orang yang bersikap lunak dan
menghinakan diri di hadapan orang-orang kafir dan munafik dalam kitab Alloh? Apakah hukum orang yang beriman
kepada perkataan, "Aku tidak beriman dengan kekerasan (al-'unf)"?
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang
yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Alloh tidak lengah dari apa yang kamu
perbuat." (QS. Al-Baqoroh: 85)
Seolah-olah, aku melihat kalian ketika didatangi
seorang tentara Amerika yang hendak memperkosa kehormatan istrinya. Dia
melempari tentara Amerika itu dengan potongan-potongan kertas, sambil berkata,
"Ini sebuah aib, wahai tentara Amerika … Ini sebuah aib, wahai tuan, ini
sebuah kekerasan!" Padahal, ketika Alloh Subhanahu
wa Ta’ala
memberi
wasiat kepada Nabi-Nya, Dia berfirman:
"Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan
orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
adalah jahannam, dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali." (QS.
At-Tahrim: 9)
Apakah kalian membenarkannya? Sedangkan Nabi sholollohu
alaihi wa sallam, yang diutus sebagai rahmat bagi alam
semesta, dengan membawa kedamaian, keselamatan, keamanan, dan rasa cinta bagi
kehidupan seluruh manusia, Robbnya
berfirman kepadanya dengan firman begitu rupa. Inilah pemahaman para mujahidin,
dan inilah sumber referensi mereka. Mereka tidak memahami selain perkataan
semacam ini. Seandainya kalian tinggal bersama mereka selama seribu tahun, dan
kalian katakan kepada mereka, "Jangan kalian gunakan kekerasan,” niscaya
mereka tidak akan menerima, kecuali Jibril turun dengan membawa mushaf yang
baru. Dan benar, Jibril telah turun di Kuwait; dan pasukan Amerika
membagikannya kepada orang-orang terkemuka Kuwait, yaitu para banci dan
kerabatnya ….
Mereka
berkata: Para mujahidin tidak memahami realitas!
Dulu, cap 'tidak memahami realitas' ini dilontarkan
oleh orang-orang yang berafiliasi pada 'Jama'ah Ikhwanul Muslimin', terutama
ditujukan kepada orang-orang yang berafiliasi pada 'Jama'ah Salafiyah'. Namun,
ketika lawannya semakin jelas, cap itu mulai kurang efektif sebagaimana
mestinya. Hingga ketika para mujahidin muncul ke permukaan, semua pihak
melontarkan cap itu kepada para mujahidin. Seakan-akan, cap itu adalah tumpukan
beban yang membuncah dalam benak mereka, yang tidak mampu mereka tumpahkan
sampai mereka menimpakannya pada orang lain. Subhanallah! Kalian … kalian yang
hidup nyaman di rumah bersama keluarga, bersama anak-anak, dan ada di pangkuan
istri-istri kalian, kalian merasa lebih paham daripada orang yang mengalaminya
langsung?! Sungguh, realita pada hari ini ada di ‘medan-medan perang’, maka, di
mana posisi kalian dari realita ini? Apakah hanya mendengar berita bisa disamakan
dengan menyaksikan langsung kejadian itu? Para mujahidin telah menunjukkan
kepada kalian kenyataan, akan tetapi, kenyataan itu malah diputar-balikkan,
dimanipulasi, dan dipelintir; sehingga terdengar menjemukan dan membuat lesu.
Para mujahidin sudah sibuk dengan kenyataan lain.
Mereka
berkata: Para mujahidin membunuh orang-orang yang tidak berdosa!
Definisikan kepada kami, siapakah orang-orang tidak
berdosa—yang kalian maksud—itu? Kemudian, datangkan bukti kalian jika para
mujahidin telah membunuh orang-orang yang tidak berdosa …! Jika yang kalian
maksud ‘orang-orang tak berdosa’ itu adalah para wali orang-orang Yahudi dan
Nasrani, serta para pengawal institusi-institusi mereka; maka, semoga Alloh membinasakan ‘orang-orang tak berdosa’
kalian itu, dan semoga para mujahidin tidak menyisakan mereka seorang pun.
Adapun terhadap orang-orang tak berdosa yang
sebenarnya, kami katakan, "Bukankah para mujahidin pergi meninggalkan
harta benda, keluarga, dan negeri mereka untuk membela orang-orang yang tidak
berdosa?" . Bisa saja bagi mereka untuk meletakkan tangan mereka
(berbai’at) di atas tangan orang-orang yang kalian taruh tangan kalian di atas
tangannya (penguasa murtad), supaya mereka bisa menjadi seperti kalian. Menjadi
para pemegang jabatan, kekuasaan, dan menjadi orang-orang yang suka tampil di
berbagai siaran televisi. Akan tetapi, mereka lebih memilih kejantanan daripada
kehinaan. Mereka lebih memilih pergi berjihad untuk membela kehormatan kaum
muslimin.
Kemudian, mari kita pergunakan akal kita sesaat saja.
Kami katakan, "Bukankah kita dalam keadaan perang? Bukankah musuh tak
henti-hentinya membuat makar kepada kita? Bukankah sangat mungkin terjadi bila
ternyata, musuhlah sebenarnya yang membunuh orang-orang tidak berdosa itu?
Namun, beberapa fihak melemparkan tuduhan kepada para mujahidin yang setia,
untuk menimbulkan perselisihan antar sesama saudara. Akibatnya, sesama kaum
muslimin akan saling berbantah-bantahan, sehingga menjadi gentarlah mereka dan
hilang kekuatannya. Sudah beberapa kali para mujahidin berhasil menangkap
orang-orang Inggris dan Amerika, serta agen-agen mereka yang hendak melakukan
peledakan tempat-tempat umum dan juga hendak membunuh para penduduk kota.
