Pembahasan
kedua:
Penyiapan
Umat untuk Menyongsong Peperangan
Prolog
Islam
dan umat Islam memang unik. Posisi umat Islam di antara bangsa-bangsa Timur,
Barat, Utara dan Selatan ada di tengah. Sebagaimana Islam selalu berada di
tengah dalam berbagai hal.
Barat
berdiri di atas prinsip kebanggaan ras dan nasionalisme. Barat menganggap
dirinya lebih unggul, dan bangsa lain diremehkan. Kepemimpinan Barat silih
berganti. Romawi pernah memegang tampuk kekuasaan. Disusul Jerman, Inggris,
Perancis, dan terakhir Amerika.
Sedangkan
Timur, hadir membawa ideologi yang menantang Barat. Timur berlandaskan falsafah
revolusi yang melahirkan kaum elit partai yang kemudian menjadi kelompok
penguasa. Mereka berkhayal membawa umat manusia dalam persamaan derajat dan
hak, tapi hanya dalam bab kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan). Persamaan
yang lebih menyerupai kehidupan hewan. Mereka merombak cara pandang terhadap
manusia. Bagi mereka, manusia sekedar alat produksi, dengan mengabaikan
sisi-sisi manusiswinya – sesuatu yang menjadi karunia khas dari Alloh
bagi umat manusia.
Sementara
Islam, hadir sebagai ideologi unik. Ia membawa falsafah memanusiakan manusia.
Pemeluk Islam berubah menjadi masyarakat unggul. Diatur dengan keadilan langit.
Dihilangkan kelas-kelas sosial. Tak berbeda antara kaya dengan miskin, orang
terhormat dengan kaum pinggiran. Kehidupan masyarakat diatur dengan ikatan
kasih sayang dan gotong-royong. Si kaya tak akan merasakan lezatnya hidangan
dan nyenyaknya istirahat jika tetangganya menahan lapar. Demikianlah masyarakat
Islam dibentuk.
Ketika
Islam merangkul umat manusia, ia menawarkan kepada mereka keadilan dan kasih
sayang. Payung Islam menaungi semua suku, ras dan bangsa. Tak ada yang
diistimewakan, semuanya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Karena
memang Robbnya satu, ideologinya satu dan umatnya satu. Tak ada
keistimewaan antara Arab atau non Arab kecuali karena taqwa.
Sebaliknya
Barat. Ia menyeru umat manusia dengan gaya arogan. Ia pilah umat manusia dalam
kelas-kelas. Barat menempati kelas tuan, dan bangsa lain menempati kelas budak.
Oleh karenanya, Barat bebas memperbudak bangsa lain dan merampas kekayaan
mereka.
Timur
datang dengan segenap dendam kesumatnya. Ia hapuskan sisi manusiawi dari
manusia sehingga menjadi sekelas binatang. Tak boleh ada kesibukan manusia
kecuali memuaskan sisi kehewanannya.
Islam
memberi tawaran yang berbeda. Ia datang membawa manhaj robbani
(falsafah langit) dalam mengatur umat manusia, sesuai keinginan Alloh.
Dengan ini, Islam mengentaskan manusia dari penghambaan kepada sesama menjadi
penghambaan kepada Alloh semata. Islam memelihara naluri
manusiawi dari potensi penyimpangan. Semua manusia sederajat di hadapan
al-haqq, di bawah cahaya keadilan Islam.
Inilah
Islam, agama yang musti kita ketahui tatkala kita merangkul umat manusia.
Dari
sini saya bertolak. Umat ini demikian unik karakteristiknya. Demikian indah
pandangannya terhadap kemanusiaan. Perseteruan dengan musuh dilandasi faktor
aqidah (ideologi), bukan atas dasar perselisihan soal pembagian kue harta atau
kekuasaan, juga bukan atas dasar pemenuhan keinginan nafsu.
Umat
yang memiliki karakteristik ini layak memegang tampuk kekuasaan di panggung
dunia. Syaratnya, jika mereka kembali mengikatkan diri dengan tonggak agama
(Islam). Agama ini berperan sebagai penggerak. Hari ini kita wajib menghidupkan
agama kita, dan mengembalikan kekuasaan yang hilang. Kemajuan umat tak akan diraih tanpa adanya
spirit agama yang akan menggerakkannya.
Pertanyaannya:
Bagaimana
kita bekerja menyiapkan umat untuk menyongsong babak pertarungan dan segenap
resikonya?
Karunia
Alloh
buat umat Islam dan seluruh manusia sejagat. Hari ini tersedia semua syarat
yang diperlukan untuk lahirnya kesiapan mental umat dalam rangka menghadapi
pertarungan semesta dan menanggung segenap resikonya. Hari ini secara khusus,
bukan kemarin atau esok lusa. Al-Qoidah telah
melakukan berbagai operasi yang menyedot perhatian umat. Apa yang dirancang
koalisi Yahudi-Salibis dalam menghancurkan umat Islam seabad lebih yang
menyebabkan kesatuan umat terkoyak, pembunuhan marak dan penangkapan
tokoh-tokoh umat, dipulihkan oleh Al-Qoidah hanya dalam
waktu empat tahun. Mulai dari serangan di Nairobi hingga Pentagon. Al-Qoidah
menjadi simbol persatuan umat, komitmen keislaman, rehabilitasi Islam, lahirnya
tokoh-tokoh baru dan kepemimpinan yang lebih segar. Sebuah kontribusi istimewa.
Babak
pertarungan yang dimulai Al-Qoidah melawan
rejim penguasa dunia baru (new world
order) yang direalisasikan semenjak tahun 1998 ketika Al-Qoidah
menyerang dua kedubes, berhasil membetot perhatian umat dan membangunkan mereka
dari tidur panjang. Sebabnya, sekian lama tak ada bangsa yang berani melawan
Amerika. Biasanya perlawanan yang terjadi dilakukan secara basa-basi, yang tak
keluar dari skenario yang dikehendaki Amerika.