Tehniknya sama dengan yang mereka tuduhkan kepada para mujahidin. Bahkan, beberapa
kali pula pemerintah berhasil menangkap orang-orang Inggris yang hendak
melakukan peledakan, dan menuduhnya sebagai mujahidin. Namun, mereka segera
dibebaskan, karena mereka bukan mujahidin, tetapi orang-orang Inggris yang
terperdaya.
Kapan mereka akan paham dan sadar, bahwa kita sedang
dalam keadaan perang? Dalam perang, ada yang dinamakan tipu muslihat, makar,
kelicikan, pemecah-belahan, perobekan, dan penghambur-hamburan energi. Kapan
kita belajar dari Al-Qur'an, sunah Nabi dan siroh (biografi) beliau—semoga sholawat dan salam selalu tercurah kepada
beliau, serta sirah para sahabat—ridhwanulloh 'alaihim ajma'in.
Adapun, orang yang terbunuh tanpa sengaja karena
kesalahan yang dilakukan pihak mujahidin, maka sesungguhnya, kesalahan semacam
ini juga ada dalam pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh manusia paling
utama, paling berakal, dan paling benar pendapatnya. Imam Bukhori meriwayatkan dari hadits Aisyah Rodhiyallohu anha,
dia berkata, "Pada hari terjadinya perang Uhud, orang-orang musyrik mengalami
kekalahan." Iblis—semoga Alloh
melaknatinya—berteriak, "Wahai hamba-hamba Alloh, barisan belakang…!!" Maka,
barisan depan kembali mundur, mereka saling pukul dengan barisan belakang.
Hudzaifah melihat hal itu, tiba-tiba dia teringat bapaknya, Al-Yaman. Maka dia
berkata, "Wahai hamba-hamba Alloh,
bapakku … bapakku!!" Aisyah berkata, "Demi Allah, mereka tidak bisa
menghalangi dari membunuhnya sampai mereka membunuhnya." Hudzaifah
berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian." Lihatlah mereka, para
sahabat membunuh ayah pemilik rahasia Rasululloh shololloh alaihi wa sallam
secara salah, mereka berkumpul mengepungnya kemudian membunuhnya. Padahal,
mereka berperang masih menggunakan pedang dan tombak; maka bagaimana
keadaannya—menurut kalian—jika perangnya menggunakan bom dan rudal -seperti
yang digunakan mujahidin pada hari ini?-
Juru
bicara mereka berkata: Para mujahidin tidak memiliki ilmu syar'i!
Apa yang telah engkau perbuat dengan ilmu syar'imu,
wahai orang yang sukses? Belumkah engkau membaca di universitasmu, firman Alloh Subhanahu
wa Ta’ala :
"Hai
orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu,
'Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Alloh!' Kamu merasa berat dan ingin
tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti
kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk
berperang, niscaya Alloh
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang
lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikit pun.
Alloh
Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Taubah: 38-39)
Engkau diancam dengan azab yang sangat pedih. Alloh telah menggantikanmu, 'Wahai pemilik
ijazah S-2', dengan orang-orang yang tidak memiliki ijazah; agar Alloh memberi kepadanya rezeki berupa
kesyahidan, dan membiarkanmu berada di bawah ancaman-Nya … Syahadah (kesyahidan)
tidaklah seperti syahadah (ijazah).
Belumkah engkau membaca, 'wahai pemilik ijazah',
firman Alloh
Ta'ala:
"Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya, Alloh benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
As-Sa'di Rohimahulloh berkata: Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, mereka adalah
orang-orang yang hijrah di jalan Alloh,
berjihad melawan musuh-musuh mereka, dan mencurahkan segala upaya mereka dalam
mengikuti keridhaan-Nya. "Benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami", yaitu jalan-jalan yang menyampaikan mereka kepada Kami,
itu disebabkan karena mereka adalah orang-orang yang berbuat baik. "Dan
sesungguhnya, Alloh
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik" dengan pertolongan,
kemenangan, dan hidayah (petunjuk). Ini menunjukkan, manusia yang paling pantas
untuk selaras dengan kebenaran adalah Ahli Jihad (mujahidin). Selesai perkataan
beliau Rohimahulloh.
Ibnul Jauzi berkata dalam Zaadul Masir, "Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami," yaitu: mereka
memerangi musuh-musuh Kami karena Kami. "Benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami," yaitu: niscaya kami berikan taufiq untuk
menepati jalan yang lurus. Ada yang berpendapat: niscaya akan kami tambah
petunjuk kepada mereka. "Dan sesungguhnya, Alloh benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik" dengan pembelaan dan pertolongan. Ibnu Abbas berkata,
"Maksud 'beserta orang-orang yang berbuat baik' yaitu orang-orang yang
bertauhid." Yang lain berkata, "Maksudnya adalah para mujahidin."
Ibnul Mubarak berkata, "Siapa yang mengalami masalah yang sulit,
bertanyalah kepada Ahli Tsughur, karena Alloh berfirman, ‘(سُبُلَنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ) benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.’."
Selesailah perkataan beliau Rahimahullah.
Apakah engkau, ‘Wahai pemilik ijazah’, yang lebih
baik jalannya ataukah orang-orang yang telah dijamin Alloh dalam kitab-Nya, akan diberi petunjuk
ke jalan yang lurus?
Mereka berkata: Yang dipentingkan para mujahidin
hanya urusan jihad, seolah-olah mereka mereduksi agama secara keseluruhan dalam
jihad!
Apakah yang akan kita katakan kepada orang yang
kadar akalnya hanya sampai segini? Berarti, kita harus memperlakukannya sesuai
dengan kadar akalnya. Wahai manusia, tentang apa para ulama berbicara dalam bulan
Romadhon? Mengenai apa para ulama berbicara
dalam musim haji? Dan, tentang apa para ulama berbicara dalam pengumpulan
sedekah? Setiap pembicaraan, harus sesuai dengan kondisinya .…
Zaman ini adalah zaman jihad. Menurut kalian, di
manakah para mujahidin boleh menceburkan diri? Mereka adalah para mujahidin,
dan sekaranglah waktu jihad mereka. Apakah kalian menginginkan agar mereka
berbicara mengenai arah kiblat di planet Saturnus? Apakah kalian menginginkan
seorang insinyur pertanian supaya melakukan operasi bedah? Apakah kalian
menginginkan seorang tukang pipa supaya membuat sebuah pesawat? Mereka semua
memang para ahli dalam bidangnya masing-masing.
Namun, seorang ahli dalam suatu bidang yang tidak
berbicara dalam bidangnya, maka dia akan menceburkan dirinya dalam sesuatu yang
tidak diketahuinya. Sebagaimana yang kalian lakukan ketika kalian berbicara
mengenai urusan jihad. Pusatkanlah perhatian kalian untuk membangun
yayasan-yayasan, membuat situs-situs internet, mengajari orang-orang tentang
rahasia kehidupan suami-istri; Akan tetapi, serahkan urusan jihad kepada
ahlinya!
Mereka
berkata: Para mujahidin banyak memiliki kesalahan!
Masya Alloh!
Sungguh mengherankan analisa, infomasi, serta pengetahuan yang luas seperti
ini! Apakah ada seseorang yang mengatakan bahwa para mujahidin adalah para
malaikat? Bukankah setiap manusia (bani Adam), pasti pernah berbuat kesalahan?
Kami bertanya, "Berapa kesalahan yang telah diperbuat oleh para
mujahidin?" Kemudian kami katakan kepada kalian: Cukuplah seseorang dianggap
cerdas apabila dia menghitung aib-aibnya sendiri.
Kemudian, wahai orang-orang yang sengsara, bagaimana
cara kalian menghitung kesalahan-kesalahan para mujahidin dalam jihad mereka?
Sedangkan kalian makan, minum, berdiri, duduk, dan tidur. Kalian tenggelam
dalam lautan maksiat kalian, yaitu ketidak-berangkatan dan ketidak-ikutan
kalian dalam jihad! Sungguh, setiap langkah kaki, berdiri, duduk, tertawa,
menangis, tidur, makan, minum, dan seluruh urusan mujahid dalam jihad mereka,
dianggap sebagai kebaikan yang banyak dalam lautan kebaikan. Tidakkah kesalahan
mereka tenggelam dalam lautan kebaikan mereka, sebagaimana kebaikan kalian
tenggelam dalam lautan ketidak-berangkatan dan sikap berpangku tangan kalian
dari jihad? Ataukah kelak pada hari kiamat, Alloh tidak akan menghisab kalian atas
ketidak-berangkatan yang kalian sengaja dan sikap berpangku tangan kalian dari
jihad, dan Alloh
hanya menghisab para mujahidin dalam ijtihad-ijtihad mereka?
Mereka
berkata: Para mujahidin mengkafirkan kaum muslimin!
Bukankah pergi berjihadnya para mujahidin adalah
untuk membela kaum muslimin? Lalu, bagaimana bisa—kalian katakan, para
mujahidin mengkafirkan orang—yang karena merekalah—para mujahidin itu menyabung
nyawa demi memperjuangkan pembebasan mereka dan eksistensi agama mereka?!
Apakah orang berakal akan membenarkan hal ini? Ataukah yang kalian maksud
dengan ‘kaum muslimin’ itu adalah kerabatnya orang-orang Yahudi dan Nasrani,
serta orang-orang kafir? Sungguh, para mujahidin tidak mengkafirkan mereka,
akan tetapi, Alloh-lah
yang mengkafirkan mereka dalam kitab-Nya. Alloh Subhana
wa ta'ala berfirman:
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya,
Alloh
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
(QS. Al-Maidah: 51)
Para mujahidin berkata, "Mereka bukan termasuk
bagian dari kita, tapi bagian dari mereka (orang kafir)." Jika mereka ini
yang kalian maksud, maka kami memohon kepada Alloh agar seluruh kaum muslimin menjadi
'takfiriyyun,' dan mengkafirkan orang-orang yang dikafirkan oleh Alloh tersebut … Jika para mujahidin
mengkafirkan kaum muslimin, lalu untuk apa mereka berperang? Dan untuk membela
siapa mereka menyabung nyawa? Apakah mereka pertaruhkan hidup mereka dalam
bahaya, hanya untuk membela orang-orang kafir?
Mereka
berkata: Para mujahidin mengkafirkan para penguasa!
Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini,
adalah mereka-mereka yang mengumumkan keberpihakan mereka di bawah panji
Amerika dalam perang salibnya terhadap Islam? Apakah yang kalian maksud dengan
penguasa disini, adalah mereka-mereka yang menerapkan hukum yang bersumber dari
undang-undang Prancis, Amerika, dan Inggris dalam permasalahan darah, harta
benda, dan kehormatan kaum muslimin? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa
di sini, adalah mereka-mereka yang membantu
Amerika dengan harta benda, tanah, penjagaan, udara, minyak bumi, bahan pangan,
obat, dan berbagai informasi, agar Amerika bisa menghemat waktu dan tenaga;
sehingga Amerika bisa leluasa membunuhi kaum muslimin tanpa ada halangan yang
berarti? Apakah yang kalian maksud dengan penguasa disini adalah mereka-mereka
yang membunuhi para mujahidin, menawan, dan menyerahkan mereka kepada Amerika?
Jika yang kalian maksud penguasa disini adalah mereka-mereka ini, maka, kami
bersaksi kepada Alloh
bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Dan orang yang tidak mengkafirkan
mereka, maka dia termasuk orang yang paling bodoh dengan realitas dan aqidah
kaum muslimin.
Bagaimana mereka tidak kafir, padahal dalam diri
mereka telah terkumpul syarat-syarat pemvonisan kafir tanpa ada penghalangnya?!