Hari
ini Amerika mendapat tamparan keras di wajahnya. Peristiwa mengelinding terus,
mulai dari operasi yang dirancang Al-Qoidah, Intifadhah
yang sudah di ambang kemenangan di Palestina hingga peledakan kapal induk USS
Cole di pantai Yaman. Keangkeran Amerika mulai luruh dengan serangan
spektakuler terhadap Pentagon – nama yang membuat para panglima di seluruh
dunia berdiri bulu kuduknya. Ikut cair pula rasa takut yang ada di hati umat
Islam terhadap Amerika menyusul runtuhnya menara kembar World Trade Center –
simbol kedigdayaan ekonomi Amerika. Aroma kebebasan mulai menyeruak di hati
umat, dan semangat revolusi mulai bersemi.
Mulai
saat itu, Intifadhah memasuki babak baru dengan lebih optimis semenjak konflik
Palestina berkecamuk. Lalu tiba giliran Afghanistan menambah luka Amerika makin
menganga. Masyarakat dunia makin cerdas, tidak bisa lagi opininya dibohongi
oleh permainan politik atau pemberitaan. Operasi jihad kian berkecamuk di
seluruh penjuru dunia – menegaskan lahirnya kesadaran umat untuk membela
agamanya di satu sisi, dan berlanjutnya pukulan terhadap musuh hingga binasa di
sisi lain.
Investasi
perlawanan dan kesadaran ini menghasilkan laba menggiurkan. Koalisi
Yahudi-Salibis membangun kemitraan yang lebih intensif dengan rejim Arab. Tapi
tujuan asasi kemitraan ini sudah diketahui oleh umat Islam, bahkan seluruh
masyarakat dunia. Rejim Arab hanya sibuk membela ideologi, keselamatan
masyarakat, kekuasaan dan kekayaan alam yang dikehendaki mitranya. Kedoknya
sudah terbongkar, tak bisa lagi ditutupi. Maka gerakan Islam di seluruh dunia
mesti peka dan tanggap, untuk siap sedia memetik buah perjuangan, yang telah
tiba masa panennya.
Agar
mental revolusi makin menggelegak di hati umat, beberapa aspek harus disiapkan
segera dengan mencurahkan segenap waktu dan tenaga kita. Ada dua strategi yang
mesti diperhatikan:
Pertama:
Menyiapkan alasan psikologis dan spiritual bagi umat Islam
Strategi
ini bisa dilakukan dengan cara berikut:
1.
Memilih
dengan seksama pemicu pertarungan. Atau menciptakan motif dan tujuan yang
menyebabkan pertempuran menjadi benar di mata umat, dan mendorong umat untuk
terlibat dalam mencapai tujuan tersebut, bahkan membuat mereka siap mati syahid
dalam membelanya jika diperlukan.
Tiga
puluh tahun yang lalu, pemicu pertarungan sulit ditemukan. Gerakan jihad
merangkak tanpa memiliki pengalaman dan eksperimen. Tapi hari ini, mereka sudah
cukup dewasa dan matang. Telah melewati serangkaian pertempuran dan eksperimen.
Gerakan jihad telah menangguk pengalaman dan pengetahuan dari realitas lapangan
dan eksperimen nyata.
Pemicu
pertarungan bisa apa saja, bahkan bisa kombinasi banyak pemicu yang bisa
menyatukan umat – semua elemen umat Islam. Banyak hal bisa menggerakkan umat.
Kita menghadapi musuh yang cerdik, tidak ada celah kelemahan umat sekecil
apapun kecuali mereka manfaatkan dengan seksama.
Babak
baru perang Salib yang bertujuan memecah-belah umat Islam, memperbudaknya dan
merampok kekayaannya adalah pemicu. Pembebasan tanah suci, pemicu. Apa yang
terjadi di Afghanistan, pemicu. Penggalian terowongan di bawah masjid Aqsho,
pemicu. Serangan brutal di Iraq, pemicu. Pengusiran kaum musyrik dari jazirah
Arab, pemicu.
Pemicu
terbesar adalah upaya mengembalikan agama Alloh
menjadi penguasa di muka bumi. Dengan ini kita bisa mengatur dunia, di bawah
cahaya keadilan Islam. Bahkan kaum Nasrani Arab merindukan kembalinya kekuasaan
Islam agar keadilan dapat mereka reguk kembali sebagaimana dahulu mereka
menikmatinya sepanjang sejarah kekuasaan Islam.
Bernard
Lewis dalam bukunya – bahasa politik Islam – mengatakan: (Islam bagi
sebagian besar umatnya masih menjadi acuan politik dan kekuasaan, dan paling
diterima sebagai solusi ketika terjadi krisis. Tak mungkin kekuatan politik
mampu menguasai umat Islam dengan wilayah yang sangat luas dan dalam jangka
panjang kecuali karena menjadikan Islam sebagai acuan legalitasnya melebihi
ikatan kesukuan, nasionalisme atau acuan legalitas lain. Islam paling banyak
berpengeruh dalam membentuk pola pikir, dan paling mampu memberi warna terhadap
berbagai perilaku sosial. Islam menyediakan serangkaian pedoman yang
berpengaruh kuat dalam kancah politik).
Musuh
telah mendeklarasikan perang Salib. Mereka bergerak dengan tiga pemicu
pertarungan, yang berhasil mempersatukan seluruh elemen kaum kafir dunia demi
memerangi kita. Ketiga pemicu tersebut adalah:
·
Menghancurkan
terorisme…
·
Menyelamatkan
krisis ekonomi global…
·
Menyiapkan
medan tempur menyongsong Armagedon…
Tiga
pemicu ini berhasil dijual kepada mereka yang khawatir ekonominya runtuh (yang karenanya rela mendonasikan hartanya
untuk perang), kaum yang rakus terhadap kekayaan pihak lain, dan mereka yang
linglung karena mempercayai ramalan Taurat.
Mereka
berharap dengan strategi ini dapat tercapai beberapa tujuan sekaligus:
·
Memadamkan
api kebangkitan Islam yang ‘menyala tidak semestinya’ – sebagaimana ungkapan
yang biasa mereka gunakan.
·
Menghindari
krisis ekonomi dengan cara mengangkangi sumber minyak Arab dan SDA yang lain di
kawasan
·
Mendirikan
rejim Israel Raya, menyiapkan kembalinya (kekuasaan) Tuhan, dan menyiapkan
medan Armagedon.
·
Melucuti
senjata umat Islam dan menjadikannya sekedar budak yang bekerja di perkebunan,
pabrik, dan ladang minyak milik tuan-tuan kafir.
·
Menggambar
ulang peta geopolitik kawasan Timur Tengah mengikuti pola pembagian kekuasaan
dan kekayaan sesuai rancangan mereka.
Maka,
pertempuran kita kelak akan berwujud misi mengembalikan kebebasan kita, harta
kita, kehormatan kita, tanah kita dan –
tentu saja di atas itu semua –
agama kita. Jihad kita adalah jihad defensif, belum ofensif. Kita harus
bisa menggerakkan umat melalui pemicu-pemicu di atas, tentu sesuai tuntutan
keadaan.
2.
Menciptakan
atmosfir iman yang dibutuhkan untuk memasuki kancah pertempuran, dengan
menyiapkan faktor-faktor pendukung demi terciptanya atmosfir tersebut. Memberi
perhatian lebih terhadap faktor kejiwaan demi suksesnya penggalangan umat dan
tentaranya untuk memasuki kancah jihad melawan koalisi Yahudi Salibis global.
Ulama
– gelar yang sangat indah – memiliki peran besar dalam persoalan ini. Gelar
bagi orang berakal dan membela al-haqq.
Bagaimana tidak, mereka pewaris para nabi. Dalam peperangan, peran ulama sangat
terasa dan dibutuhkan. Demikian juga peran da’i, khatib, dan penasehat; dalam
mengembalikan manusia kepada Kholiqnya. Mereka
berperan menguatkan hubungan antara hamba dengan Penciptanya. Semua hamba
diikat dengan tali ghaib; pahala yang akan dipetik di akherat. Dengan ikatan
ini, niat mereka menjadi tulus, jiwa mereka terlepas dari belenggu dunia, dan
menguatkan semangat mereka dalam berkorban membela Alloh.
Hasilnya,
seorang ayah dengan ringan mempersembahkan nyawanya, ibu melepas kepergian
anaknya, wanita merelakan saudara laki-lakinya, dan anak mengikhlaskan ayahnya.
Diiringi linangan air mata, tapi hati tetap tenang dengan iman. Mereka yang
melepas kepergian orang tersayang, mengucapkan kalimat perpisahan; sudah
lama aku menunggu datangnya hari bahagia ini!.
Demi
agama dan kehormatan kita mereka berkorban. Ketika perang berkecamuk, hamba
akan kembali kepada Kholiq. Masjid akan ramai dengan
orang shalat. Doa akan berkumandang di hati. Kedua tangan akan menengadah ke
langit dengan penuh harap. Imam membacakan ayat dengan lantang. Maka hati-hati
hamba bergetar karena iman.
“Alloh telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)
Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Robbnya,
Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Alloh. Itulah petunjuk Alloh,
dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang
disesatkan Alloh, niscaya tak
ada baginya seorang pemimpinpun.”(QS. Az-Zumar:
23)
Air
mata berlinang, dan mata air pertolongan deras mengucur dari langit untuk
tentara Allah.
Para
ulama, da’i, dan mubaligh tidak boleh
lupa, habitat mereka di masjid untuk misi membersihkan jiwa-jiwa hamba
dari noda dunia dan membimbing spiritual mereka… dan di medan tempur
untuk misi berjihad dan memotivasi tentara Alloh.
Mereka adalah teladan di masjid dan di medan jihad.
Kesadaran
seperti ini perlu terus dikuatkan dan dieratkan, antar elemen umat. Pada
kesadaran ini kita menyeru para aktifis dalam membela agama Alloh.
Kami katakan kepada mereka, antum adalah teladan masyarakat di kancah
perjuangan.
Petaka
paling serius yang merusak kesadaran ini, munculnya pemikiran kepartaian dan
fanatisme kelompok. Masing-masing bekerja membela kelompok atau partainya, dan
berdebat mempertahankan kelompoknya. Oleh karenanya, landasan seruan kami
kepada semua elemen umat agar terlibat dalam agenda persatuan dan jihad, adalah
bahwa kita menyeru mereka untuk mencampakkan fanatisme yang tidak haqq. Orang
bijak berkata, al-haqq dikenali karena kebenarannya, bukan karena pemeluknya,
kelompok atau jamaahnya.
Kita
harus berpijak pada asas ini. Tidak ada yang maksum selain para nabi – sholawat
Alloh
terlimpah untuk mereka. Demikian pula, tak boleh mencontoh kepada suatu yang
salah. Siapa yang melihat kebenaran, ia harus meneladaninya.
Kita
harus sadar, sebesar apapun kezaliman yang dilakukan saudara seiman terhadap
kita, tidak boleh mengenyahkan persaudaraan Islam. Kita harus menilai kesalahan
sesuai kadarnya. Kita harus bisa menerima pengakuan salah dari saudara kita,
seraya membimbingnya kepada al-haqq, dengan cara al-haqq, dan dengan motif
al-haqq pula.