Mereka juga telah mengumumkan kekafiran mereka setiap pagi dan sore, di depan
penglihatan dan pendengaran semua manusia. Seandainya mereka memiliki telinga,
niscaya mereka akan mendengar kekafiran penguasa mereka. Seandainya mereka
memiliki mata, niscaya mereka akan melihat kekafiran penguasa mereka.
Seandainya mereka memiliki akal, niscaya akan mengetahui kekafiran penguasa
mereka. Seandainya mereka memiliki lisan, niscaya akan mengumumkan kekafiran
penguasa mereka. Akan tetapi,
"Mereka
tuli, bisu, dan buta. Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS.
Al-Baqoroh: 171)
Mereka
berkata: Para mujahidin berpendapat wajibnya memberontak kepada para penguasa!
Siapa yang keadaannya seperti yang telah kami
sebutkan, maka hukum memberontak kepadanya adalah wajib menurut ijma’ ulama. Di
antara kami dengan kalian, ada kitab-kitab salaf sebagai saksi. Masalah
mengakhirkannya, itu semata-mata tergantung kemampuan dan kemaslahatan. Ada pun
kewajiban untuk i’dad (mempersiapkan diri), tidak ada seorang pun yang diudzur
(dimaafkan). Inilah hukum memberontak kepada para penguasa seperti mereka,
sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab ulama salaf … Jika para mujahidin
berpendapat seperti ini, mereka hanya menampilkan apa yang telah disembunyikan
(tidak disampaikan-ed) oleh para ulama pemerintah … Padahal, sampai saat ini,
para panglima mujahidin belum mengizinkan untuk memberontak kepada para
penguasa. Mereka hanya menjelaskan telah gugurnya kewajiban taat kepada para
penguasa tersebut bagi kaum muslimin, disebabkan karena kemurtadan dan
keluarnya mereka dari agama … Masa untuk memberontak kepada orang-orang busuk
tersebut pasti tiba.
"Dan
orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan
kembali." (QS. Asy-Syu'aro: 227)
Mereka
berkata: Para mujahidin membunuhi Rakyat!
Kami katakan: di mana kedudukan rakyat dalam agama
kita? Bukankah Nabi sholollohu alaihi wa sallam bunuh-membunuh sesama rakyat Mekah dalam
perang Badar, Uhud, dan Khandaq? Bahkan, mereka juga membunuh sesama rakyat
Madinah yang menyerahkan loyalitas mereka kepada orang-orang kafir, yakni
mereka dipimpin oleh Abu 'Amir Al-Fasiq! (Dia
adalah mantan kepala suku ‘Aus pada zaman jahiliyyah. Ketika Islam datang, dia
menampakkan permusuhan secara terang-terangan kepada Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam,
lalu keluar dari Madinah dan pergi bergabung dengan suku Quraisy di Mekah.
Selanjutnya, dia ikut serta memerangi Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam.
[Zaadul Ma’ad: 3/172. Maktabah Syamilah]) Ataukah membunuh anak-anak paman Nabi sholollohu
alaihi wa sallam dan membunuh saudara-saudara para
sahabat halal hukumnya, sedangkan membunuh sesama rakyat kita adalah haram? Di
mana pembedaan antara rakyat dan yang bukan dalam Al-Qur'an? Yang dijadikan
pedoman dalam agama kita adalah agama itu sendiri, siapa yang muslim, maka dia
terhormat; ada pun selainnya, maka tidak ada kehormatan baginya … Syari'at
membagi manusia ke dalam tiga golongan:
Muslim, dia memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan kita.
Kafir mu'ahad (ada perjanjian/tidak memerangi),
termasuk di dalamnya kafir dzimmi (tunduk di bawah naungan hukum Islam),
muamman (mendapat jaminan keamanan), dan muhadan (ada perjanjian gencatan
senjata).
Kafir harbiy (memerangi), harta dan darahnya halal.
Di mana saja kita menjumpai mereka, kita boleh membunuhnya: dari yang terdekat,
kemudian seterusnya.
Inilah pembagiannya menurut kami, di dalamnya, kami
tidak mendapatkan pembagian berdasarkan warga negara atau bukan. Jika “Jibril” Amerika Serikat turun kepada kalian
dengan membawa ayat 'kewarga-negaraan', maka kalian tidak boleh menyembunyikan
ilmu yang ada pada kalian.
Mereka
berkata: Para mujahidin berperang bukan di negara mereka!
Ucapan ini berarti juga kalian tujukan kepada Nabi sholollohu
alaihi wa sallam yang tidak berperang di Mekah, tetapi
malah di Madinah. Ucapan ini berarti juga kalian tujukan kepada para sahabat yang
keluar dari Hijaz untuk berperang di Syam, Iraq, Khurasan, negara-negara di
balik sungai, Mesir, Maroko, Cina, Turki, dan Sudan! Ada ucapan yang sangat
lucu dan menggelikan yang selalu kami dengar dari sebagian mereka. Mereka
menyebut ‘para mujahidin Arab’. Mungkin, maksud mereka menyebut begitu adalah
untuk membedakan antar mujahidin di Iraq, maka mereka katakan, “Ini mujahid
Iraq, dan itu mujahid Arab ….”
Sebenarnya, setiap telingaku mendengar ucapan ini,
aku tak dapat menahan tawa. Apakah warga negara Iraq adalah warga negara India?
Bukankah warga negara Iraq termasuk orang Arab? Mungkin, ucapan seperti itu
akan memiliki makna—jika diucapkan—di Afghanistan, Checnya, Kashmir, Bosnia,
Kosovo, Philipina, Cina, Burma, dan negara asing lainnya. Ada pun di Iraq,
bagaimana ucapan itu akan memiliki makna? Ya, kecuali jika penduduk Iraq
berasal dari kepulauan antah berantah. Pada hari-hari ini, semua hal menjadi
boleh .…
Mereka
berkata: Para mujahidin melakukan peledakan di negara mereka!