Kita
tak boleh sibuk dengan perkara ijtihadiyah atau mempermasalahkan ijtihad yang
dihasilkan kelompok-kelompok yang ada. Kecuali jika kita melakukannnya dengan
pendekatan cinta dan nasehat bijak. Kita mesti yakin, pada setiap fase muncul
tokoh-tokohnya. Dan bahwa Alloh akan memilih
salah seorang dari umat ini yang akan memimpinnya menuju ridho
Alloh.
Tujuannya, agar kita tak memberi peluang bagi Barat dan antek-anteknya untuk
merongrong barisan umat, memecah belahnya, menggagalkan rencana-rencananya,
menghilangkan hasil-hasil perjuangan yang telah dipetik melalui serangkaian
peristiwa dan pertempuran di lapangan.
Umat
Islam kini mengalami krisis yang belum pernah ada tandingannya dalam rentang
sejarahnya. Hajat umat untuk menyatukan barisan seluruh elemennya sedang
memuncak. Musuh yang menyerang tidak lagi membedakan apakan yang dihadapi
muslim taat ataukah muslim yang menyimpang. Sebagaimana musuh juga tak
membedakan antara satu kelompok dengan yang lainnya, atau satu negara dengan
lainnya. Semua diletakkan dalam satu bidikan. Agenda musuh sudah jelas, tak ada
yang tersamar. Maka kita – seluruh elemen umat – harus memiliki pakta koalisi tunggal
yang kuat, dalam rangka menghadapi koalisi Yahudi Salibis yang brutal itu.
Misi
ini dapat kita tunaikan dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
- Menjelaskan kepada seluruh elemen umat siapa musuh kita dan apa agendanya.
- Menguatkan peran umat dalam melawan musuh-musuhnya (sejarah Islam baik yang klasik maupun yang kontemporer kaya dengan contoh kasus dan teladan)
- · Merumuskan ‘kurikulum penyadaran’ umat dalam bidang politik, keamanan dan militer dalam rangka memastikan lahirnya kesatuan aksi dalam bingkai kalkulasi ketiga bidang tersebut.
- · Mengawal gelora perlawanan kaum muda, bukan mematikannya.
- · Menyebarkan tema-tema yang meningkatkan mentalitas perlawanan tanpa harus didramatisir atau sebaliknya, tanpa greget.
- · Melakukan praktek jihad fi sabilillah di garis depan sebagai teladan bagi umat
- · Memobilisir tentara Islam dengan mengawalnya dan membangkitkan gelora semangatnya agar bisa memainkan peran yang semestinya bagi umat
Koalisi
ini bukan saja antar elemen umat yang sudah malang melintang di kancah perjuangan
Islam, tapi juga dengan kalangan yang lebih luas sesuai kalkulasi strategis.
Koalisi melibatkan semua unsur yang terangkum dalam kosa kata ‘umat Islam’
tanpa kecuali. Jika diandaikan Al-Qoidah dan
kelompok-kelompok jihad menempati posisi di garis depan, maka unsur umat Islam
menempati sayap atau di bagian belakang.
Oleh
karena itu, para aktivis harus segera beramal sesuai dengan bidangnya
masing-masing dalam rangka menyadarkan umat dan menyiapkannya untuk menyongsong
pertarungan yang akan segera tiba. Jangan biarkan mereka tunduk dan pasrah
menerima keterhinaan di bawah hegemoni Barat. Da’i harus mencurahkan segenap
potensi dan waktunya untuk berdakwah dengan semua peluang yang tersedia. Para
penulis, wartawan dan sastrawan harus memainkan perannya. Mujahidin memainkan
senjatanya. Mubaligh dan tokoh-tokoh agama ikut terlibat melawan musuh sesuai
kapasitasnya. Kita semua bekerja sama dengan semboyan ‘bersatu melawan musuh
umat’.
Dan
menurut saya, antum semua bisa menambahkan potensi apa saja yang mungkin demi
pertempuran ini. Saya akhiri dengan firman Alloh:
“ Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Alloh mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Alloh, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang
hitam muram. adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah
azab disebabkan kekafiranmu itu". Adapun orang-orang yang putih berseri
mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Alloh (surga);
mereka kekal di dalamnya. Itulah ayat-ayat Alloh. kami bacakan
ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Alloh berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS.
Ali Imran: 103-108)
3.
Memberikan
perlawanan terhadap perang urat syaraf yang dilancarkan musuh dengan tujuan
menakuti umat Islam agar tak berani melawan sehingga umat kalah sebelum
bertempur.
Para
aktifis fi sabilillah dan mujahidin harus menggeluti perang opini melalui surat
kabar, majalah dan internet. Melalui apa saja yang mungkin untuk menyampaikan
opini al-haqq. Agar syubuhat
(kesesatan) yang diusung musuh bisa dipatahkan dengan argumen ilmiah. Menggusur
keraguan dengan keyakinan. Membongkar kebatilan yang ditiupkan kaum batil.
Menangkis pelecehan dan cibiran. Dan melemahkan suara yang melemahkan
kebenaran. Alloh
berfirman:
“Maka berperanglah kamu pada jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban
kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan
Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Alloh amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).” (QS. An-Nisa: 84)
Musuh
kita licik dan cerdik. Mereka sudah banyak belajar dari Iblis. Murid selalu
mengikuti ajaran gurunya. Mereka dengan serius memasuki semua kancah
peperangan. Terutama pada kancah kejiwaan. Contoh peperangan jiwa yang mereka
lancarkan; meniupkan mental kalah dan lemah pada umat, baik dahulu maupun
sekarang.
Dahulu
kaum Yahudi tatkala turun surat yang mengandung penggalan huruf-huruf di
awalnya, mereka menganalisanya dengan teori otak-atik khas mereka. Setelah
mereka menganalisa, ditemukan bahwa huruf-huruf tersebut setara dengan jumlah
70. Maka mereka berkata: kami tak mau menerima agama yang hanya akan berumur
70 tahun.