Kami tidak mampu untuk memahami akal kalian. Menurut
kalian, di manakah tempat yang dibolehkan untuk berjihad bagi para mujahidin?
Jika mereka berperang di negara mereka, kalian katakan, "Kok mereka
berperang di negara mereka"; dan jika mereka berperang bukan di negara
mereka, kalian katakan, "Kok mereka berperang bukan di negara
mereka!" . Kalian buka front peperangan di atas bulan, sehingga para
mujahidin bisa berperang di atasnya!
Kita sederhanakan pemikiran dengan sesederhana
mungkin, supaya mereka dapat memahaminya dengan mudah. Aku harap, kalian mau
sedikit membuka akal kalian, supaya kalian mengetahui hakikat sulit yang tak
mampu dipahami akal kalian. Itu adalah hakikat orang-orang yang semacam kalian,
yakni dari kalangan para pemikir besar dan para cerdik-pandai dan berpengalaman
namun jarang memperhatikannya. Perhatikan ungkapan berikut, karena ia akan bisa
menjelaskan tempat perang secara seksama, apakah kalian sudah siap? Perang itu
… Perhatikan! Aku akan ungkapkan suatu ungkapan, jangan sampai terlewat, karena
sangat sulit dipahami, bisa jadi kecerdasan orang yang bijaksana akan
berkhianat pada dirinya sendiri, sehingga tidak bisa memahami. Perhatikan
perkataanku … Aku katakan, "Perang itu terjadi di tempat adanya musuh.”
Saya memohon kepada Alloh,
supaya kalian bisa memahami … Wahai Dzat yang memberi pemahaman kepada
Sulaiman, pahamkanlah mereka ini….
Mereka
berkata: Para mujahidin menyeret diri mereka ke dalam perang yang tidak
sepadan!
Dulu, kalian melontarkan ucapan ini di Afghanistan,
namun para mujahidin berhasil menang mengalahkan Uni Sovyet; padahal saat itu,
Sovyet merupakan negara yang memiliki pasukan militer terkuat di dunia. Mereka
berganti menjadi Rusia … Dulu, kalian melontarkan ucapan ini di Somalia, namun
para mujahidin berhasil menang mengalahkan Amerika; padahal waktu itu, Amerika
adalah negara yang memiliki pasukan militer terkuat di dunia … Dulu, kalian
melontarkan ucapan ini di Bosnia, namun para mujahidin berhasil menang
mengalahkan Serbia dan Kroasia yang mendapat dukungan dari negara-negara Eropa,
Rusia, Yahudi, sampai Amerika ikut campur menyelamatkan sisa-sisa orang-orang
Nasroni dari terkaman
para mujahidin … Dulu, kalian juga melontarkan ucapan ini di Iraq, namun
sekarang, lihatlah! Para mujahidin berhasil meraih kemenangan demi kemenangan.
Padahal, seluruh kekuatan kekafiran telah berkumpul menyerang mereka, dalam
episode perang salib yang berkumpul di dalamnya seluruh negara-negara Nasroni dan seluruh pemerintah Arab, bahkan
sampai pemerintah Budha dan Hindu ….
Kami mengakui, para mujahidin itu teramat sederhana.
Mereka beriman dengan firman Alloh
Subhana wa ta'ala:
"Berapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqoroh: 249)
Mereka meyakini ayat ini dengan segala kandungan
makna kesederhanaan iman … Mereka yakin, kemenangan hanya bisa diraih dengan
izin Alloh,
kekalahan juga karena izin Alloh,
dan kemenangan tidak akan datang kecuali dari sisi Alloh. Menurut mereka, syarat kemenangan itu
harus menolong agama Alloh,
dengan cara keluar dan berangkat untuk berjihad di jalan Alloh. Demikianlah para mujahidin. Mungkin,
kesederhanaan berpikir mereka ini terlihat sebagai sebuah kepolosan,
terbatasnya bekal ilmu dan pemahaman politik, serta terbatasnya bekal dalam dua
institusi; institusi strategis dan institusi organisasi. Akan tetapi,
kesederhanaan berpikir ini tidaklah menjadikan mereka tercela. Karena, mereka
tidak belajar di universitas kalian, tidak mendapatkan ijazah seperti kalian,
tidak membengkokkan lutut mereka untuk melihat dan memperhatikan media,
berbagai konsep, dan yang mulia mufti kalian. Yang mereka ketahui, bahwa Alloh telah berfirman:
"Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)
Para mujahidin berkata, "Kami beriman kepada
Alloh, menolong
agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya, supaya Dia memenangkan kita atas
musuh-musuh kita." . Coba bayangkan, dengan kesederhanaan dan kepolosan
seperti ini, ternyata mereka mampu menghancurkan Uni Sovyet, menggoncangkan
tahta Amerika, dan meruntuhkan singgasana Eropa.
Kami mengetahui, di antara kalian ada para pemikir,
para politikus, para analis, para pemilik ijazah magister, dan para pengamat.
Akan tetapi, kami tidak mampu membelokkan para mujahidin dari pendapat mereka.
Apa yang bisa kami perbuat bersama mujahidin yang sederhana dan polos ini? Kami
tidak mampu dan kami katakan kepada para mujahidin, "Kalian harus membaca
kitab-kitab para pemikir dan para pengamat, tinggalkan kitab Alloh, sunah Nabi-Nya, dan sejarah hidup
beliau sholollohu alaihi wa sallam."
Akan tetapi, mereka tidak memahami perkataan ini dan tidak rela kecuali dengan
Al-Qur'an dan Sunah. Kami memohon kepada Alloh agar memberi hidayah (petunjuk) kepada
mereka ….
Dia
berkata: Siapa yang membawa senjata, maka hujjah (alasannya) lemah!
Apakah yang akan kita katakan kepada orang semacam
ini? Seseorang berdoa agar disegerakan zaman ruwaibidhoh (orang-orang bodoh yang berbicara
persoalan besar-penerj.), sampai orang-orang dungu tersebut tidak berbicara.
Wahai orang gila, Nabi sholollohu alaihi wa sallam
membawa senjata, juga Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, sepuluh sahabat yang
dijamin masuk surga, sahabat yang ikut bai'at ridhwan, sahabat yang ikut perang
Badar, Uhud, Khandaq, dan mayoritas sahabat Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam
semuanya membawa senjata. Alloh
memerintahkan untuk membawa senjata dalam kitab-Nya, apakah setiap mereka
hujjahnya juga lemah?
Mereka
berkata: Para mujahidin tidak rela dikritik yang membangun dan dinasehati!
Ini benar, kami tidak menyelisihi kalian dalam
masalah ini. Akan tetapi, kalian harus mengetahui sebabnya … Sebabnya, para
mujahidin menyukai mendengar kritikan secara langsung, yaitu berhadap-hadapan.
Tidak menyukai nasihat melalui udara. Jika kalian menginginkan agar mereka
mendengarkan kalian, pergilah ke front-front, duduklah bersama para mujahidin,
buatlah forum-forum nasihat dan petunjuk! Aku jamin, mereka akan mendengarkan
kalian jika kalian melakukan itu. Mereka akan mendahulukan kalian daripada
selain kalian. Hanya pergi ke sana, di sisi mereka, dan katakan segala apa yang
ingin kalian katakan ….
Orang alim nan cerdik dan pandai dari kalangan
mereka berkata, "Para mujahidin adalah orang-orang yang tertipu, belum
matang, dan mereka tidak belajar ilmu sebagaimana diwajibkan bagi anak-anak
kecil mereka!"
Kami katakan kepada mereka: Jika para ulama
dikumpulkan kelak pada hari kiamat, siapa yang akan mendahului mereka sejarak
lemparan batu? Berapa umur orang yang mendahului sejarak lemparan batu itu
ketika meninggal? Mu'adz bin Jabal Rodhiyallohu anhu
ketika meninggal umurnya baru 38 tahun—menurut riwayat yang masyhur. Hal itu
disebutkan Ibnu Katsir dalam menjelaskan biografinya dalam kitab Al-Bidayah wan
Nihayah, bukankah Mu'adz bin Jabal orang yang paling mengetahui tentang halal
dan haram dari umat ini di zaman Nabi sholollohu alaihi wa sallam?
Ketika Nabi sholollohu alaihi wa sallam
wafat, umur Mu'adz baru 30 tahun. Dia menjadi orang yang paling mengetahui
tentang halal dan haram dari umat ini, dan dia akan mendahului ulama umat ini
pada hari kiamat nanti, padahal umurnya belum genap 30 tahun. Jadi, ilmu tidak
bisa diukur dengan umur, tetapi dengan pemahaman dan amal perbuatan. Berapa
banyak syaikh ternama yang suka menikah, namun shalat dan bacaan Al-Fatihahnya
tidak bagus? Berapa banyak anak kecil hafal Al-Qur'an dan kuat hafalannya,
hafal teks-teks sunah, memahami maknanya, dan mampu mengamalkannya? Dulu, para
pembesar Quraisy tidak beriman kepada sesuatu yang datang kepada mereka, yaitu
kebenaran paling agung yang pernah dikenal manusia, da'i paling agung di muka
bumi dengan hujjah paling agung, dan kitab paling agung yang diturunkan Alloh. Sedangkan para pemuda mereka telah
beriman, mayoritas umur para pemuda tersebut 20-an dan 30-an ketika mereka
beriman. Sebagian mereka ada yang beriman, sedangkan umurnya kurang dari 20
tahun, bahkan ada yang kurang dari 10 tahun!
Mereka
berkata: Aqidah para mujahidin tidak bersih!
Perkataan ini diucapkan oleh orang-orang yang
menggelari diri mereka dengan ‘Salafiyyun.’ Sudah kami katakan kepada
orang-orang bodoh dari kalangan mereka, aqidah para mujahidin adalah kitab Alloh dan sunah Nabi-Nya sholollohu
alaihi wa sallam. Akan tetapi, mereka menolak, kecuali
jika para mujahidin mau membaca Kitabut Tauhid, Al-Ushul Ats-Tsalatsah, dan
Al-Qowa'id Al-Arba'.
Apakah yang akan kita katakan kepada mereka? Bukankah yang menukilkan
kitab-kitab tersebut kepada manusia adalah para mujahidin Al-Ikhwan (para
pengikut Imam Muhammad bin Abdul Wahhab)? Seandainya bukan karena jihad mereka,
niscaya kalian pada hari ini masih suka thowaf di sekeliling pepohonan, dan
mengusap-usap bebatuan sebagaimana keadaan nenek moyang kalian … Dengan
jihadlah kitab-kitab tersebut bisa sampai kepada kalian, dan tidak ada sesuatu
yang tersisa kecuali dengan jihad … Yang lebih aneh lagi, mereka mengatakan,
"Bahwa diri mereka adalah 'Salafiyyun', sedangkan Muhammad bin Abdul
Wahhab bukan termasuk salaf, tetapi termasuk kholaf, dan hampir termasuk orang-orang
terkini." Apakah mereka tidak mau menyebut dengan nama 'muslimin',
sebagaimana nama yang diberikan kepada kita oleh Nabi Ibrahim alaihi
sallam? Ataukahkah itu hanya penyelisihan dan membuat
kelompok saja?
Mereka
mengatakan: Para mujahidin adalah khawarij!
Kami katakan kepada mereka, "Definisikan kepada
kami siapa sebenarnya khowarij
itu? Dan sebutkan kepada kami, bagaimana aqidah mereka? Kemudian kita
bandingkan (komparasikan) antara aqidah mereka dan aqidah para mujahidin … Khowarij
adalah orang-orang yang keluar dari Islam, sebagaimana anak panah keluar
dari busurnya. Sedangkan sifat ini sangat sesuai dengan orang yang melakukan
pembatal-pembatal keislaman. Seperti: memberikan loyalitas kepada orang-orang
kafir, menerapkan selain syari'at Alloh,
dan merasa senang dengan kemenangan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin ….