Kini,
kelicikan semacam itu diulangi. Kadang mereka mengklaim bahwa Usamah bin Ladin sakit.
Lain waktu mengatakan, Usamah hanya akan bertahan hidup maksimal 6 bulan. Atau,
mengklaim telah berhasil memberangus Al-Qoidah. Atau
mengklaim telah menangkap tokoh-tokohnya. Dan masih banyak lagi bualan-bualan
yang bertujuan melemahkan umat Islam. Alloh memberikan
penawar dari semua ocehan mereka ini agar hati orang beriman tetap teguh dalam
membela Islam. Alloh berfirman:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rosul. apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Alloh
sedikitpun, dan Alloh akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur. “(QS.
Ali Imran: 144)
Keabadian
hanya milik Alloh
dan agama-Nya, bukan milik manusia. Kita umat beriman, tak akan goncang oleh
syahidnya para pahlawan, atau tertangkapnya teman seperjuangan. Rahim umat
masih subur, tiap menit bisa lahir ksatria baru, dan komandan tangguh. Lihatlah
peristiwa Mu’tah. Komandan Ja’far mati syahid karena kedua tangannya putus demi
mempertahankan agar bendera tidak jatuh. Bendera diselamatkan Zaid, tak lama
kemudian mati syahid juga. Diambil alih Abdulloh
bin Rawahah, tapi akhirnya syahid juga. Terakhir, diambil alih oleh Kholid
bin Walid. Sungguh indah kalimat yang diucapkan seorang mujahid yang belum lama
dipublikasikan di media massa: Meski Usamah bin Ladin terbunuh, tapi mentari
jihad tak akan pernah terbenam.
Kita
membutuhkan orator yang membakar gelora jihad, dan penyair yang menggubah
bait-bait jihad. Mana Hassan bin Tsabit dan Talhah masa kini? Rosululloh
pernah mengomentari suara Abu Talhah, bahwa suaranya di medan tempur lebih
disukai Nabi dibanding seribu prajurit. Kita mencari orator perang yang memahami
Islam, karena tugasnya membungkam ocehan menyesatkan yang dilontarkan musuh. Di
sisi lain, membangkitkan gelora semangat umat untuk melawan. Kita butuh
sastrawan ulung, yang bertugas memotong lidah api musuh, membakar jantung kaum
kafir, dan melesakkan gentar ke hati mereka. Bilakah wahai… seluruh elemen umat
berpartisipasi, sesuai peran masing-masing.
Demikian
penting peran yang dimainkan ulama, cendekiawan dan mujahidin. Sementara, umat
berkewajiban untuk tidak terhanyut oleh lagu merdu yang dinyanyikan musuh,
dengan klaim memiliki teknologi tinggi tertentu, mampu membunuh siapa yang
dikehendaki, bahkan bisa menumbangkan negara mana saja yang dikehendaki, dan
bentuk-bentuk bualan lain. Jika benar klaim mereka, kita yakin Alloh
bersama kita. Bahkan tak ada yang bisa mengukur tentara Alloh
kecuali Dia sendiri. Alloh memberi
bimbingan dalam perjalanan kita.
Jika
mereka memiliki bom atom, kita memiliki bom syahid. Jika mereka mengejar dunia,
kita mengejar akhirat; imbalan yang dijanjikan Alloh.
Kita kembalikan semua urusan kepada Alloh. Alloh
berfirman:
Janganlah
kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita
kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana
kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Alloh apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa:
104)
Kita
– demi Alloh
– kuat meski manusia menyangka lemah. Dan aku – demi Alloh
– bertanya-tanya dengan kagum. Bagaimana bisa umat Islam dalam rentang sejarah
peperangan yang mereka alami, secara kalkulasi kekuatan umat Islam jauh lebih
lemah jika dibandingkan dengan kekuatan musuhnya dari kalangan kafirin, tapi
bisa mengalahkan musuh-musuhnya. Qadisiyah, Yarmuk, Hittin, dan Ain Jalut menjadi
bukti. Dan kita kini menyongsong Yarmuk baru. Maka, simaklah berita gembira
ini, wahai hamba-hamba Alloh !
Saya
tandaskan, bahwa kita betapapun harus melakukan standar sebab akibat sesuai
sunnatullah dalam mempersiapkan diri menghadapi pertarungan. Tujuannya,
agar tawakkal kita makin sempurna kepada
Alloh.
Alloh
adalah pengawal kita saat kita berada di kancah pertarungan. Oleh karenanya,
tak ada kemenangan kecuali berasal dari Alloh.
Kita dituntut untuk melakukan usaha, dan Alloh
yang akan memberi hasilnya.
Sembilan
belas pemuda mujahid melakukan operasi 9/11 dengan menabrakkan pesawat sipil ke
sasaran, tapi siapa yang meruntuhkan menara kembar?
Persepsi
yang benar dan kesadaran untuk bertawakkal kepada Alloh
harus menjadi karakter umat Islam. Tugas kita untuk memberikan pencerahan
ilmiah melalui pengajaran Islam baik terhadap pribadi, keluarga maupun seluruh
masyarakat agar tawakkal mereka lebih baik.
Termasuk
yang harus kita ajarkan, menghentikan kebiasaan menyebarkan propaganda musuh,
karena justru akan terjebak, mental melawannya hilang dan makin
membesar-besarkan kehebatan musuh. Alloh berfirman:
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rosul dan ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri)[323]. kalau
tidaklah Karena karunia dan rahmat Alloh
kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).” (QS. An-Nisa: 83)
Termasuk
yang harus diajarkan, menghentikan kebiasaan black campaign ( memberi
citra buruk) terhadap mujahidin. Atau mempercayai dan menyebarkan berita yang
menyudutkan mereka. Meneliti kekeliruan dan kelemahan mujahidin. Mencari-cari
keburukan mujahidin. Meremehkan peran mujahidin. Padahal, pada situasi dan
kondisi seperti saat ini, mestinya kita sibuk mendampingi mujahidin, membela
kehormatan mereka, memaklumi kekeliruan mereka, dan melawan siapa yang
menyebarkan berita buruk tentang mereka.