Mereka
mengatakan: Kami lebih baik daripada para mujahidin!
Saya katakan, "Kalian telah berdusta!"
Demi Dzat yang menurunkan Al-Qur'an, bukankah Alloh sholollohu alaihi wa sallam
berfirman:
"Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidil Harom,
kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian serta bejihad
di jalan Alloh?
Mereka tidak sama di sisi Alloh;
dan Alloh
tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta benda dan diri
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan. Robb
mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari sisi-Nya,
keridhaan-Nya, dan surga-Nya, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang
kekal. Mereka kekal di surga itu selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar."
(QS. At-Taubah: 19-22)
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari
hadits Nu'man bin Basyir, dia berkata, "Saya berada di depan mimbar Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam.
Seorang sahabat berkata, 'Aku tidak peduli tidak mengamalkan suatu amalan
setelah berislam, yang penting aku bisa memberi minum orang yang haji.' Yang
lain berkata, 'Aku tidak perduli tidak mengamalkan suatu amalan setelah
berislam, yang penting aku bisa meramaikan Masjidil Harom.' Yang lain lagi berkata, 'Jihad di
jalan Alloh
lebih baik dari apa yang kalian katakan,' maka Umar membentaknya, dia berkata,
'Janganlah kalian mengeraskan suara kalian di hadapan mimbar Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam
pada hari Jum'at! Akan tetapi, jika saya sholat Jum'at, saya masuk masjid, lalu saya
meminta fatwa kepada Rosululloh sholollohu alaihi wa sallam
dalam masalah yang sedang kalian perselisihkan. Maka diturunkanlah ayat ini.’.”
As-Sa'di Rohimahulloh berkata, "Ketika sebagian kaum
muslimin atau sebagian kaum muslimin dengan sebagian orang-orang musyrik
berselisih pendapat dalam hal mereka lebih mengutamakan memakmurkan Masjidil
Harom, dengan cara
membangun, sholat,
ibadah di dalamnya, dan memberi minum orang haji atas iman kepada Alloh dan jihad di jalan-Nya, Alloh Subhanahu
wa Ta’ala menjelaskan perbedaan antara keduanya. Maka Dia
berfirman, "Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji," yaitu memberi mereka minuman dengan air
zam-zam—sebagaimana sudah makhlum jika nama ini dimutlakkan. Maksud, "dan
mengurus Masjidil harom
kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian serta bejihad di
jalan Alloh?
Mereka tidak sama di sisi Alloh,"
maka, jihad dan iman kepada Alloh
lebih utama daripada memberi minuman orang haji dan mengurus Masjidil Harom, dengan derajat keutamaan yang jauh
sekali. Karena iman merupakan pokok agama, dengannya semua amal akan diterima
dan dengannya pula semua perilaku menjadi suci.
Adapun jihad fi sabilillah, ia adalah puncak ajaran
agama. Dengannya negeri Islam akan terjaga—dan bahkan bertambah luas
wilayahnya, serta dengannya pula kebenaran ditolong dan kebatilan ditumpas …
Kemudian, Dia menerangkan keutamaannya. Dia berfirman, "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Alloh
dengan harta benda," dengan berinfak untuk
kepentingan jihad dan mempersiapkan orang-orang yang mau berjihad. "Dan diri mereka," dengan diri
mereka berangkat berjihad. "Adalah
lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan," yaitu tidak meraih kemenangan yang
didambakan dan tidak selamat dari yang dikhawatirkan, kecuali orang-orang yang
memiliki sifat-sifat mereka dan berakhlak dengan akhlak mereka.
Dalam kitab Tafsir Maalimut Tanzil karya An-Nawawi
Al-Jawi (Imam Nawawi Al
Bantani),
ada perkataan lembut dalam menafsirkan ayat ini, dengan bunyi, "Ketika Alloh memberi sifat orang-orang beriman
dengan tiga sifat; iman, hijrah, serta jihad dengan diri dan harta benda, Dia
memberi imbalan atas semua itu berupa kabar gembira dengan tiga hal; dimulai
dengan rahmat, yang itu merupakan keselamatan dari api neraka sebagai imbalan
atas keimanannya; kedua: mendapatkan keridhaan, yang itu merupakan ujung semua
perbuatan baik sebagai imbalan dirinya telah meninggalkan tanah airnya; dan
ketiga: mendapatkan surga, yang itu merupakan manfaat agung sebagai imbalan
jihadnya, yang di dalamnya ada pengorbanan diri dan harta benda. Mereka
dikhususkan mendapatkan pahala yang sangat besar karena keimanan mereka yang
sangat agung." Demikian perkataannya.
Tersebut keterangan dalam hadits Muttafaq 'alaih
dari Abu Hurairoh
Rodhiyallohu anhu,
dia berkata, "Ada salah seorang sahabat bertanya, 'Wahai Rasululloh, amalan apa yang bisa menyamai pahala
jihad?' Beliau menjawab, 'Kalian tidak akan mampu.' Para sahabat mengulangi
pertanyaannya dua atau tiga kali, semuanya dijawab beliau, 'Kalian tidak akan
mampu.' Kemudian beliau melanjutkan, 'Perumpamaan seorang mujahid fi sabilillah
seperti perumpamaan orang yang selalu berpuasa, bangun malam shalat tahajud
dengan selalu membaca ayat-ayat Alloh
tanpa pernah berhenti dari shalat dan puasanya sampai sang mujahid fi
sabilillah tersebut kembali (ini lafal Muslim)'." Dalam riwayat Bukhori, "Ada seorang laki-laki
bertanya, 'Wahai Rosululloh, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang
bisa menyamai pahala jihad.' Beliau menjawab, 'Aku tidak menemukannya.'
Kemudian beliau melanjutkan, 'Apakah engkau mampu, jika seorang mujahid
berangkat berjihad sedang engkau masuk masjidmu, engkau berdiri sholat tanpa berhenti dan engkau berpuasa
tanpa berbuka?' Orang itu menjawab, 'Siapa yang mampu melakukannya?'."
Maka, kami memberi ‘kabar gembira’ kepada sahabat ini. Pada hari ini, ada
sekelompok orang yang—mengaku—sanggup melakukannya, bahkan lebih banyak dari
itu; karena itulah, mereka memandang dirinya lebih utama dari para mujahidin
dan merasa lebih besar pahalanya dari mereka.
Selanjutnya ….
Apakah makna semua perkataan kami ini, bahwa para
mujahidin kebal kritik?
Jawabnya, "Ya, mereka memang kebal kritik, jika
kritik itu datang dari orang-orang yang diancam Alloh dengan azab yang pedih, yakni dari
kalangan orang-orang yang dicap sebagai khowalif (orang-orang yang tidak berangkat
jihad). Adapun jika kritik itu datang dari para pemuka jihad, maka tidaklah
mereka kebal kritik …."
Kemudian, kami berhak bertanya: mengapa para
penguasa harus dinasihati secara sembunyi-sembunyi? Dan kenapa harus ditulis
berjilid-jilid buku berisi larangan menasihati mereka secara terang-terangan?
Walaupun mereka terang-terangan mengumumkan loyalitas mereka kepada orang-orang
kafir, menerapkan hukum selain syari'at Alloh, menyebar-luaskan berbagai perbuatan
keji, dan memakan harta manusia dengan cara batil; adapun para mujahidin,
mereka ‘hanya’ mendapat kritikan, bukan nasihat. Itupun dilakukan secara
terbuka dan terang-terangan di hadapan manusia!
Betapa sering kami mendengar ‘daging ulama itu
beracun’. Lalu sekarang, apakah daging para mujahidin seperti ‘kue’ atau malah
ia lebih beracun daripada daging ulama? Apakah kalian mengira—seandainya bukan
karena jihad ini, para ulama itu bisa muncul di layar saluran-saluran televisi?
Demi Alloh,
seandainya bukan karena Ahli Jihad, niscaya—pada hari ini—tidak terdengar
seorang pun ulama dan penguasa mencampakkan mereka ke tempat-tempat sampah.
Sejarah kontemporer sebagai saksi terbaik, kapan akan masuk akal orang yang
menyangka telah menghormati para ulama, padahal dia berdiri berada di barisan
pasukan salibis dan turut memerangi para mujahidin dengan lisannya? Sebagian
orang yang mengaku berilmu, memotong lengannya tanpa terasa.
Siapa yang hendak bicara kepada para mujahidin,
hendaklah ia berbicara dengan adab yang baik; nasihatilah mereka, dan
berdiskusilah bersama mereka dengan adab yang baik. Ada pun kritikan—baik
membangun maupun tidak, terlebih lagi bantahan, maka pasti ditolak … Siapa yang
tidak memiliki adab yang baik, maka hendaklah ia mengekang lisannya, tetaplah tinggal
di rumahnya, dan jangan berbicara mengenai urusan kaum muslimin ... Jika engkau
hendak mengenal mereka, lihatlah keadaan mereka ketika berbicara dengan para
penguasa murtad dan pembantu-pembantu mereka. Lihatlah kerendahan hati mereka,
sopan santun, dan pilihan kata mereka yang teliti, kemudian lihatlah keadaan
mereka dengan para wali Alloh
dari kalangan para mujahidin. Siapa yang merasa aman dari hukuman, maka dia
akan berbuat dengan adab yang buruk.
Para mujahidin adalah manusia biasa, kadang salah …
dan kadang juga benar! Akan tetapi di hari ini, merekalah para pemuka manusia.
Mereka maju membela umat ini dengan berperang melawan orang-orang kafir,
menjaga wilayah dengan taruhan nyawa di medan-medan laga, melindungi kehormatan
lelaki dan para wanita, menumpahkan darah di medan-medan peperangan,
meninggalkan kampung halaman, dan berpisah dengan kawan-kawan untuk menyambut
seruan Dzat Yang Maha Esa lagi Mahakuasa. Siapa yang tidak mengetahui hak dan
keutamaan mereka atas dirinya, maka dialah manusia tercela yang tidak wajib
berbuat baik kepadanya ….
Ya Alloh,
kami persaksikan di hadapan Engkau kecintaan kami kepada mujahidin, dan
kecintaan kami kepada orang yang mencintai mereka. Ya Alloh, kami berlepas diri kepada-Mu dari
musuh para mujahidin dan orang yang loyal kepada mereka … Ya Alloh, tolonglah mujahidin di setiap tempat,
jagalah mereka dengan penjagaan-Mu, dan janganlah Engkau serahkan mereka kepada
diri mereka sendiri, walau hanya sekejap mata … Ya Alloh, sucikan hati para mujahidin, satukan
barisan mereka, kokohkan telapak kaki mereka, tepatkan tembakan mereka,
berkahilah kehidupan mereka, dan terimalah para syuhada' mereka, duhai Dzat
yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih … Ya Alloh, jagalah mereka dari tipu daya para
pelaku tipu daya dan lindungilah mereka dari makar para pembuat makar, serta
kejahatan para pelaku kejahatan ….
Wollohu a'lam
… sholawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad sholollohu alaihi wa sallam,
keluarga, dan para sahabatnya ….
Ditulis oleh
Syekh Husein Mahmud
10 Jumadal Ula 1428 H
sumber: ishoba.wordpress.com/al-mustaqbal.net
judul asli:
Bantahan Untuk Para Kritikus Terhadap Mujahidin Yang Polos
di moderasi
ulang oleh rifki ayyash
subhanallah, shodaqta ya akhi.
BalasHapus