Saya
menyerukan kepada ikhwan semua, untuk memboikot surat kabar as-syarq
al-ausath dan surat kabar lain yang seirama dengannya. Surat kabar tersebut
terbukti ikut memainkan irama propaganda bersama koalisi Yahudi Salibis yang
menimbulkan perpecahan baik di kalangan umat maupun mujahidin, melemahkan
barisan mereka, mempublikasikan kebohongan-kebohongan tentang mujahidin,
menjual kekeliruan-kekeliruan mujahidin, dan mematikan gelora perlawanan di
hati umat. Surat kabar ini tampilan dan isinya menjijikkan. Saya yakin, seorang
mukmin dilarang bekerja di tempat seperti itu, yang nyata menyerang Alloh,
Rosul-Nya
dan kaum muslimin.
Peran
kita terhadap mujahidin adalah apa yang diungkapkan oleh firman Alloh
berikut:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
(Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Robb
kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Robb kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr:
10)
Kedua:
Mempersenjatai umat Islam dan memobilisir kekuatan mereka untuk melawan musuh,
dengan mempopulerkan tema ‘umat bersenjata’ yang meliputi wilayah geografis
yang sangat luas.
Kita
di sini berkewajiban memenyempurnakan apa yang telah dimulai Al-Qoidah,
dan kita berjalan di jalur yang sama. Politik mempersenjatai umat ini dapat
kita terjemahkan dalam rangkaian kebijakan berikut:
* Seruan untuk mempersenjatai
umat Islam.
Bekerja untuk meningkatkan kemampuan prajurit secara militer. Atau, kita
merubah dari umat sipil menjadi umat bersenjata demi melindungi diri dari
ancaman eksternal. Kita harus bersuara sekeras mungkin dalam mempopulerkan tema
ini, agar terdengar oleh umat, melalui:
·
Strategi
propaganda politik dengan menumbuhkan kesadaran tentang persiapan menyongsong
pertarungan yang akan segera tiba, tentang kepekaan membaca agenda musuh, dan
mencermati makarnya.
·
Strategi
propaganda syariat, dengan menjelaskan kepada umat tentang i’dad dan jihad
(urgensi dan kewajibannya).
·
Strategi
amaliyat (operasi militer) spektakuler agar tumbuh di hati umat Islam rasa
percaya diri untuk mampu melawan dan bisa menang.
Bila
kita telah menjalankan ketiga strategi ini, dan umat Islam telah menjadi ‘umat
bersenjata’ dari ujung barat hingga ujung timur, kita telah berhasil
menciptakan kekuatan militer riil yang pasti ditakuti musuh-musuh Alloh.
Bahkan berpotensi menjadi kekuatan militer yang diperhitungkan dunia
internasional. Implikasinya, tercipta perimbangan kekuatan global. Musuh akan
kesulitan mengimbangi, karena siapa yang mampu melawan kekuatan rakyat?
Hanya
saja, seruan untuk mempersenjatai umat harus didahului pembentukan jaringan
jihad di kalangan generasi muda muslim. Wujudnya, berupa kelompok jihad yang
akan menjadi penghulu dalam memberikan model-model perlawanan kepada musuh,
sehingga umat bisa mencontoh di belakangnya. Jaringan ini dibentuk dari potensi
umat sendiri. Dari semua elemen yang ada, baik kaya atau miskin, kalangan elit
atau awam, kaum profesional atau karyawan, ulama atau murid-muridnya, ayah atau
ibu, wanita atau pria, dokter atau insinyur, mahasiswa, kaum pedagang, dan
komandan atau pasukannya.
Adapun
soal obyek garap jaringan ini, bagaimana merancangnya, bentuk pekerjaannya dan
target-targetnya, merupakan hal-hal inti yang akan saya jabarkan di artikel
keempat, insya’ Alloh.
* Memperluas
wilayah geografis pertempuran.
Saat
umat sudah memegang senjata, strategi ini akan mudah dicapai, sekaligus meraih
dua sasaran lain:
·
Memecah
kekuatan musuh dan membuat usaha mereka sia-sia, tatkala mereka berperang
melawan musuh yang tersebar di area geografis yang membentang luas, dalam
satuan-satuan kecil yang tak jelas markas dan alamatnya tapi saling terjalin
dalam jaringan yang solid.
·
Memberikan
tekanan psikologis kepada musuh, dengan cara menancapkan perasaan di hati
mereka (pasukan penjajah) bahwa mereka terkepung di mana-mana dan diintai
dengan seksama oleh umat Islam. Mereka laksana sampan kecil di tengah samudera
luas.
Tanggung-jawab
kita yang utama, tidak membiarkan perang hanya terkonsentrasi di bumi Iraq.
Kita tidak boleh hanya menunggu saat peperangan meluas ke luar Iraq. Tapi kita
wajib segera melakukan amaliyat (operasi) jihad di mana saja di luar Iraq.
Semoga Alloh
memberi anugerah kepada Anas al-Kandari dan sahabat-sahabatnya yang ksatria.
Jika saja kita membiarkan jihad hanya berkecamuk di Iraq, dan kita memberi
tenggang waktu kepada kekuatan koalisi Yahudi Salibis, maka mereka akan
melanjutkan pada agenda berikutnya: mencaplok negeri-negeri Islam sejengkal
demi sejengkal. Kewajiban kita adalah, saat mereka sibuk berperang di Iraq,
kita membidik kekuatan mereka di semua wilayah umat Islam.
* Melakukan
perlawanan politik pasif (tak perlu melepaskan peluru… yaitu dengan
demontrasi massa, pemogokan, menyebarkan selebaran, kaset, audio visual,
nasyid, memanfaatkan mimbar masjid, seminar dan sebagainya). Meski bisa bermakna kontra produktif bagi
sebagian agenda, tapi urgensinya nyata misalnya dalam memberi tekanan
psikologis terhadap musuh dan antek-anteknya, sehingga mereka selalu merasa
dimusuhi oleh masyarakat. Di sisi lain, memberi dukungan moral yang amat
berarti bagi mujahidin, sehingga mereka bisa mengukur dukungan publik terhadap
jihad atau mujahidin.
Hal
lain, bila ada kader-kader di tengah umat ini yang menggeluti dunia pengerahan
massa, mereka bisa gunakan keahlian itu untuk mengawal pemanfaatannya dan
selalu meningkatkan perannya. Massa bersifat mengambang, sulit untuk
dikendalikan secara penuh. Secara umum, peningkatan peran massa dipengaruhi
tuntutan pertarungan dan konflik yang tercipta. Dunia pengerahan massa
dibutuhkan dalam menunjang beragam agenda jihad, dan memberi dampak positif
terhadapnya.
* Saya juga bisa
ingatkan kepada ikhwan semua, bahwa umat Islam memiliki dua muktamar yang
bersifat periodik. Kita harus mengambil keuntungan darinya secara maksimal.
Pertama, muktamar
pekanan, yang dihadiri semua kalangan umat pada hari Jumat untuk mendengarkan
nasehat yang disampaikan khatib.
Kedua, muktamar
tahunan, yang melibatkan lebih banyak umat dengan segenap unsurnya, dari ujung
barat hingga ujung timur. Mereka semua berkumpul di satu lokasi dalam rangka
menunaikan ibadah haji. Maka saya ingatkan kepada ikhwan semua agar bisa
memanfaatkannya untuk membangun kesadaran umat dan mengarahkan perjalanannya.
* Perang semesta
atau umat bersenjata yang ideal akan memberi solusi banyak problematika yang
dihadapi gerakan jihad, bahkan pasukan reguler suatu negara. Problematika
dana tidak terasa pada skala operasi kecil, tapi sangat terasa pada skala
besar. Berapa dana yang dibutuhkan para
aktivis untuk melakukan operasi jihad? Sesungguhnya operasi jihad skala kecil
bisa didanai dari tabungan harian mereka. Meski operasinya skala kecil,
sesungguhnya memberi dampak besar secara politis bagi musuh.
Misalnya,
botol yang digunakan untuk membuat bom molotov, berapa harganya? Padahal bom
itu bisa digunakan menyerang salah satu kepentingan Barat, menghajar tentara
musuh, atau merusak salah satu kepentingan koalisi.
Realitas
yang terjadi di Palestina saat ini diharapkan menular kepada seluruh wilayah
geografis umat yang lain. Sebab musuh Alloh berkeliaran di
negeri-negeri kita, sama dengan realita yang terjadi di sana.
Perang
semesta atau umat bersenjata yang ideal juga dapat memberi solusi masalah
manajemen teknis perang, bahkan bisa menghilangkan problema itu sama sekali.
Agar jelas, misalnya ada katibah yang terdiri dari 500 pasukan. Katibah
ini dibagi menjadi tiga sariyah tempur, dua sariyah pendukung
operasi, dan beberapa fashilah pendukung lain. Mereka dilayani tim
teknis yang terdiri dari tim dokter, tim sopir, tim konsumsi, tim gudang,
logistik, persenjataan dan penjaga. Jumlah mereka bisa mencapai sepertiga
jumlah keseluruhan pasukan.
Kita
tidak membutuhkan dukungan tim teknis saat operasi kita di kota-kota,
sebagaimana yang dilakukan oleh komandan Anas Al-Kandari. Artinya, jika umat
terlibat perang, pasukan tempur tak lagi direpotkan soal dukungan tim teknis.
Sebagaimana kita tidak membutuhkan biaya perang, karena sudah ditanggung oleh
umat.
Berbeda
dengan pasukan musuh, mereka menghadapi persoalan biaya perang yang amat besar.
Mereka (koalisi) menentukan biaya perang yang akan dilakukan dengan cara yang
aneh; seratus hingga dua ratus milyar dollar. Saya tak bisa membayangkan, siapa
yang akan menanggung biaya sebesar itu.
* Perluasan
wilayah sasaran,
agar mencakup semua elemen koalisi Yahudi Salibis, dengan segenap kategori yang
ada. Perluasan ini dalam rangka melaksanakan kebijakan mu’amalah bil mitsl
(perimbangan perlakuan). Kita terlibat dalam perang semesta semenjak satu abad
yang lampau. Musuh membunuh kita, merampas hak asasi manusia, mengebiri hak
warga negara, merusak neraca keadilan antar bangsa. Masalahnya, kita terbiasa
tidak tanggap dalam membaca realita sejarah, kecuali jika sudah sangat dekat
dengan kehidupan kita.
Pasukan
Barat penjajah membunuh generasi umat Islam di Aljazair, jutaan! Berapa pula di
Libya, Mesir, Syam, Afghanistan, dan kini di Iraq. Apakah para korban kalangan
militer ataukah masyarakat sipil? Apakah mereka memiliki keahlian khusus yang
dianggap berbahaya bagi penjajah? Apakah mereka teroris? Jawabannya sederhana,
tidak. Tapi hanya karena musuh menghendaki pembersihan etnis (muslim). Tak
penting di mata penjajah, apakah sipil ataukah militer.
Fakta
ini saya ungkap agar membuka mata para pedagang fiqh (mutafaiqihun) lagi
tukang bantah (mujadilun). Mereka memilah musuh, ada sipil dan ada
militer – suatu pembagian yang tak dikenal dalam khasanah Islam. Tak ada ulama
Islam yang membagi dengan pendekatan seperti itu.
Kita
harus membunuh semua warga Amerika, Yahudi, Inggris dan siapa yang berkoalisi
dengan mereka dalam memusuhi kita. Semuanya; baik sipil, militer maupun
politikus. Di negeri mereka, maupun di mana saja dari negeri umat Islam.
Untuk
sekedar tahu, mereka yang menganggap ada perbedaan antara rakyat dengan
pemerintah di Barat, mereka tak paham Islam. Pandangan mereka picik. Wawasan
mereka sempit, karena mereka terbelenggu oleh pergaulan mereka secara individu
dengan masyarakat Barat, belajar peradaban Barat, dan masih kuatnya mental
kalah dari Barat.
Untuk
mereka saya bertanya, apa pendapat Anda tentang pemilu (pemilihan anggota
legislatif) baru-baru ini, juga pemilu Israel yang diikuti partai Likud.
Bukankah masyarakat Barat memilih dengan sadar wakil-wakil mereka di
pemerintahan, yang membuat kebijakan memerangi kita? Agar lebih memuaskan, saya
sarankan agar Anda membaca buku berjudul at-ta’shil as-syar’iy karangan
syekh
al-Jarbu’.
Saya
akhiri artikel ini dengan seruan yang saya tujukan untuk seluruh umat Islam
dengan segenap unsurnya. Peran Anda semua adalah:
Bagi
ulama, da’i, khatib, hendaknya mereka memainkan peran yang semestinya. Yaitu
mengumandangkan seruan jihad di masjid-masjid. Juga terjun langsung dalam jihad
di medan tempur. Wahai ulama umat, inilah peran dan kewajiban Anda…
Bagi
jamaah yang sudah terjun dalam amal Islami dalam membela agama Alloh,
baik pimpinan maupun anggota. Hendaklah Anda bertaqwa kepada Alloh,
mengesampingkan fanatisme kelompok, dan fokus dalam berkontribusi meraih
target-target perjuangan, juga melakukan operasi terhadap musuh di mana saja.
Bagi
kaum pria dan wanita, hendaknya Anda bersiap untuk berkorban. Bagi bapak dan
ibu, hendaklah menghantarkan anaknya dengan hati ikhlas, hanya mengharap ridho
Alloh.
Bagi
para kader yang memiliki keahlian khusus, hendaknya Anda melaksanakan
tanggung-jawab Anda dalam jihad sesuai dengan keahlian Anda. Dokter
melaksanakan tanggung jawab di bidang kesehatan. Insinyur dan tenaga ahli
berperan sesuai bidangnya. Betapa banyak satu orang karena keahliannya setara
dengan satu katibah.
Bagi
Anda yang masih ragu, segeralah turun ke medan, menjual jiwa dengan harga murah
kepada Alloh.
Jangan menjadi beban bagi umat. Seribu satu alasan Anda tak bisa mematahkan
firman Alloh
ini:
Berangkatlah
kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan
harta dan dirimu di jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu,
jika kamu Mengetahui. (QS. At-Taubah: 41)
Bagi
pedagang, peran Anda mendukung jihad dengan harta dan anak-anak Anda. Termasuk
mendanai mujahid yang tak punya dana. Bila hati pedagang memihak kepada jihad,
pasti hartanya ikut mendukung mujahidin.
Bagi
pelajar dan mahasiswa, hendaknya Anda meninggalkan medan studi di sekolah dan
kampus menuju medan perang yang terbuka luas. Banyak generasi umat Islam yang
memiliki berbagai gelar, tapi umumnya enggan mengangkat senjata. Kinilah
saatnya bagi Anda untuk terjun!
Bagi
ahli teknik, hendaklah Anda memanggul senjata ke medan tempur. Atau, memberi
kontribusi sesuai keahlian Anda untuk membela agama Alloh;
dalam bidang rekayasa teknik pembuatan senjata. Atau, Anda membuat
benteng-benteng pertahanan sesuai keahlian ilmu teknik tersebut.
Bagi
para komandan pasukan. Hendaklah Anda mencampakkan kehinaan dari pundak Anda.
Bebaskan diri Anda dari penghambaan dan pengabdian kepada rejim dan ideologi
yang menopangnya, agar dengan itu Anda bisa membebaskan umat Islam dari
belenggu perbudakan.
Bagi
semua unsur umat Islam, hendaklah Anda memanggul senjata dalam rangka membela
Islam, kesucian umat Islam dan tanah mereka, dengan apa saja yang Anda punya.
Alloh
berfirman:
Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Alloh. Kemudian masing-masing
diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqoroh: 281)
Agenda
besar yang saya kemukakan di atas, yang mampu memikulnya dan melaksanakannya
pertama-tama adalah mujahidin sendiri. Ini tugas Anda wahai para ksatria, wahai
alumnus camp al-Faruq. Fokuslah dalam merekatkan seluruh elemen umat dengan
Anda. Kerahkan segenap potensi dan tenaga. Harapannya, ayah Anda, paman,
kaluarga dan suku Anda bahkan seluruh unsur umat Islam mampu dan ikut terlibat
memikul senjata.
Pilihlah
kata-kata yang indah untuk mengajak mereka. Ceritakan mutiara-mutiara teladan
yang bisa menginspirasi mereka. Agar dengan itu, mental mereka naik. Hindari
penggunaan ungkapan yang tidak berkenan di hati mereka. Jangan sampai salah
ucap. Dampaknya, mereka bisa lari dari Anda. Mereka adalah kelompok strategis
dalam meraih tujuan perjuangan. Mereka keluarga terdekat kita. Sementara kita
adalah anak-anak emas mereka yang dibanggakan. Jangan pernah membuat mereka
kecewa…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar